“Bagaimana, ada minat bergabung dengan Xingxin?” Setelah menunjukkan identitasnya sebagai bos, Chen Guo dengan serius memberikan kombo lanjutan pada Sun Xiang. Setelah berinteraksi serius dengan Lou Guanning, Chen Guo benar-benar merasakan kekuatan identitas sebagai bos, dan semakin lihai memanfaatkannya.
"Hmph, kita lihat di arena pertandingan," kata Sun Xiang dingin, tapi kemudian teringat celaan bagus dan buru-buru menambahkan: "Semoga bisa bertemu."
"Tidak mungkin ketemu!" Chen Guo tertawa, "Aku kan bos."
Kali ini semua tertawa. Chen Guo juga tahu kapan harus berhenti, tidak memberi kesempatan Sun Xiang membalas, lalu pergi dengan anggun.
Membawa hasil pengundian grup dan jadwal kembali ke Xingxin, semua melihat bahwa Xingxin dan Jia Shi terbagi di dua zona berbeda, artinya kedua tim hanya bisa bertemu di final. Sayangnya, dua tim profesional Xuan Qi dan Zhu Xian juga masuk zona Xingxin. Untuk lolos ke final, harus mengalahkan kedua tim ini dulu.
"Tiga bulan lagi, pertandingan offline resmi dimulai," kata Chen Guo.
"Hmm." Ye Xiu mengangguk, ini sudah jelas baginya. Jumlah tim yang mendaftar Tantangan Rookie tiap tahun berbeda, jadi jumlah round eliminasi online tidak pasti. Namun pertandingan offline selalu dimulai seragam pertengahan April, berlangsung sebulan hingga pertengahan Mei. Dijadwalkan sebelum klimaks Liga Profesional dan playoff, agar tidak memecah perhatian fans pemain.
“Pulanglah merayakan Tahun Baru dengan baik, lalu bersiap aktif untuk pertempuran!” Ye Xiu mengumumkan.
Tahun ini Tahun Baru Imlek datang lebih awal, tanggal 22 Januari sudah Malam Tahun Baru. Setelah Chen Guo membawa hasil pengundian, semua orang di Xingxin mulai mempersiapkan kepulangan. Yang pertama pergi adalah Mo Fan, tanpa pamit pada siapapun, tapi memilih waktu ketika semua orang ada, lalu pergi membawa barang bawaannya di depan umum tanpa sepatah kata.
“Jangan-jangan si pemalas ini tidak akan kembali?” semua orang berbisik.
“Cek kamarnya.” Wei Chen mengisap rokok sambil naik ke lantai atas. Masuk ke kamar orang tanpa izin sama sekali bukan masalah bagi Kawan Lao Wei yang tak tahu batas.
“Sial, terkunci! Ada kunci cadangan tidak?” beberapa saat kemudian teriakan Wei Chen terdengar.
“Lupakan saja!” kata Chen Guo. Kunci cadangan memang ada. Tapi jika diberikan, bukankah dia akan menjadi kaki tangan ketidaksopanan Wei Chen?
“Dia membawa kuncinya pergi, berarti masih akan kembali kan?” kata Tang Rou.
“Bagaimana kalau bajingan ini mengunci kunci di dalam kamar?” kata Wei Chen.
“Gawat, kunci terkunci lagi di kamar! Bos, pinjam jendela buat memanjat...” teriak Baozi dengan suara serak.
“Dia bukan Baozi...” Tang Rou menjawab tenang pada Wei Chen.
“Baiklah!” Wei Chen mengakui.
Ye Xiu juga merasa Mo Fan akan kembali. Meski si pemalas ini tak pernah mengungkapkan apapun, tapi begitulah sifatnya. Hanya saja situasi saat ini membuat Ye Xiu merasa seperti masuk ke jalan buntu.
Sejak berhasil merekrut si pemalas ini, Ye Xiu selalu menggunakan pendekatan laissez-faire dan membiarkannya, namun faktanya tidak pernah melepaskan perhatian padanya, bahkan bisa dibilang paling banyak memperhatikannya.
Perubahan-perubahan tertentu pada Mo Fan tidak luput dari pengamatan Ye Xiu.
Si pemalas ini diam-diam mengikuti Liga Profesional Glory, ekspansi berbagai dungeon setelah versi baru, dan mulai terbiasa dengan strategi koordinasi tim. Dengan dasar skill yang solid, begitu kesadaran kerjasama tim muncul, perkembangannya cukup pesat. Menurut Ye Xiu, konten PVE seperti dungeon belum bisa mengeluarkan potensi sejati Mo Fan. PVP-lah bidang yang lebih dikuasainya, sayangnya belum ada kesempatan untuk mencoba.
Percobaan semacam ini juga membutuhkan situasi yang natural. Membujuk/meminta/memohon? Dengan sifatnya yang keras kepala, kemungkinan besar akan kontraproduktif. Menunggu inisiatifnya sendiri? Mengingat kepribadiannya yang tertutup dan dingin, kecil kemungkinan ia akan membuka topik duluan. Inilah jalan buntu yang dirasakan Ye Xiu saat ini, harus dicari solusi untuk keluar dari situasi ini.
Anggota tim lainnya jauh lebih kooperatif. Semua rutin menyelesaikan program latihan harian, tetap mengasah skill di game online baik dengan mencatat rekor dungeon bersama tim besar, maupun meningkatkan skill teknis dengan menghadapi berbagai lawan di Arena. Lonjakan kemampuan drastis sudah tidak terjadi lagi pada anggota Xingxin manapun karena mereka bukan lagi pemula. Peningkatan selanjutnya hanya bisa diraih melalui akumulasi pengalaman bertahap dalam kestabilan.
Di game online, BOSS liar level 75 di Shen Zhi Lingyu yang baru dirilis, seiring meningkatnya tingkat peralatan pemain, perlahan mulai masuk dalam kategori perburuan. Bukan hanya material yang dibutuhkan, peralatan oranye level 75 yang dijatuhkan BOSS ini juga sangat berharga saat ini. Update versi baru sudah lebih dari 1 bulan, namun di lingkup profesional masih belum ada Senjata Perak level 75 yang muncul. Departemen teknis tiap tim besar masih aktif menganalisis material baru level 75. Ini jelas meningkatkan tekanan pada departemen guild tiap tim. Untuk analisis material oleh departemen teknis, departemen guild harus mengumpulkan material tersebut. Material dari dungeon stabil produksinya karena basis pemain besar, tapi material dari BOSS liar tetap menjadi masalah utama.
Untuk pengembangan Senjata Perak yang lebih unggul, perebutan BOSS harus diprioritaskan. Shen Zhi Lingyu dipenuhi api pertempuran. BOSS level 75 harus direbut, BOSS level 70 dan 65 juga tidak boleh diabaikan! Meningkat ke tahap baru membutuhkan konsumsi material besar-besaran. Selain material baru, material transisi lama juga harus tetap tersedia.
Xingxin bagaikan burung pipit kecil dengan ambisi angsa raksasa, akan berjuang aktif merebut setiap BOSS.
75 level menambahkan 6 map baru, total 8 BOSS Liar level 75. Jumlah BOSS Liar mencapai 82, rata-rata 11 BOSS menyegar per hari (1 BOSS tiap 2 jam). Intensitas aktivitas menjarah BOSS semakin tinggi. Guild-guild besar memperbanyak tim tambahan - Tim Elit I, II, III semuanya dikerahkan ke garis depan, berburu BOSS di seluruh World Channel dan membunuhnya. Kabarnya klub-klub besar juga meningkatkan bonus dan fasilitas personil departemen guild untuk memacu semangat anggota.
Xingxin saat ini belum memiliki departemen guild yang profesional, sehingga tidak memenuhi syarat tersebut. Di sinilah keunggulan kerja sama Xingxin dengan beberapa guild terlihat. Sumber daya yang tidak dimiliki Xingxin, mereka semua memilikinya. Dari posisi inti aliansi awal, Xingxin semakin terlihat seperti penumpang gratis seiring pergeseran fokus Ye Xiu. Namun guild-guild yang sudah merasakan manisnya kolaborasi ini tetap menjaga harmoni. Semua paham: tanpa aliansi, level kemampuan mereka hanya akan jadi penonton dalam perang BOSS. Ditambah latar belakang guild-guild pilihan Ye Xiu yang berasal dari tim level menengah - tidak terlalu ambisius namun cukup kompeten - membuat kerja sama bisa bertahan lebih lama.
Di pihak Xingxin, kehadiran Wu Chen bertujuan mempersiapkan pengelolaan guild. Ketika aliansi ini bubar, Xingxin diharapkan sudah memiliki departemen guild yang mampu beroperasi mandiri.
Perebutan BOSS yang terus-menerus membuat material Xingxin perlahan terakumulasi. Karena belum ada pengembangan equipment silver untuk sementara, material tidak terpakai dan semakin menumpuk.
Pekerjaan pengelolaan material oleh Ye Xiu dan Wei Chen masih berlangsung. Material yang sudah terorganisir diserahkan ke Luo Ji. Melihat kompleksitas material yang begitu besar, Luo Ji sama sekali tidak panik. Ucapannya "Ini justru lebih mudah" menunjukkan kewibawaan dan ketenangannya. Di bidang yang dikuasainya, Luo Ji memiliki kepercayaan diri yang luar biasa.
20 Januari, Senin di minggu baru.
"Basis pelatihan" Xingxin yang relatif sederhana namun ramai kini sudah sepi. Justru di sisi warnet Xingxin, Ye Xiu, Chen Guo, dan Su Mucheng berkumpul kembali.
"Kamu tidak pulang kampung?" Chen Guo menyadari Ye Xiu sama sekali tidak berniat pergi.
"Hah, kamu melihat tanda tangan QQ adikku?" tanya Ye Xiu.
"Apa?" Chen Guo bingung.
"Tanda tangan QQ-nya yang baru diganti hari ini," jelas Ye Xiu.
"Mana aku tahu!" Chen Guo memutar mata. Ini murni kebetulan!
Bagi Chen Guo, memiliki dua orang tambahan untuk merayakan Tahun Baru bersama merupakan kebahagiaan tersendiri. Sudah berapa malam tahun baru ia lewati sendirian? Ia tak ingat lagi. Yang teringat hanyalah suatu tahun ketika kesepiannya begitu mencekam, hingga ia mengizinkan banyak anak-anak yang membawa uang angpao untuk bermain di warnet.
"Walau dia akhirnya tidak memungut biaya sepeser pun dari anak-anak itu, menurut peraturan manajemen warnet, masalah pemungutan biaya bukanlah hal krusial. Menerima begitu banyak anak di bawah umur sekaligus saja sudah cukup untuk mencabut izin operasi Xingxin."
"Sekarang lebih baik, tidak perlu mengambil risiko seperti itu lagi. Tapi Malam Tahun Baru Imlek ini kok rasanya sama saja dengan hari biasa? Masih main Glory?"
Chen Guo merasa kesal, lalu berdiri.
"Ngapain, bos?" Ye Xiu memperhatikan gerakan Chen Guo.
"Nonton Chunwan." Jawab Chen Guo.
"Nonton Chunwan perlu pakai proyektor segitunya?" Teriak Ye Xiu.
"Biar jelas." Kata Chen Guo.
"Jelasnya sampai menyeramkan!" Lihat close-up di layar proyektor yang tiba-tiba menampilkan lubang hidung sebesar kepala manusia, Ye Xiu sampai kaget.
"Sambil main, sambil nonton." Chen Guo kembali ke posisinya. Kehadiran Chunwan seketika menciptakan nuansa tahun baru.
"Sudah berapa persen?" Mata Chen Guo masih refleks mencuri pandang ke layar Ye Xiu meski sedang menonton Chunwan.
"82%." Jawab Ye Xiu tenang.
"Kok bisa cepat segini!" Chen Guo geram. Mereka sama-sama mengerjakan misi event Tahun Baru Imlek, tapi progress Ye Xiu sudah 82% sementara dia baru 31%.
"Alasannya masih perlu kujelaskan?" Kata Ye Xiu.
Chen Guo mengeluarkan napas kesal.
"Haha, aku selesai." Tiba-tiba Su Mucheng bersorak di sebelah.
"Apa? Gimana caranya? Aku lihat, curang kali kamu!" Ye Xiu terkejut bukan main.
"Hahahaha, tetap Mu Mu yang paling hebat!" Chen Guo senang, meski progress Su Mucheng 69% lebih cepat darinya, dia sama sekali tidak keberatan. Malahan amarahnya hilang karena Su Mucheng 18% lebih cepat menyelesaikan daripada Ye Xiu.
"Bagaimana caranya?" Ye Xiu selalu memiliki semangat eksplorasi yang tak kenal lelah terhadap Glory.
"Di sini, bisa seperti ini." Su Mucheng menjelaskan. Chen Guo yang setengah mengerti tetap mendekat untuk mendengarkan.
Siaran Chunwan sebesar apapun, sepertinya tetap tidak ada yang menonton...
