“Iya, aku bisa kembali. Waktu berlalu cepat.” Nada Ye Xiu penuh renungan. Jarak sejak dia meninggalkan Jia Shi, sudah lewat satu tahun penuh.
“Tapi aku tidak perlu buru-buru mengajukan permintaan atau pengumuman. Musim ini mustahil kembali ke lingkup profesional. Semua lihat musim panas tahun depan.” Kata Ye Xiu.
“Hmm.” Chen Guo mengangguk.
Hari larangan Ye Qiu berakhir, yang mengawasi pesan ini bukan hanya wartawan kecil seperti Chang Xian. Selain Cao Guangcheng yang sudah putus asa mewawancarai Ye Qiu, semua yang berkecimpung di Glory dengan sensitivitas berita, memperhatikan hari spesial ganda ini.
Bagaimanapun, Ye Qiu adalah tokoh legendaris dalam sejarah Glory. Pensiun selama satu tahun tidak serta-merta mengubah Shen yang termasyhur ini menjadi orang biasa. Apalagi, kabar tentang Ye Qiu terus bermunculan sepanjang tahun, rumor comeback-nya juga telah lama beredar. Xingxin yang berjuang di Challenge League pun sarat dengan bayangan Ye Qiu. Semua ini menjadi alasan banyak orang tertarik pada topik ini.
Sayangnya, semua orang hanya menunggu sia-sia seharian. Sepanjang hari itu, tak ada kabar resmi tentang comeback Ye Qiu dari saluran mana pun, yang ada hanya spekulasi dan gosip tak berujung.
Di sisi Klub Jia Shi, ketegangan juga menyelimuti sepanjang hari.
Ye Qiu sudah membentuk tim baru dan menantang mereka di Challenge League. Tentu saja mereka harus waspada terhadap segala kemungkinan dari Ye Qiu. Saat Ye Qiu mengumumkan comeback-nya, siapa yang tahu topik apa lagi yang akan muncul? Karena itu, Jia Shi harus mempersiapkan strategi PR sebaik mungkin. Manajer Cui Li bahkan mengumpulkan para pemain tim untuk rapat khusus membahas hal ini. Secara implisit, dia mengingatkan semua anggota agar tidak sembarangan berkomentar jika ditanya media terkait topik ini.
Saat Cui Li sedang serius menyampaikan hal tersebut, tiba-tiba terdengar suara cibir meremehkan. Cui Li langsung merasa pusing melihat sumber suara itu.
Su Mucheng.
Saat Ye Qiu masih aktif, tak ada yang menyangka Su Mucheng bisa menjadi sosok yang sulit diatur. Di mata semua orang, Su Mucheng selalu tampil sebagai gadis sopan yang setia mendampingi Ye Qiu. Tidak banyak bicara, juga tidak cari masalah.
Tapi sekarang? Selain masih menghadapi pertandingan dengan serius, di aspek lain, semua orang tidak pernah lagi melihat Su Mucheng yang dulu di tim.
Sekarang dia sama sekali tidak menyembunyikan rasa jijik dan kebenciannya terhadap Jia Shi. Sun Xiang, Chen Yehui, Cui Li, hingga bos Tao Xuan, hampir tidak ada yang tidak mengalami berbagai macam penolakan darinya. Gadis manis yang dulu seperti anak baik-baik itu, seolah berubah total dalam semalam.
Sejujurnya, Cui Li sudah lama menahan diri. Sikapnya terhadap Su Mucheng semakin tidak sopan. Karena pada tahap ini, Cui Li sangat paham bahwa setelah musim ini berakhir, Su Mucheng pasti akan melakukan transfer bebas. Sebenarnya sejak musim panas, Jia Shi bukan tidak punya niat untuk melepas Su Mucheng, namun karena berbagai alasan akhirnya tidak terwujud. Kini melihat akan kehilangan pemain dan pendapatan setelah musim ini, setiap kali menyebut Su Mucheng, kepala langsung pusing dan perasaan menyebalkan muncul.
Dalam rapat kali ini, Su Mucheng kembali menunjukkan sikap meremehkan, membuat Cui Li semakin gugup. Su Mucheng sudah lama memutuskan hubungan dengan Jia Shi di lubuk hatinya. Menghadapi pertandingan dengan serius adalah sikap profesional yang wajib dimiliki atlet profesional. Namun di aspek lain, mungkin tidak akan ada sedikitpun keberpihakan pada Jia Shi. Apakah Su Mucheng akan mematuhi apa yang Cui Li harapkan dari para pemain sekarang?
Desisan dingin itu hampir bisa dianggap sebagai jawabannya. Pada tahap seperti ini, pihak klub pun tidak punya cara - masa harus mengurung orang?
Kecanggungan Cui Li, Wakil Kapten Xiao Shiqin memperhatikannya, di dalam hati merasa tak berdaya.
Sudah hampir setengah tahun bergabung dengan Jia Shi, mengenai konflik antara Ye Qiu dan Jia Shi, Xiao Shiqin telah menyelidiki dari berbagai saluran dan hampir sepenuhnya memahami situasinya.
Tindakan Jia Shi memang tidak terlalu adil, namun Xiao Shiqin bisa sedikit memahami pemikiran pengelola di pihak Jia Shi. Klub-klub lain yang terlihat harmonis, belum tentu menandakan pengelolanya lebih mulia - mungkin hanya karena tim mereka tidak memiliki sosok khusus seperti Ye Qiu.
Terhadap konflik Jia Shi ini, sebenarnya Xiao Shiqin tidak terlalu ingin mengorek kabar. Yang dia sadari adalah sebuah fakta yang lebih menakutkan saat ini.
Jia Shi memaksa mundur Ye Qiu, tapi ini tidak mengalahkan Ye Qiu. Dimulai dari server baru game online, Ye Qiu merencanakan langkah demi langkah, membentuk tim, mengikuti Tantangan Rookie - sama sekali tidak menyerah.
Justru Jia Shi sendiri terus terpengaruh oleh peristiwa ini. Sudah setahun berlalu, lihat saja berbagai ekspresi canggung banyak anggota Jia Shi ketika nama Ye Qiu disebut - seolah ini menjadi larangan - jelas peristiwa ini telah menjadi bayangan dalam hati Jia Shi sendiri.
Ye Qiu berdiri sendiri, memulai dari nol.
Sebaliknya, Jia Shi justru memikul beban psikologis yang berat. Xiao Shiqin bahkan mulai bertanya-tanya, apakah degradasi ajaib Jia Shi di musim sebelumnya disebabkan oleh pengaruh beban psikologis semacam ini? Dan sekarang, ketika Ye Qiu menjadi lawan yang harus mereka hadapi langsung dalam Tantangan Rookie, beban psikologis mereka tampaknya semakin membesar.
Menurut Xiao Shiqin, rapat yang diselenggarakan Cui Li saat ini adalah keputusan yang tidak bijaksana. Tim sangat membutuhkan penyembuhan dari bayangan Ye Qiu, tapi malah membahas masalah terkait Ye Qiu dengan serius di desktop seperti ini. Bukankah ini justru memperluas bayangan tersebut?
Tidak boleh terus seperti ini!
Xiao Shiqin berpikir, bersiap membuka topik. Namun tak disangka, Su Mucheng mendahuluinya berbicara.
"Menurutku, apakah Manajer Cui agak berlebihan?" kata Su Mucheng.
Cui Li masih bingung dengan keberadaan Su Mucheng di sisi lain. Sungguh tak disangka, Su Mucheng yang selama ini enggan berurusan dengan mereka, ternyata mau berbicara.
"Sebenarnya aku sangat menyesal." Su Mucheng melanjutkan, "Setelah bertahun-tahun bekerja sama, kalian sama sekali tidak mengenalnya. Dia adalah atlet profesional sejati, semua dedikasinya hanya untuk Glory dan arena pertandingan. Kalian pikir perlakukan kalian ini akan membuatnya balas dendam? Kalian salah. Dia kembali hanya karena ini adalah Glory. Konfrontasinya dengan kalian hanya karena kalian terlalu lemah sampai harus turun ke Tantangan Rookie. Sikapnya terhadap kalian tidak ada hubungannya dengan status Jia Shi, atau pemaksaan pensiunnya. Ini murni karena format pertandingan. Jadi Manajer Cui, tak perlu khawatir. Dia tidak akan menggunakan momentum comeback-nya untuk menceritakan kisah tentang Jia Shi, karena di matanya, kalian hanyalah lawan biasa - sama seperti tim pemain yang pernah dia kalahkan. Bedanya, karena kalian lebih kuat, dia akan lebih serius dan aktif menghadapi. Jadi Manajer Cui, jika tak ingin kalah, perbanyaklah latihan. Rapat buang waktu seperti ini sama sekali tidak perlu. Aku tidak akan menemani lagi."
Setelah berkata demikian, Su Mucheng langsung berdiri dan berbalik keluar dari ruang rapat.
Suasana di ruangan menjadi sunyi senyap. Saat semua orang bertanya-tanya berapa lama keheningan ini akan bertahan dan bagaimana akhirnya akan terpecahkan, seseorang tiba-tiba berdiri.
"Aku akan latihan."
Qiu Fei.
"Pemain baru yang baru dipromosikan dari kamp pelatihan musim ini, berani berhadapan langsung dengan manajer klub di saat seperti ini." "Aku akan latihan", kalimat yang diucapkan sekarang ini bagaikan respons terakhir terhadap perkataan Su Mucheng.
Tanpa menghiraukan pandangan orang lain, Qiu Fei juga telah meninggalkan ruang rapat. Sisanya saling pandang dengan bingung, sesekali melirik Cui Li diam-diam.
Kali ini giliran kapten mereka Sun Xiang yang berbicara duluan: "Hehe, anak kecil ini benar-benar punya sifat unik, menarik."
Nima! Semua orang menopang dahinya, Kakak, kamu salah fokus urusan yang diperhatikan!
Kekurangan Sun Xiang dalam hal ini bukan pertama kalinya dirasakan Xiao Shiqin. Topik ini sengaja dihindari. Melihat rapat mustahil dilanjutkan sesuai ritme semula, Xiao Shiqin pun berbicara ke Cui Li: "Manajer Cui, bagaimana kalau kita istirahat dulu?"
"Baiklah, semuanya boleh pulang dulu!" Cui Li memanfaatkan kesempatan ini. Para pemain berangsur pergi, Cui Li berjalan kesal di barisan belakang. Ternyata Xiao Shiqin sengaja menunggu di belakang, Cui Li langsung paham - sang dewa ini ingin bicara dengannya!
"Manajer Cui, ada beberapa pemikiran yang ingin saya diskusikan." Xiao Shiqin langsung membuka topik setelah semua orang pergi.
"Hmm, Wakil Kapten Xiao silakan berbicara." Terhadap sosok legenda yang diundang mati-matian oleh tim liga ini, Cui Li sama sekali tidak berani memperlakukan sembarangan.
“Begini…” Xiao Shiqin menjelaskan secara terbuka tentang kondisi Jia Shi yang sebenarnya saat ini.
“Sekarang, Ye Qiu telah menjadi musuh yang harus kita hadapi langsung. Kita tidak bisa membiarkan beban ini terus menumpuk. Secara strategis, kita harus meremehkannya, tapi secara taktis, kita harus lebih memperhatikannya.” Xiao Shiqin akhirnya memberikan kebijakan yang dia anggap tepat.
Mendengar penjelasan Xiao Shiqin, Cui Li merasa sangat terkesan. Transfer musim panas ini benar-benar tidak salah pilih orang. Liu Hao dan He Ming yang pergi, mana mungkin bisa mengatakan hal sedingin dan sebijak Xiao Shiqin ini. Terutama Liu Hao, pasti sibuk memikirkan cara menghadapi dan menjebak Ye Qiu!
Namun harus diakui, posisi Xiao Shiqin sebagai pendatang baru di musim ini memberikan perspektif objektif. Dialah satu-satunya yang tidak terbebani "emosi Ye Qiu" seperti mereka yang sudah lama di sini. Beruntung, pendatang ini menyadarkannya di saat kritis. Cui Li kini paham bahwa kekhawatiran berlebihan terhadap Ye Qiu telah membebani mereka dengan tekanan tak terlihat. Mereka harus melepaskan mentalitas ini dan memperlakukan Ye Qiu seperti lawan biasa, sama seperti setiap tim pemain yang pernah mereka kalahkan sebelumnya.
Hah, pikiran ini terdengar familiar? Cui Li teringat bahwa beberapa menit lalu Su Mucheng juga menyebutkan pemikiran Ye Qiu yang serupa dalam rapat, membuatnya kembali terdiam.
“Manajer Cui, menurutmu bagaimana?” Cui Li sibuk dengan perasaannya sendiri, lama tidak berbicara, Xiao Shiqin akhirnya bertanya.
“Kamu benar, kita harus melepaskan belenggu ini.” Cui Li mengangguk, hatinya semakin yakin bahwa ke depannya dia harus lebih banyak berkomunikasi dengan wakil kapten ini. Sedangkan Chen Yehui, harus dipanggil dan diberi pencerahan.
