Setengah musim ini, Lu Hanwen sudah memberikan banyak kejutan. Kembali di Kompetisi Tantangan Rookie kali ini, pilihannya yang tak terduga membuat penonton terperangah. Seperti dugaan host acara, banyak yang mengira Lu Hanwen akan memilih senior di klubnya sendiri, Huang Shaotian, sebagai target tantangan - mengikuti tradisi dimana para rookie biasanya memilih "Shen" yang paling mereka kagumi. Lebih berupa penghormatan daripada tantangan sebenarnya.
Namun Lu Hanwen justru memilih Liu Xiaobie dari Tim Micrograss. Hal ini membuat banyak orang tidak mengerti. Persaingan sengit antara Blue Rain dan Micro Grass memang rahasia umum, tapi hubungan khusus antara Lu Hanwen dan Liu Xiaobie? Tidak ada yang tahu. Jangan-jangan Blade Master favoritnya adalah Liu Xiaobie?
Bukan berarti skill Liu Xiaobie tidak cukup. Tapi teriakan Lu Hanwen yang menantang Liu Xiaobie untuk "tentukan pemenang" di Arena, mana mungkin bermaksud sebagai bentuk penghormatan pada senior idola?
Tentu tak ada yang menyangka, asal-usul perseteruan mereka justru berawal dari game online selama masa jeda kompetisi musim panas. Saat itu keduanya membantu guild masing-masing sebagai pengisi slot dalam perebutan BOSS, bertemu di medan perang virtual. Lu Hanwen sudah menggunakan akun "Liu Yun", namun karena belum resmi menjadi atlet profesional saat itu, Liu Xiaobie bingung mengidentifikasi identitas aslinya di Blue Rain.
Meski Liu Xiaobie menggunakan akun identitas, level permainannya yang setara atlet profesional membuatnya mudah dikenali. Proses "mengenali" pemain sekelas Liu Xiaobie dari Micro Grass sebenarnya tidaklah sulit.
“Pada saat itu, akhirnya Lu Hanwen yang menang. Hanya saja kemenangannya sedikit licik. Awalnya duel berdua yang bersifat 1v1, mereka sudah kehabisan MP dan hanya bertarung dengan serangan biasa menggunakan pedang. Hasilnya, Lu Hanwen mengandalkan bantuan skill 'Doa Harapan' dari Pastor, mendapatkan regenerasi MP sedikit, lalu dengan cepat mengalahkan Liu Xiaobie yang sudah tersisa sedikit HP.”
“Secara logika, seharusnya Liu Xiaobie yang menantangnya untuk balas dendam. Tapi malah anak ini yang aktif memilih Liu Xiaobie di Kompetisi Tantangan Rookie, memberi Liu Xiaobie kesempatan untuk menagih hutang lama. Gerakan ini bahkan membuat orang yang tahu hubungan keduanya merasa terkejut.”
“Masih ada beberapa orang yang tahu kalau dua orang ini pernah bertukar serangan di game online. Orang-orang dari Tim Blue Rain dan Micro Grass sudah pasti tahu. Lalu ada juga pihak Dominant Hero, saat itu Zhang Xinjie dan Lin Jingyan juga ada di sana. Selain itu ada juga Ye Xiu dan kawan-kawan yang menyaksikan pertarungan hari itu.”
“Liu Xiaobie yang dipanggil sudah meninggalkan kursi Tim Micrograss dan berjalan ke panggung. Pertanyaan seperti 'Mengapa memilih Liu Xiaobie sebagai lawan' biasanya hanya pertanyaan basa-basi, tapi kali ini benar-benar penasaran ingin mendengar jawaban Lu Hanwen.”
“Ha, tidak ada alasan khusus. Hanya sangat ingin menentukan hasil pertarungan dengan Senior Liu Xiaobie.” Jawaban Lu Hanwen seperti tidak menjawab.
“Oh? Lalu mengapa ada keinginan seperti itu?” Host di lokasi terus mengejar.
“Karena kesempatan duel yang pernah ada sebelumnya, bukanlah duel sungguhan.” Kata Lu Hanwen.
"Musim sudah separuh jalan, Micro Grass dan Blue Rain pasti sudah bertemu sekali. Saat pertandingan itu, apakah ada interaksi atau konflik antara Lu Hanwen dan Liu Xiaobie? Pertanyaan ini sebenarnya sudah terpikir sejak Lu Hanwen menunjuk Liu Xiaobie, tapi belum ada jawabannya. Kali ini, semua orang hanya merasa pasti ada sebab-akibat yang ditanam dalam pertandingan itu, jadi mereka berusaha lebih keras mengingat. Tapi tak ada yang menyangka faktanya benih konflik ini justru ditanam di dunia game online."
Melihat Liu Xiaobie sudah turun ke arena, host langsung menyambut dengan beberapa obrolan pengantar sebelum masuk ke topik utama: "Kalau begitu, apakah kedua peserta membutuhkan karakter yang disediakan panitia?"
"Tidak perlu, ya?" jawab Lu Hanwen.
Liu Xiaobie mengangkat bahu, menunjukkan sikap masa bodoh.
Host tampak senang. Dari perspektif penonton, semua pasti lebih ingin melihat pemain mengoperasionalkan karakter kelas profesional mereka dalam duel ini.
"Mari kita sambut pertarungan kedua Kompetisi Tantangan Rookie: Pemain Glory termuda sepanjang sejarah Tim Blue Rain, Lu Hanwen, melawan ahli kecepatan tangan Tim Micrograss, Liu Xiaobei!!" Teriakan host yang berapi-api disambut sorak penonton saat kedua pemain memasuki kursi pertandingan.
Gesek kartu, pilih map. Host berlari turun panggung sementara proyektor di tengah arena sudah mulai menampilkan peta. Kedua pemain ini juga tidak bertele-tele, langsung memulai pertarungan.
Blade Master Feidao Jian milik Liu Xiaobei dan Blade Master Liu Yun milik Lu Hanwen berdiri berseberangan di sudut-sudut peta.
Meskipun karakter Liu Yun milik Lu Hanwen adalah junior, jika berbicara tentang peralatan karakter, level Liu Yun sebenarnya lebih kuat daripada Flying Sword. Karena Blue Rain memiliki karakter Blade Master terkuat, Troubling Rain si Sword Saint, ini berarti tim mereka memiliki keahlian luar biasa dalam membuat peralatan Blade Master. Dalam kondisi seperti ini, sangat mungkin menciptakan karakter Blade Master kedua dengan kekuatan setara Troubling Rain. Sebaliknya, di sisi Micro Grass, Blade Master bukan kelas inti utama, sehingga alokasi sumber daya relatif lebih terbatas.
Namun, kelemahan ini hanya terlihat saat dibandingkan dengan Blade Master terkuat di Glory. Secara objektif, Flying Sword milik Liu Xiaobie tetap termasuk karakter top. Senjata Perak Light Blade "Soul Chaser" mungkin nama yang klise, tapi termasuk dalam 10 Senjata Legendaris Glory. Efek senjatanya "Soul Chaser" yang memberikan 5% persentase kemungkinan kombo damage saat serangan mengenai target, hingga kini masih menjadi rahasia eksklusif Micro Grass.
Liu Yun milik Lu Hanwen memiliki 10 Equipment Silver, jumlah yang setara dengan Sword Saint Troubling Rain. Senjata Peraknya Flame Shadow menggunakan greatsword dengan serangan fisik ekstrim dan radius serangan luas - ciri khas greatsword. Keunikan Flame Shadow terletak pada efek senjata: 5% persentase kemungkinan menambahkan efek Flame Shadow yang meningkatkan damage 30%. Efek bonus murni untuk meningkatkan damage serangan.
Komentator dengan cepat memperkenalkan dua karakter Blade Master. Begitu hitungan mundur pertandingan selesai, keduanya langsung melesat maju. Bahkan sebelum komentator selesai menganalisis karakter mereka, kedua pendekar sudah bertemu di tengah map, memaksa komentator menghentikan pembacaan materi analisis dan beralih menyoroti jalannya pertempuran.
Karena pertarungan ini tidak terkesan sebagai formalitas penghormatan, hasil akhirnya pun menjadi lebih berarti. Konfrontasi seperti ini secara alami menarik perhatian lebih besar.
Liu Xiaobie sama sekali tidak menunjukkan sikap mengalah terhadap junior baru. Dengan mengandalkan kecepatan serang Ghostblade yang lebih tinggi, dia langsung melancarkan Serangan Mendadak. Namun Liu Yun yang membawa greatsword tidak tinggal diam - hampir bersamaan dengan Triple Slash Ghostblade yang menyergap, pedang besarnya sudah mengayunkan Slashing Draw sepenuhnya.
Slashing Draw dengan greatsword memang tidak secepat pedang biasa, namun radiusnya lebih luas. Ghostblade terjebak dalam jangkauan serangan ini. Tapi Liu Xiaobie si maestro kecepatan tangan sama sekali tidak berniat mundur. Dengan operasional presisi, karakter nya menyambar miring ke kanan, menghindari tiupan angin pedang besar sepersekian detik sebelum menyelesaikan Triple Slash ketiga, berhasil menempelkan diri di depan Liu Yun.
Dang!
Dentam logam terdengar saat kedua pedang bertabrakan. Lu Hanwen menunjukkan refleks cepat dengan menarik kembali greatsword nya untuk parry tepat waktu, berhasil menahan serangan pertama Ghostblade di jarak tempel...
Bunyi ini seolah membuka tirai sebuah pertunjukan. "Dang-dang-dang!" suara benturan beruntun seperti kacang meledak memenuhi arena. Dua karakter dikepung kilatan pedang, bertubrukan tanpa henti. Gerakan membuka skill, fase recovery, dan variasi combo semuanya terjadi dalam sekejap. Keduanya langsung membawa klimaks di babak pertama dengan kecepatan tangan legendaris yang saling beradu.
Gemuruh tepuk tangan memenuhi stadion. Pertarungan teknis nan memukau ini adalah sajian favorit penonton. Para pemain kerap berfantasi menjadi ahli kecepatan tangan, namun mengabaikan kualitas lain yang dibutuhkan untuk jadi ahli. Selain karena kecepatan tangan adalah hardware dasar, juga karena APM tinggi mampu menciptakan pertunjukan spektakuler seperti ini!
Keduanya bertarung begitu cepat sampai mata penonton kewalahan. Layar siaran langsung elektronik di tengah stadion terus memutar rekaman ulang duel mereka. Kilatan pedang dan percikan darah mengiringi HP kedua karakter yang terus merosot. Akhirnya, Flying Sword masih unggul tipis HP-nya dibanding Liu Yun.
Liu Xiaobie selalu dianggap berbakat di dunia esports. Bakat ini merujuk pada APM-nya yang luar biasa - ibarat atlet dengan fisik prima sejak lahir. Kualitas bawaan seperti ini tak bisa diraih hanya dengan latihan, karena terkait faktor genetik dan kondisi tubuh. Inilah yang disebut bakat alami.
Orang yang berbakat selalu mendapat harapan tinggi, Liu Xiaobie adalah contohnya. Meski Tim Micrograss sebelumnya sudah memiliki tiga pemain All-Star, mereka tetap tidak ragu memberikan kepercayaan padanya. Namun setelah dua musim berlalu, kinerjanya sedikit mengecewakan. Dia punya bakat, tapi peningkatannya belum optimal untuk mengimbangi potensi tersebut. Sebagai perbandingan, di antara pemain yang masuk Liga di tahun yang sama, sudah ada dua yang meraih gelar Shen.
Salah satunya Sun Xiang, berasal dari tim kecil, meraih gelar Shen dengan performa yang menghancurkan. Kemudian transfer ke Jia Shi, mengambil alih One Autumn Leaf, menjadi penerus Ye Qiu - Shen nomor satu di Glory.
Lainnya, Tang Hao, dengan latar belakang mirip Liu Xiaobie. Tim Hundred Flowers yang tiga kali masuk final kejuaraan adalah tim kuat yang tak bisa diremehkan. Tang Hao tidak punya bakat mencolok seperti Liu Xiaobie. Di musim pertamanya di Hundred Flowers juga tidak ada performa istimewa. Saat semua mengira dia pemain biasa, dia memanfaatkan pensiunnya Zhang Jiale dan hilangnya anggota inti di Hundred Flowers. Dengan kinerja top, dia mengubah persepsi orang secara drastis. Musim ini transfer ke Howling, mengambil alih karakter Rogue Tang San Da, menjadi anggota inti absolut. Dengan dukungan rekan setim yang solid, performanya semakin menonjol.
Justru Liu Xiaobie, yang berasal dari tim juara top seperti Micro Grass, memiliki bakat yang membuat orang iri, namun setelah dua musim, selain kecepatan tangan absolut yang sangat mengesankan, tidak banyak meninggalkan momen spektakuler di arena pertandingan.
Tidak ada yang mau hidup biasa-biasa saja. Musim panas ini Liu Xiaobie berusaha keras. Saat orang lain liburan, dia terus berlatih ekstra bahkan masuk ke game online untuk mengasah diri. Kerja keras akhirnya membuahkan hasil. Performa Liu Xiaobie di musim ini sangat menonjol. Di voting All-Star, dia peringkat 25, hanya selisih ratusan tiket dengan Zou Yuan di peringkat 24.
Masuknya Zou Yuan ke All-Star sebenarnya adalah kejadian khusus dalam konteks spesifik. Di All-Star kali ini, seharusnya ada posisi untuknya.
Lu Hanwen adalah bintang baru yang bersinar terang musim ini. Keduanya sudah pernah bertarung sejak musim panas. Di voting All-Star kali ini, Lu Hanwen berada di peringkat 18 – pencapaian luar biasa untuk seorang rookie.
Tapi apakah ini membuat Liu Xiaobie merasa kalah?
Tidak!
Semuanya harus ditanyakan dulu pada pedang di tangan!
