Tim yang memberikan kontribusi wajah baru terbanyak untuk All-Star adalah Tim Micrograss.
Xu Bin, setelah transfer ke Micrograss dan mengambil alih karakter Knight Du Huo dari Deng Fusheng, menunjukkan performa luar biasa selama setengah musim. Pemain yang sudah lama diprediksi menjanjikan ini akhirnya mendapatkan popularitas yang sesuai setelah bergabung dengan klub elite, berhasil masuk All-Star musim ini.
Selanjutnya, Gao Yingjie. Anak ajaib terkenal dari Tim Micrograss yang tumbuh dalam perlindungan. Dia melewatkan kesempatan bersaing untuk gelar Pemain Baru Terbaik, tetapi langsung masuk All-Star setelah menjadi anggota utama Micrograss. Performa jenius ini memenuhi ekspektasi publik, selama setengah musim terakhir sering menunjukkan kinerja tingkat inti di Tim Micrograss, mengembangkan aura pemimpin. Selain itu, dia satu tim dan satu kelas dengan Shen Wang Jiexi, membuat perolehan tiketnya sangat solid.
Karena fans biasanya memberikan tiket mereka pada pemain yang paling mereka dukung dan sukai. Fans Glory umumnya adalah pemain Glory itu sendiri, di mana kelas favorit mereka secara tidak langsung membatasi preferensi pemain yang akan mereka dukung.
Gao Yingjie dan Wang Jiexi yang satu tim dan satu kelas harus membagi suara dari pendukung Micrograss, sekaligus membagi suara dari pemain kelas Penyihir, namun tetap berhasil masuk All-Star. Tingkat kesulitannya jauh lebih tinggi dibanding kondisi normal.
Mirip dengan situasi Gao Yingjie, ada Lu Hanwen dari Blue Rain.
Lu Hanwen dijuluki sebagai penemuan terbesar musim ini. Atlet profesional termuda dalam sejarah ini terus menarik perhatian penonton sejak penampilan pertamanya. Tekniknya mungkin belum matang, pengalamannya mungkin belum kaya, namun semangat dan vitalitasnya di lapangan bahkan tidak dimiliki oleh banyak pemain legendaris.
Jika para ahli umum menganalisis voting, Lu Hanwen mungkin tidak akan terpilih. Tapi All-Star adalah voting fans, di sini tidak ada analisis rasional. Voting bukan berarti kamu yang terkuat, melainkan dukungan, kecintaan, antisipasi, dan harapan untukmu. Lu Hanwen telah memenangkan semua ini di kalangan pemain, sehingga layak menjadi All-Star.
Wajah baru lainnya adalah atlet Yudo Lv Buoyuan dari tim juara baru.
Lv Buoyuan menunjukkan performa luar biasa di playoff musim sebelumnya, meninggalkan kesan mendalam. Setelah meraih gelar juara liga, popularitasnya pun melonjak. Di pasar transfer musim panas, Lun Hui membeli karakter Yudo All-Star dari Tim Micrograss dengan tangan besar. Namun saat musim baru dimulai, Lv Buoyuan tetap mengoperasikan karakter Yudo lamanya Cloudy Mountain di Lun Hui. Tapi semua segera menyadari: Equipment silver klasik milik Zhan Yi Luan Fei kini telah dipindahkan ke tubuh Cloudy Mountain. Tim Lun Hui sepertinya tidak tertarik dengan popularitas yang dimiliki karakter Yudo All-Star Zhan Yi Luan Fei.
Operasional seperti ini jelas menandakan kejatuhan karakter All-Star, membuat banyak pemain Yudo penggemar Zhan Yi Luan Fei merasa geram. Cloudy Mountain seolah-olah kehilangan sebagian pendukung sejak awal, namun bagaimanapun juga, dalam hasil voting All-Star kali ini, Lv Buoyuan dan Cloudy Mountain-nya berhasil masuk daftar, menjadi All-Star Yudo generasi baru.
Keempat orang di atas adalah wajah baru dalam All-Star kali ini, selain mereka semua adalah orang yang setidaknya pernah terpilih All-Star sekali. Pemain yang sudah terkenal memiliki basis fans yang stabil, membuat mereka sulit jatuh dari daftar peringkat dalam voting semacam ini. Terutama para Shen, meski performa musim ini sangat buruk, bahkan jarang tampil, hanya dengan dukungan fans bisa dipaksakan masuk.
Dari 24 orang yang terpilih, yang paling canggung adalah Zou Yuan dari Tim Hundred Blossoms. Ini sudah kedua kalinya Zou Yuan terpilih All-Star. Namun faktanya, secara teknik, reputasi, bahkan performa di lapangan, popularitasnya sebenarnya tidak setinggi itu.
Tahun lalu terpilih karena dia mengoperasikan karakter legendaris: Expert Amunisi Hundred Blossoms Spectacle. Fans yang mendesak voting untuk karakter tersebut memaksanya naik ke tahta All-Star. Kali ini? Karena kejadian Zhang Jiale kembali bermain dan bergabung dengan Dominant Hero di musim panas, ditambah Dominant Hero membeli Hundred Blossoms Spectacle, banyak yang kesal. Maka memberikan tiket mereka kepada Zou Yuan dan karakter barunya Flower Abundance menjadi aksi protes para fans ini.
Dengan peristiwa khusus seperti ini, Zou Yuan sekali lagi terpilih ke All-Star. Cara seperti ini sama sekali tidak membuatnya merasa beruntung, selain canggung, ya canggung.
Sebenarnya, munculnya empat wajah baru di All-Star musim ini juga ada alasan khusus.
Pensiunnya pemain All-Star Micro Grass, Deng Fusheng di musim panas, membuka satu posisi All-Star. Tapi yang lebih keren adalah Jia Shi yang langsung tereliminasi ke Tantangan Rookie, sehingga tiga posisi All-Star stabil tiba-tiba kosong. Di balik posisi kosong ini, tersimpan banyak tiket tak bertuan. Kasus Deng Fusheng masih bisa dimaklumi, karena sebagian besar suaranya berasal dari fans Micro Grass. Setelah pensiun, suara ini dengan logis dialihkan ke penerusnya Xu Bin atau pemain Micro Grass lain. Tapi kasus Jia Shi jadi canggung, tim tereliminasi membuat tiket fans Jia Shi tak tahu mau ditujukan ke mana. Hasilnya, mereka memilih berdasarkan favorit atau kompetitor yang dibenci... Jadi masuk akal jika pemain baru mencolok seperti Lu Hanwen bisa langsung merebut posisi All-Star. Musim ini, jumlah tiket netral memang sangat banyak.
Akhirnya, musim ini menjadi All-Star dengan blank karier terbanyak sepanjang sejarah.
Di Glory, terdapat 24 kelas karakter, dan 24 All-Star. Makna di balik ini tentu sangat jelas. Namun sejak edisi pertama hingga sekarang, belum pernah terjadi 24 All-Star yang sesuai persis dengan 24 kelas. Tragedi terbesar adalah kelas Summoner, di mana hingga kini belum ada pemain dari kelas ini yang menjadi All-Star. Dibandingkan dengan itu, All-Star musim lalu relatif lebih lengkap dalam hal keragaman kelas. Hanya kelas Summoner dan Guardian Angel yang belum terwakili, sementara Ghostblade dan Rogue memiliki perwakilan ganda.
Pada musim ini, terdapat 5 pasang kelas yang terduplikasi di antara 24 All-Star.
Ghostblade milik Li Xuan dan Wu Yuce sudah jelas merupakan duplikasi yang berlangsung terus-menerus. Selain mereka, dua tim elite Micro Grass dan Blue Rain juga berkontribusi dalam duplikasi kelas dengan mereplikasi kelas Penyihir Gelap dan Blade Master.
Kemudian ada kelas Rogue yang mengulang pola musim sebelumnya. Tang Hao dan Lin Jingyan sama-sama terpilih, hanya saja kali ini Tang San Da telah menjadi karakter Tang Hao, sementara Lin Jingyan menggunakan karakter Rogue baru yang diciptakan khusus oleh Tim Dominant Hero bernama Leng An Lei.
Konflik antar pemain dengan kelas yang sama ini justru lebih rumit daripada kasus Rogue. Kebetulannya, perseteruan ini juga memiliki hubungan tidak langsung dengan Tang Hao dan Lin Jingyan.
Hal ini terjadi karena Tang Hao berasal dari Tim Hundred Blossoms, sedangkan Zhang Jiale - yang kini menjadi rekan setim Lin Jingyan di Dominant Hero - kembali ke All-Star setelah pensiun satu tahun dengan karakter legendarisnya Hundred Blossoms Spectacle. Di sisi lain, penerusnya di Hundred Blossoms yaitu Zou Yuan dengan karakter Flower Abundance justru bertemu langsung dalam ajang ini...
Tabrakan seperti apa yang akan terjadi antara orang-orang ini di All-Star? Hal ini sudah membuat orang-orang yang suka cari masalah gelisah. Sayangnya, keempat orang ini tidak mungkin bertabrakan melalui format tantangan langsung seperti Kompetisi Tantangan Rookie. Apakah akan terjadi konfrontasi langsung di All-Star Game terakhir masih menjadi tanda tanya.
Weekend All-Star mengumpulkan semua atlet profesional dan karakter dalam game, dengan berbagai hubungan kompleks dan aneh di antara mereka.
Lawan di lapangan, teman di lapangan.
Ungkapan ini mudah diucapkan, tapi sangat sedikit yang bisa menanganinya dengan baik. Terutama pemain yang melakukan transfer kontroversial, berapa banyak yang bisa tetap tenang saat berhadapan dengan mantan timnya seolah tak ada masalah?
Orang tidak akan membawa PK ke luar arena, tapi melampiaskan berbagai emosi di pertandingan adalah hal yang sangat wajar. Pelampiasan seperti ini justru jauh lebih dinantikan penonton daripada harmoni semu.
Esports Weekly yang terbit sebelum Weekend All-Star sengaja memprovokasi dengan mengulas semua daya tarik ini. Weekend All-Star tahun ini pun dimulai dengan gegap gempita. Tim Xingxin yang terdiri dari empat anggota: Ye Xiu, Baozi, Chen Guo, dan Tang Rou, juga tiba di Kota B pada hari itu.
Keempat orang yang terlambat karena delay penerbangan, sejak turun pesawat langsung menerima layanan antar-jemput penuh yang diatur Lou Guanning. Mobil khusus mengantar mereka langsung ke markas Micro Grass tempat Weekend Bintang All-Star diadakan. Saat petugas resepsionis masih mempelajari cara menunjuk arah, Ye Xiu sudah dengan lihai memandu rekan-rekannya masuk ke arena pertandingan. Tapi saat mencari tempat duduk, Ye Xiu agak kebingungan - dia memang jarang duduk di tribun penonton.
Tiket yang diurus Lou Guanning untuk Ye Xiu dan kawan-kawan tentu memiliki posisi prima, jauh lebih baik daripada tiga tiket yang diusahakan Chen Guo tahun lalu. Karena delay penerbangan, trio ini baru masuk saat opening show All-Star sudah usai. Kini telah dimulai agenda hari pertama sepanjang sejarah event: Kompetisi Tantangan Rookie.
Musim ini, teknologi proyeksi hologram telah diadopsi penuh di arena pertandingan. Setengah musim berjalan, penonton sudah sepenuhnya beradaptasi dan jatuh cinta dengan metode ini. Pengalaman menonton langsung mengalami lompatan kualitas, penjualan tiket di semua markas tim mencetak rekor baru. Weekend Bintang All-Star tentu tak ketinggalan, juga menggunakan teknologi ini.
Saat keempat orang Ye Xiu menemukan tempat duduk, pertandingan pertama Kompetisi Rookie sudah selesai. Pemainnya pun sudah turun panggung. Mereka yang sibuk mencari kursi sama sekali tak tahu siapa yang bertanding.
Komentator langsung mengumumkan daftar lawan untuk pertandingan kedua Kompetisi Tantangan Rookie.
Di sisi rookie, yang maju adalah bintang rookie paling mencolok musim ini: Lu Hanwen dari Tim Blue Rain - pemain termuda sepanjang sejarah liga yang sudah diunggulkan sebagai Pemain Baru Terbaik di pertengahan musim.
"Blue Rain dan Micro Grass adalah musuh bebuyutan. Weekend Bintang All-Star kali ini di wilayah Micro Grass, perlakuan seperti apa yang akan diterima pemain Tim Blue Rain bisa dibayangkan. Tapi pemain muda berusia 14 tahun ini berdiri di panggung, membuat fans Micro Grass pun tidak tegu
