Dibandingkan dengan ketua sebelumnya, nasib Feng Xianjun sebenarnya cukup baik. Saat mulai memimpin Liga, momentum Ye Qiu sudah berlalu. Generasi Emas sedang naik daun, sementara lingkup profesional menunjukkan perkembangan pesat bak ledakan bakat langka.
Meski beruntung, Feng Xianjun juga menghadapi masalah yang membuat pusing.
Banyaknya bakat justru membuat tidak ada lagi pemain yang mendominasi seperti Ye Qiu. Memilih siapa yang akan menjadi wajah endorsemen Liga benar-benar menjadi dilema bagi Feng Xianjun.
Jika hanya berbicara tentang hasil, setelah Ye Qiu, ada tiga tim yang berhasil menjadi juara: Dominant Hero, Micro Grass, dan Blue Rain...
Tim Dominant Hero dengan atlet andalan Han Wenqing, musuh bebuyutan Ye Qiu, akhirnya menghancurkan dominasi Jia Shi setelah tiga gelar juara berturut-turut Ye Qiu. Feng Xianjun juga mengambil alih posisi Ketua Liga pada tahun itu, dan langsung berencana menjadikan Han Wenqing sebagai yang terdepan. Namun, citra personal Han Wenqing yang beraura dominan selalu terlihat seperti foto promosi film kriminal...
Bagi banyak orang, game sudah dianggap sebagai momok menakutkan. Menggunakan sosok dengan ciri kriminal seperti itu sebagai endorsemen terlihat seperti upaya menggoyang Liga Profesional. Rencana ini akhirnya dihentikan secara tergesa-gesa oleh Feng Xianjun.
Setelah Dominant Hero, Micro Grass meraih juara dengan bintang andalan Wang Jiexi, pemain spektakuler yang dijuluki Penyihir. Sayangnya, penampilan Wang Jiexi memiliki kekurangan mencolok - mata besar kecilnya sering terlihat mengerikan di depan kamera. Citranya memang sulit dioperasionalkan. Namun setelah Ye Qiu, dua gelar Wang Jiexi jelas memiliki bobot paling berat, menjadikannya pemimpin utama liga di periode ini. Terhadapnya, liga akhirnya tidak menghindar seperti saat menghadapi Han Wenqing, meski juga tidak menunjukkan antusiasme yang berlebihan.
Di antara dua gelar Micro Grass, Blue Rain berhasil merebut satu gelar. Dua pemain andalan tim ini berasal dari Generasi Emas yang terkenal, dengan citra dan aura yang sangat memukau. Sayangnya, Feng Xianjun secara pribadi sangat tidak menyukai Huang Shaotian. Gaya bicaranya yang bertele-tele dianggap sebagai tanda ketidakdewasaan di mata orang-orang sepantarannya. Feng Xianjun tidak ingin endorsemen Liga diwakili oleh sosok seperti ini.
Sekilas saja, empat musim telah berlalu di masa jabatan Feng Xianjun. Tanpa fokus pada kandidat tertentu, strategi penyebaran luas pun dilakukan. Gerakan bintang yang lahir dari situ justru sukses besar. Liga dipenuhi pemain bintang yang sangat dicintai pemain, terlihat dari kemegahan Weekend Bintang All-Star tiap tahunnya. Namun di tengah gemerlap bintang-bintang itu, tetap ada satu yang paling terang kurang - sampai Zhou Zekai muncul.
Kemunculan pemain ini membawa gerakan bintang Liga ke puncaknya. Secara alami ia memiliki banyak kelebihan dan syarat, lalu secara sempurna meraih achievement mengagumkan satu demi satu.
Tim Lun Hui kini menjadi kekuatan baru di Liga. Tapi sebelum kedatangan Zhou Zekai, mereka hanyalah tim lemah tingkat menengah-bawah yang bahkan gagal lolos ke babak playoff.
Hasilnya, karena penambahan Zhou Zekai, tim yang sebelumnya lemah berubah total menjadi juara bertahan saat ini. Kebangkitan luar biasa Lun Hui seperti ini benar-benar unik dalam sejarah Liga. Selain Lun Hui, tim-tim pemenang seperti Jia Shi, Dominant Hero, Micro Grass, dan Blue Rain semuanya adalah klub elite yang sudah membangun fondasi sejak awal liga. Mereka memiliki guild terkuat di game online, bukti nyata fondasi solid mereka. Sedangkan Lun Hui, dari tim lemah akhirnya memecah monopoli klub-klub elite ini, semua dimulai sejak mereka memiliki pemain jenius Zhou Zekai.
Lun Hui yang seperti ini sudah pasti termasuk klub elite. Zhou Zekai, tanpa diragukan lagi adalah pemain terbaik liga, pemimpin yang sudah lama ditunggu oleh Feng Xianjun akhirnya muncul.
Faktanya, sejak Musim ke-7, kecenderungan liga terhadap Zhou Zekai sudah sangat jelas. Tapi karena ini cabang olahraga, tanpa piala juara akhir, daya persuasifnya kurang. Semua ini sudah menjadi masa lalu setelah Musim ke-8. Zhou Zekai, baik di kalangan masyarakat maupun pihak resmi, tak terbantahkan telah mencapai puncak tertinggi. Banyak media juga bersuara mendukungnya, meyakini kehadiran Zhou Zekai telah membawa liga ke tingkat baru.
Dari serangkaian statistik liga, Feng Xianjun tidak bisa menyangkal hal ini. Tahun kemenangan Lun Hui, pendapatan total liga memang mengalami lonjakan drastis dibanding musim-musim sebelumnya. Di musim baru, banyak transfer kontroversial membuat Musim ke-9 menerima perhatian tertinggi sepanjang sejarah.
Liga Glory sedang menuju ke perkembangan pesat berikutnya, namun tiba-tiba terjadi serangan momentum kesalahan yang membuat Feng Xianjun tidak bisa tidak khawatir. Berdasarkan data umpan balik saat ini, kualitas pertandingan yang penuh kesalahan gila selama sebulan ini belum menarik perhatian luas pemain untuk sementara.
Pertama, sangat sedikit pemain yang memperhatikan semua pertandingan secara komprehensif. Kedua, pemain juga tidak akan memantau data statistik teknik secara sistematis. Namun jika pemain tidak memerhatikan, bagaimana mungkin media opini yang khusus mencari dan menciptakan topik akan mengabaikannya? Kebiasaan media adalah memberikan ulasan akhir bulan tentang situasi. Keanehan Februari ini pasti tidak luput dari pantauan media. Diyakini laporan besar-besaran akan segera muncul. Setelah pemain menyadari keterlambatan ini, Liga harus memberikan penjelasan yang masuk akal. Kebenaran yang dikumpulkan dari berbagai tim ini jelas bukan alasan yang baik. Apakah benar harus memberi tahu pemain bahwa kualitas pertandingan buruk dan banyak kesalahan bulan ini karena atlet profesional kecanduan game online?
Ini terlalu menggelikan!
Yang lebih merepotkan bagi Feng Xianjun adalah persaingan antar tim besar di game online ini juga tidak bisa dihentikannya, karena ini merupakan jaminan perkembangan berkelanjutan Liga. Membangun liga tanpa melepaskan diri dari game online adalah ciri khas Glory League sejak awal. Pada awal musim kompetisi, desain yang sangat mendekatkan dengan pemain fans inilah yang membuka jalan bagi Glory e-sport di antara cabang olahraga elektronik lainnya, dan berkembang pesat hingga hari ini.
Esports, semuanya berbasis pada game elektronik. Sebuah game yang bisa tetap tenar selama ini, baik itu game online maupun single player, bisa disebut sebagai keajaiban. Ini adalah situasi saling menguntungkan antara game online Glory dan Liga Glory, di mana kedua pihak tidak pernah mempertimbangkan untuk memisahkan model khusus ini.
Tapi yang membuat Feng Xianjun kesal adalah, sebenarnya jika hanya persaingan antar tim profesional, situasinya tidak akan sampai seperti sekarang. Statistik pertandingan saat update game sebelumnya telah membuktikan hal ini. Kali ini, semuanya karena Ye Qiu dan Tim Xingxin-nya. Feedback dari berbagai tim seolah membuktikan hal tersebut.
Ye Qiu... Apa harus menemui si pemalas itu dan memintanya untuk tidak berbuat semaunya?
Feng Xianjun menggelengkan kepala saat memikirkannya. Selain permintaan ini terlalu mengatur, lawan sama sekali tidak punya alasan untuk patuh. Bahkan jika permintaan itu masuk akal, apakah Ye Qiu tipe orang yang mudah menurut perintah orang lain? Jika iya, Ketua Jin Chengyi tidak akan meninggalkan penyesalan: "Keberadaan Ye Qiu telah memperlambat perkembangan Liga Glory setidaknya dua tahun."
Yang bisa dilakukan Feng Xianjun hanyalah berkomunikasi dengan tim-tim profesional, itupun tidak bisa langsung mengeluarkan larangan. Dia hanya bisa melakukan pendekatan persuasif. Setelah memikirkan matang-matang, Feng Xianjun akhirnya mengumpulkan personil terkait dari 10 tim teratas liga dengan nama pribadi, mempersiapkan diskusi bersama.
“Liga mengumpulkan semua tim untuk rapat bersama sudah menjadi hal yang biasa. Keunikan bulan Februari juga dipahami masing-masing tim profesional, sehingga mereka diam-diam memenuhi panggilan Ketua Liga, datang minum teh ke kantor pusat liga.
Feng Xianjun tidak menentukan siapa yang harus hadir, sehingga tiap tim mengirim delegasi standar: kombinasi manajer klub dan kapten tim.
Sepuluh tim, dua puluh orang. Meja bundar besar di ruang rapat No.1 kantor pusat liga sama sekali tidak asing bagi mereka. Tampaknya pertemuan ini memang tidak terlalu formal, bahkan tempat duduk tidak diatur. Delegasi tiap tim saling menyapa sambil mencari posisi duduk secara acak. Hampir bersamaan, Ketua Feng Xianjun pun tiba di lokasi.
Ruangan hening seketika. Sebenarnya semua orang tahu agenda pertemuan. Di depan setiap orang tergeletak koran Esports Weekly edisi Jumat, 28 Februari. Headline utama menampilkan angka-angka mencolok yang menunjukkan total kesalahan di Liga Profesional Glory bulan Februari. Di bawahnya, perbandingan dengan data periode lain semakin menegaskan betapa "spektakuler"-nya angka tersebut bagi para pemain.
"Ahem..." Feng Xianjun seolah tak sengaja meletakkan tangan di atas koran di mejanya, membersihkan tenggorokan sebelum akhirnya berbicara.
"Situasi ini... tidak baik," ujar Feng Xianjun langsung to the point.
"Sekarang sudah terpublikasi, dampaknya pasti tak terhindarkan. Harapan saya, semua pihak bisa segera kembali ke jalur yang benar," lanjutnya.
“Para manajer dan kapten tim semua tersenyum getir. Bukannya mereka tidak ingin situasi ideal. Namun kondisi saat ini seperti 'ikan dan cakar beruang tidak bisa dimiliki bersamaan'. Material dari game online tidak bisa tidak direbut, tapi aktivitas merebut pasti mempengaruhi performa tim. Solusi sempurna untuk kedua masalah? Semua menginginkannya, tapi bukankah ini memang tidak ada jalan keluar?”
“Sebenarnya... kalau bukan karena Ye Qiu yang terus membuat masalah, situasinya tidak akan separah ini.” Para kapten yang pernah terjun langsung merebut BOSS di garis depan memiliki legitimasi untuk berbicara. Liu Hao, kapten Tim Thunderclap yang saat ini berada di peringkat 10 liga, dengan tegas menunjuk Ye Qiu sebagai biang kerok.
Liu Hao, mantan wakil kapten Jia Shi, menjadi bagian dari paket transfer Xiao Shiqin ke Jia Shi bersama He Ming pada musim panas. Di Tim Thunderclap yang baru, Liu Hao yang sebenarnya tidak terlalu menonjol akhirnya malah diangkat sebagai kapten. Tapi tim sekelas Thunderclap jelas tidak memenuhi standarnya. Sejak hari pertama, Liu Hao sudah mencari peluang transfer yang lebih baik. Namun dia paham: untuk mendapatkan tawaran bagus, performa harus cemerlang. Selama setengah musim ini, sebagai kapten, performanya justru luar biasa. Dia membawa Thunderclap ke peringkat 10 liga, bahkan masih punya harapan tipis untuk playoff.
Hasil ini membuat Liu Hao semakin termotivasi. Bahkan dia mulai aktif merebut BOSS liar demi memperkuat tim. Playoff adalah kesempatan yang tidak akan disia-siakan oleh atlet profesional manapun.
Sayangnya, guild game online Thunderclap memang tidak kuat, ditambah gangguan dari Ye Qiu, hasil perburuan BOSS mereka sangat memalukan sampai Liu Hao merah padam. Dendam ini tentu ditujukan sepenuhnya ke Ye Qiu oleh Liu Hao. Kebenciannya pada Ye Qiu sama sekali tidak terkait statusnya di Jia Shi.
