"Hmm? Bagaimana hasilnya?" Jawaban Ye Xiu membuktikan dia belum menonton pertandingan Yi Zhan. Babak ini baru saja berakhir, siaran televisi biasanya hanya menayangkan pertandingan dengan rating tinggi yang tidak termasuk pertandingan Yi Zhan.
"KEMENANGAN SEMPURNA!!!!" Lou Guanning menggunakan empat tanda seru untuk mengekspresikan kegembiraannya yang meluap.
"Wah, hebat sekali!" Pujian Ye Xiu tulus. Kemenangan sempurna bukanlah hal mudah, bahkan antara tim dengan kekuatan berbeda jauh. Banyak faktor yang mempengaruhi hasil pertandingan, bahkan pemain legendaris pun bisa kalah memalukan jika sedang tidak dalam kondisi prima.
Kemenangan sempurna tidak selalu menunjukkan kekuatan tim yang luar biasa, tapi status pemain dalam pertandingan ini pasti sedang dalam kondisi puncak yang tak terbantahkan.
"Hahaha, sungguh memuaskan." Lou Guanning yang semakin profesional ini tidak mengira timnya langsung berubah drastis, tapi peningkatan semangat pasukan membuatnya sangat senang.
"Teruslah berusaha, pertahankan status ini, pasti akan membuat orang tercengang," kata Ye Xiu.
"Berbicara tentang Yi Zhan yang sebelumnya terlalu agresif dalam promosi dan propaganda, sehingga orang-orang memberikan ekspektasi terlalu tinggi pada mereka. Prediksi peringkat sebelum musim yang menempatkan mereka di posisi ke-10 sudah menjadi bukti terbaik. Namun performa nyata Yi Zhan bisa dibilang pasang surut. Terombang-ambing di area eliminasi, mereka tak berbeda dengan tim baru yang bergabung ke Liga setiap musim. Meraih 10 poin di babak ini benar-benar kemenangan besar bak durian runtuh bagi tim lemah seperti mereka yang sulit dapat poin tapi mudah kehilangan. Hanya dengan kemenangan dominan seperti inilah positioning awal Yi Zhan sesuai dengan ekspektasi publik."
"Hmm-hmm, pasti! Ada satu hal lagi, Shen!" Lou Guanning melanjutkan.
"Oh, ada apa?" Ye Xiu bertanya.
"Minggu depan adalah Weekend Bintang All-Star," kata Lou Guanning.
"Aku tahu," jawab Ye Xiu.
Minggu pertama setiap tahun merupakan Weekend Bintang All-Star Glory, ini sudah menjadi prosedur standar.
"Acara All-Star kali ini diadakan oleh Micro Grass, kebetulan kami juga berada di Kota B seperti mereka," jelas Lou Guanning.
"Hmm, ini juga sudah kuketahui."
"Apakah Shen berminat datang berkunjung?" Lou Guanning akhirnya menyampaikan tujuan utamanya.
"Oh?" Ye Xiu tampak bingung. Meskipun 24 pemain All-Star menjadi sorotan utama, faktanya Weekend All-Star adalah karnaval bagi semua atlet profesional. Jadi meskipun pemain Yi Zhan pasti tak masuk lineup All-Star, mereka tetap akan hadir dalam kegiatan Weekend All-Star ini.
“Hahaha, mari kita saling bertukar pikiran dan seru-seruan! Kalau setelah ini ada waktu, kalian bisa mampir ke sisi Yi Zhan kami untuk memberi bimbingan.” ujar Lou Guanning.
“Oh, begitu ya. Saya akan minta instruksi dari bos kami dulu.” kata Ye Xiu.
“Datanglah seluruh tim, kami akan menjamu sepenuhnya!” Lou Guanning bersikap luar biasa berani.
“Baik, baik, terima kasih!” Ye Xiu tidak terlalu bertele-tele karena tahu hal seperti ini sepele bagi Lou Guanning, sikap terlalu formal justru akan terasa kaku.
Segera menoleh dan memberitahu anggota Xingxin tentang hal ini.
“Weekend Bintang All-Star? Membosankan.” Wei Chen pertama kali mencibir, terutama untuk menunjukkan dirinya pernah menjadi figur berpengaruh yang sudah tidak tertarik dengan event yang banyak dinantikan orang ini.
Apalagi Mo Fan, saat mendengar penjelasan Ye Xiu, sama sekali tidak mengangkat kepalanya.
Wu Chen meski belum pernah terpilih sebagai All-Star, tapi sebagai mantan atlet profesional yang pernah mengikuti Weekend Bintang All-Star, tentu tidak terlalu antusias menjadi penonton. Jika ingin menonton, siaran televisi juga sama.
Qiao Yifan meski dulunya orang biasa yang tidak mencolok, tapi setelah setahun bersama Micro Grass telah mengalami banyak situasi besar, bahkan pernah ikut Kompetisi Tantangan Rookie di Weekend Bintang All-Star. Kini dia lebih fokus pada kemajuan bertahap ketimbang gemerlap event seperti ini.
Tang Rou tahun lalu sudah pernah pergi, bahkan sempat tampil di panggung. Dia punya kesan mendalam tentang panggung itu. Tapi hanya sebatas kesan, mengingat sifat Tang Rou yang lebih menghargai pertempuran sebenarnya, bagaimana mungkin dia tertarik dengan acara yang lebih mengutamakan pertunjukan daripada pertarungan nyata?
Lalu ada Chen Guo dan Baozi.
Chen Guo adalah fans Glory sejati. Kalau ada waktu, dia sendiri rela beli tiket untuk ikut meramaikan. Kesempatan seperti ini mana mungkin ditolaknya?
Bagaimana dengan Baozi? Apakah dia paham apa ini semua, tidak ada yang tahu. Dia cuma mengelus dagu sambil bergumam: "Weekend Bintang All-Star? Kedengarannya seru banget ya."
Dengan begini, siapa yang pergi dan tidak jadi jelas.
Tapi karena Chen Guo ikut, akhirnya Tang Rou juga dirayu untuk menemani. Bahkan sempat ingin mengajak Su Mucheng bersama.
Beberapa All-Star dari Jia Shi, meski belum sepenuhnya dilupakan oleh pemain fans, tapi karena status mereka sebagai tim tereliminasi, normalnya bahkan tidak layak diundang ke Weekend Bintang All-Star, apalagi terpilih sebagai All-Star.
Tidak memenuhi syarat untuk ikut Weekend Bintang All-Star membuat seluruh anggota Jia Shi merasa sangat malu. Tapi seandainya pun ada undangan, Jia Shi tidak akan mau menerimanya. Bukankah ini sama saja dengan menggarisbawahi status spesial mereka sebagai tim tereliminasi, seperti mengulurkan pipi untuk ditampar orang?
Maka dengan prinsip "tak melihat berarti tak kotor", selama seminggu Weekend Bintang All-Star, Jia Shi memutuskan untuk melakukan pelatihan khusus dengan karantina penuh. Su Mucheng yang masih anggota Tim Jia Shi tentu tidak bisa meninggalkan lokasi dengan mudah.
Akhirnya, Ye Xiu, Baozi, Chen Guo, dan Tang Rou berempat orang membentuk grup, memulai perjalanan ke Kota B. Kota T tempat Luo Ji berada cukup dekat dengan Kota B, dia menyatakan akan menyempatkan diri datang jika ada kesempatan.
An Wenyi sebenarnya juga sangat ingin pergi. Namun, bagi mahasiswa, bulan Januari berarti ujian akhir yang berat akan segera tiba. An Wenyi bukanlah murid berprestasi super seperti Luo Ji yang sering mengorbankan waktu untuk berlatih Glory. Menjelang ujian, dia harus belajar keras agar bisa lulus. Saat karir profesionalnya belum menunjukkan petunjuk nyata, An Wenyi yang rasional dan tenang tentu tidak akan gegabah meninggalkan studinya. Jika benar-benar bisa meniti jalan karir esports, pilihan hidupnya mungkin tidak perlu dikhawatirkan orang lain.
Jadwal seminggu ke depan kelompok Xingxin pun akhirnya tersusun seperti ini. Sementara itu, lingkup profesional juga sedang mempersiapkan diri untuk menyambut Weekend Bintang All-Star musim ini.
24 All-Star dipilih melalui voting yang tersedia baik di internet maupun dalam game online Glory. Syarat untuk voting adalah memiliki Kartu akun Glory, dengan setiap kartu hanya memiliki satu hak suara. Saluran voting akan dibuka setelah pertandingan pembuka musim berakhir. Namun pemain yang langsung menggunakan hak suara di tahap ini, acuan utama mereka bukanlah pertandingan pembuka tersebut, melainkan performa pemain di paruh kedua musim sebelumnya dan playoff yang baru saja berakhir. Oleh karena itu, daftar peringkat voting All-Star secara umum dapat merefleksikan kondisi pemain di mata komunitas gamer selama setahun terakhir.
Maka ketika tahun baru tiba di hari pertama Januari, saluran voting akan ditutup. 24 All-Star tidak perlu diumumkan secara resmi oleh pihak pengembang - pemain bisa langsung menghitung sendiri berdasarkan daftar peringkat.
Namun biasanya pihak resmi akan segera membuat video propaganda untuk setiap periode 24 All-Star. Kali ini tidak terkecuali. Pada 1 Januari, hari pertama tahun baru, video resmi 24 All-Star telah diunggah diam-diam ke jaringan internet, langsung menjadi viral di kalangan pemain.
Zhou Zekai menduduki peringkat pertama tanpa suspense sama sekali. Sejak memenangkan gelar juara liga di musim panas, publik sudah bisa memprediksi hasil ini. Wakil kapten Lun Hui, Jiang Botao, juga mengalami peningkatan popularitas signifikan berkat kemenangan tersebut. Dalam voting, ia berhasil menempati posisi kelima, mengalahkan banyak Shen lainnya.
Di antara mereka bertiga di posisi kedua, ketiga, dan keempat berturut-turut adalah Huang Shaotian dari Blue Rain, Wang Jiexi dari Tiny Herb, dan Han Wenqing dari Tyranny - tiga Shen legendaris dari klub-klub elite. Reputasi dan prestasi yang sudah mereka raih hampir menjamin kursi All-Star mereka hingga masa pensiun nanti, berkat dukungan fans yang loyal.
Peringkat keenam ditempati oleh bintang andalan inti Tim Typhoon saat ini: Tang Hao.
Jumlah tiket Tang Hao tidak jauh berbeda dengan beberapa nama sebelumnya, namun dia tidak memiliki gelar juara liga seperti Jiang Botao, apalagi basis fans setia seperti Huang Shaotian, Wang Jiexi, atau Han Wenqing. Sebagai pemain yang baru saja transfer di musim panas, upaya Tang Hao meraih dukungan fans tim barunya pasti mengorbankan suara dari fans lama tim sebelumnya. Meski begitu, melalui kinerja gemilang di separuh musim ini, dia berhasil memenangkan dukungan semakin banyak penonton dan resmi menapaki jajaran Shen papan atas.
Setelah Tang Hao, ada dua master strategi liga: Yu Wenzhou dari Blue Rain dan Zhang Xinjie dari Dominant Hero. Meskipun peran keduanya sangat vital di tim masing-masing, popularitas mereka tetap lebih rendah karena tidak memainkan karakter killer penakluk benteng. Analoginya seperti di dunia sepakbola dimana penyerang selalu lebih populer daripada bek.
Keduanya menjadi garis pembatas yang jelas. Selisih jumlah tiket antara pemain di bawah mereka dengan yang di atas terpaut jarak cukup jauh. Meski semua 24 All-Star layak menyandang gelar Shen, popularitas antar Shen tetap berbeda tingkat. Di antara sisa nama, banyak yang merupakan pelanggan setia All-Star, namun masih ada sesuatu yang kurang untuk mencapai posisi Shen papan atas.
Dan dari semua nama tersebut, yang paling kontroversial tetap Zhang Jiale.
Setelah pensiun selama satu tahun dan kembali ke Liga Profesional, Shen ini masih terkena dampak jeda satu tahun tersebut. Ditambah keputusannya yang kontroversial untuk bergabung dengan Tim Dominant Hero, hingga sekarang forum-forum Glory masih ramai dengan thread yang menghinanya. Popularitas Zhang Jiale terpukul cukup keras, meski masih menggunakan karakter legendaris Hundred Blossoms Spectacle sang Ahli Amunisi, pamornya tak lagi seperti dulu dan turun dari jajaran Shen papan atas. Tapi ini hanya masalah popularitasnya saja. Kebenaran keputusannya bergabung dengan Dominant Hero justru terus terbukti lewat pertempuran nyata. Di bawah dukungan rekan setim yang berpengalaman, kondisi Zhang Jiale terus membaik dalam lingkungan kompetisi yang nyaman. Kini penampilannya sudah tak bisa dibedakan dengan masa sebelum pensiun. Hal ini membuat keputusan pensiunnya kembali dihujat, tapi sama sekali tak memengaruhinya.
Di tengah pujian dan hujatan, Zhang Jiale terus melangkah mantap. Dominant Hero yang mengalami transformasi besar di musim panas ini berjalan stabil seperti tim berpengalaman bertahun-tahun, kini memimpin klasemen liga dan berusaha menciptakan rekor pertandingan reguler terindah dalam sejarah Glory. Di Weekend Bintang All-Star kali ini, mereka telah membuat sejarah baru dengan 4 anggota terpilih dalam 24 lineup All-Star - sebuah pencapaian yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Tapi keempat orang ini juga sudah menjadi pengunjung tetap All-Star. Selain Zhang Jiale, tiga orang lainnya tidak menawarkan topik baru yang menarik. Perhatian utama tetap pada beberapa wajah baru dalam All-Star kali ini.
