Saat Xingxin menyelesaikan pertandingan, tak menyangka pertandingan lain di grup yang sama berakhir lebih cepat.
Di babak ini, Tim Xuan Qi mendapat bye. Pertandingan lain adalah antara Tim Caopanshou vs Tim Yunxuan Ge. Tim Caopanshou yang cukup kuat, setelah menang besar 8-2 melawan Shibu Yisha di babak sebelumnya, kali ini bahkan lebih berani dengan mengalahkan Yunxuan Ge secara bersih 10-0.
Hingga kini, dua babak telah selesai. Di Grup B, Tim Caopanshou menduduki puncak dengan 18 poin. Xingxin dan Xuan Qi sama-sama mengumpulkan 9 poin, berada di posisi kedua, meski keduanya memiliki satu pertandingan lebih sedikit dibanding Caopanshou. Sementara Shibu Yisha dan Yunxuan Ge sangat mengenaskan - setelah dua pertandingan, satu hanya 3 poin, satunya 1 poin, prospek mereka sudah sangat suram.
Di grup lain yang juga selesai, di Grup A, Tim Zhuxian yang dijuluki Raja Babak Kualifikasi terlihat kekuatannya semakin menurun tiap tahun. Meski mengumpulkan 14 poin dan menempati posisi pertama grup setelah dua babak, mereka sama sekali tidak menunjukkan kekuatan layaknya tim profesional. Situasi di Grup A hingga saat ini masih belum jelas.
Di separuh area lain, pertandingan Grup C menerima perhatian terendah karena tidak ada tim profesional. Namun faktanya, pertandingan grup ini justru paling menarik. Karena kekuatan yang seimbang, pertarungan sengit terjadi dengan ranking yang saling bertautan, bahkan lebih kacau daripada Grup A.
Sementara Grup D... Kekuatan Jia Shi sudah tidak bisa diukur hanya dengan poin. Meraih sepuluh poin penuh sama sekali tidak sulit bagi mereka. Kegagahan mereka lebih tercermin dari waktu penyelesaian pertandingan - hampir semua berakhir dalam waktu dua puluh menit, dan ini terjadi selama dua babak berturut-turut.
Dalam edisi Senin Esports Weekly, dengan judul utama "Tantangan Rookie Paling Tanpa Suspense dalam Sejarah", dilaporkan keunggulan dominan Jia Shi. Untuk situasi kualifikasi grup lain, dua wartawan hanya menyentuh sekilas hasil pertandingan sebelum berkomentar sinis: "Apa perlu kita peduli ini?" Keduanya yang berusaha keras mengambil hati Jia Shi ini, mati-matian mencoba memanfaatkan popularitas klub tersebut dalam laporan mereka.
Bagaimana dengan Cao Guangcheng? Memanfaatkan jaringan luas selama bertahun-tahun dan statusnya sebagai wartawan pendamping tim Jia Shi, dia membuka kolom khusus di halaman tantangan ini untuk menganalisis performa tim tersebut.
Analisis Cao Guangcheng jauh lebih berwibawa dibanding kedua rekan itu. Dia tidak mau seperti mereka yang berteriak-teriak histeris memuji. Bukankah wajar jika tim sekaliber Jia Shi menunjukkan performa seperti ini di Tantangan Rookie? Kalian berdua yang ribut ini malah membuat orang awam mengira ini sesuatu yang baru! Apa maksud kalian - sindiran halus atau justru ingin memalukan diri sendiri?
Komentar Cao Guangcheng sama sekali tidak berfokus pada hasil pertarungan Jia Shi di Tantangan Rookie. Pengalaman bertahun-tahun dalam wawancara Glory League membuatnya memiliki pengetahuan mendalam tentang Glory. Dalam kolomnya, ia lebih banyak menginterpretasikan pertandingan untuk memperkenalkan karakteristik Tim Jia Shi kepada pembaca. Bahkan saat membuat perbandingan contoh, ia tidak pernah membandingkan dengan tim-tim di Tantangan Rookie, melainkan langsung merujuk pada tim kuat di Liga Profesional.
Di musim ini, sebenarnya Jia Shi termasuk tim yang melakukan gebrakan besar di musim panas. Sayangnya karena tenggelam di Tantangan Rookie, laporan analisis taktis-strategis seperti ini tidak pernah muncul. Kini, setelah lolos ke turnamen offline Tantangan Rookie, akhirnya muncul laporan khusus yang memaparkan sistem taktis Tim Jia Shi baru kepada publik.
Kolom Cao Guangcheng mendapat pujian selama dua edisi berturut-turut. Namun sang penulis sendiri sama sekali tidak merasa bangga. Saat ini perhatiannya lebih tertuju pada dua laporan berturut-turut tentang perubahan nama Ye Qiu menjadi Ye Xiu.
Cao Guangcheng selalu mengira dirinya sebagai wartawan yang paling dekat dengan Jia Shi dan Ye Qiu di kalangan pers. Tapi dalam peristiwa kali ini, dua gelombang pemberitaan tersebut sama sekali tidak melibatkannya.
Dalam gelombang laporan pertama, Cao Guangcheng jelas melihat Jia Shi memanfaatkan insiden ini, menggunakan mulut media untuk menciptakan tekanan bagi Xingxin. Hal seperti ini sudah biasa bagi Cao Guangcheng, yang membuatnya kesal adalah fakta bahwa materi ini justru didapatkan oleh dua orang bego itu. Bagaimana caranya mereka bisa mencium titik ini? Tidak banyak orang yang bisa mengenali Ye Qiu. Jika memang Jia Shi yang menemukan terlebih dahulu, kenapa mereka tidak menghubungi dirinya sebagai wartawan?
Dibandingkan dengan gelombang pertama, respons gelombang kedua dari pihak Xingxin terhadap insiden ini justru lebih membuat Cao Guangcheng menyebalkan.
Ye Xiu, alias Ye Qiu, ternyata secara pribadi menerima wawancara? Meskipun kamu adalah pihak yang terlibat! Tapi di musim-musim sebelumnya, Ye Qiu Shen yang selalu menjadi pusat topik, kapan pernah kooperatif seperti ini dalam merespons media? Kenapa kali ini malah membuat pengecualian? Dan malah menguntungkan si Chang Xian itu?
Sebenarnya Cao Guangcheng termasuk senior yang cukup baik, selama ini selalu memberikan kesempatan pada Chang Xian sesuai prosedur. Hasilnya? Hari itu Chang Xian menguncinya di luar pintu, memonopoli semua sumber daya di dalam kamar. Ketika ditanya setelahnya, hanya menjawab "tidak ada apa-apa" sebagai alasan. Lalu, si pemalas ini tiba-tiba bisa mendapatkan wawancara eksklusif dengan Ye Qiu...
“Si bocah ini…” Melihat nama Chang Xian di halaman Esports Weekly edisi kali ini, Cao Guangcheng langsung merasa gigi terasa ngilu. Di edisi ini, Chang Xian juga memberikan ulasan tentang penampilan perdana Tim Xingxin. Pengetahuan Chang Xian tentang Glory jelas tak seluas Cao Guangcheng, tapi Xingxin punya topik panas! Karakter Warlock dengan 8 Equipment silver, pemain Battle Mage cantik memesona, Qiao Yifan yang pindah dari tim juara Micro Grass ke Xingxin, plus dua anggota yang tidak tampil di babak ini: Pertama, Destroying Immortality, si pengacau di Shen Zhi Lingyu yang membuat banyak orang geram dan pernah ditaksir banyak tim namun selalu menolak, ternyata bergabung dengan Xingxin? Yang satunya lagi lebih mantap. Sun Zheping! Mantan Shen yang bahkan ketiga All-Star Jia Shi harus memanggil "senior", tiba-tiba muncul di Tim Xingxin. Setelah menelusuri data Tantangan Rookie sebelumnya, dipastikan sebelumnya Xingxin tidak memiliki anggota ini. Begitu masuk turnamen offline, tidak bisa sembunyi lagi. Munculnya mantan Shen ini membuat orang bertanya-tanya: Masih berapa banyak cadangan yang disembunyikan Xingxin?
Topik sepanas ini memaksa Cao Guangcheng mengakui bahwa selama Tantangan Rookie, Xingxin mungkin lebih menarik perhatian daripada Jia Shi. Popularitas Jia Shi terutama berasal dari dukungan fans lama, sedangkan Xingxin dengan wajah segarnya merebut perhatian lebih banyak pemain netral.
Turnamen offline babak ketiga penyisihan grup segera dimulai keesokan harinya. Di Grup B babak ini, Tim Xuan Qi melawan Shibu Yisha, Tim Xingxin melawan Caopanshou, sementara Tim Yunxuange mendapat bye.
Tim Caopanshou berhasil mengumpulkan 18 poin dalam dua pertandingan melawan dua tim non-profesional Shibu Yisha dan Yunxuange, menunjukkan kekuatan layaknya tim profesional. Namun sebenarnya kemampuan mereka tidak sekuat itu. Keberhasilan di dua babak ini lebih didukung oleh mentalitas mereka.
Grup B yang dihuni Xuan Qi dan Xingxin diakui sebagai "grup kematian". Dengan dua tim kuat ini yang sudah mengunci slot, tim lain seperti ditakdirkan menjadi umpan tanpa kesempatan. Saat pengundian selesai, para pemain dari tiga tim di Grup B terlihat berduka layaknya kehilangan orang tua.
Namun Tim Caopanshou justru menyesuaikan mental dengan cepat. Meski berada di grup maut melawan lawan yang tak tertandingi, mereka tak menyerah. Di dua babak pertama melawan sesama "tim umpan", Caopanshou menunjukkan inisiatif lebih aktif. Sebaliknya, Shibu Yisha yang mempertahankan strategi defensif terlihat kurang kreatif. Dalam situasi Grup B, ketiga tim ini harus menghancurkan sesama umpan sekeras mungkin, lalu beralih ke strategi bertahan saat menghadapi Xuan Qi/Xingxin. Hanya dengan menyaksikan pertarungan sengit dua raksasa ini, mereka mungkin mendapat kesempatan.
Seperti Ten Steps One Kill yang tidak bisa melihat situasi dan hanya bertahan, akhirnya benar-benar menjadi umpan.
Sementara tim yang aktif dan inisiatif, setelah dua babak, situasi sudah mereka bangun dengan cukup baik. Selanjutnya adalah merebut poin dari dua tim kuat, lalu melihat situasi ketika kedua orang ini saling berhadapan.
Tim yang memiliki kesempatan emas, status pemainnya luar biasa bagus. Dalam pertandingan melawan Xingxin, mereka menciptakan kejutan besar dengan mengalahkan Xingxin dengan skor 7-3.
Seluruh pertandingan berlangsung penuh liku-liku. Dari delapan pertandingan hari itu, ini yang terakhir selesai. Tapi tidak satu pun tim yang selesai lebih dulu meninggalkan arena, semua terpikat oleh pertempuran sengit ini...
Pertandingan tim besar terakhir berlangsung selama 1,5 jam. Saat hasil akhir keluar, enam pemain tim tersebut berlari gila-gilaan turun dari arena pertandingan dan memeluk erat anggota ketujuh mereka di pinggir lapangan. Seperti Ten Steps One Kill, tim ini juga memiliki tujuh orang, tapi anggota ketujuh mereka bukan sekadar pengisi kuota - memiliki kekuatan yang cukup. Kemenangan akhir ini membuat ketujuh orang itu tertawa bahagia berpelukan. Mereka berhasil mengambil tujuh poin dari Tim Xingxin, prospek kualifikasi mereka sangat cerah.
Pertandingan lain di Grup B babak ini telah lama berakhir. Tim Xuan Qi mengalahkan Qibu Yisha dengan skor 10-0 tanpa memberikan sedikitpun kesempatan. Setelah tiga babak, Tim Jia Shi telah bertanding tiga kali di babak tim dengan total 25 poin, memuncaki grup maut selama dua babak berturut-turut dengan semangat pasukan yang membara. Tim Xuan Qi mengumpulkan 19 poin dalam dua babak, sesuai ekspektasi terhadap tim profesional. Sementara Tim Xingxin yang semula dianggap sebagai tim kuat pembunuh suspense, hanya mengumpulkan 12 poin dalam dua pertandingan.
Hasil ini justru memicu sorak gembira di lokasi. Tim Xingxin memang tidak pernah populer, apalagi di tempat berkumpulnya fans Jia Shi. Mereka telah lama menanti kekalahan Xingxin. Sejak awal ketika menerima tantangan daring, yang selalu dipermalukan justru para fans. Kini di turnamen offline, di momen penting seperti ini, Xingxin mengalami kekalahan memalukan. Bagi mereka, ini lebih membahagiakan daripada kemenangan 10 poin Tim Jia Shi.
Suara ejekan dan sorak-sorai memenuhi arena. Enam anggota Tim Xingxin yang baru saja menyelesaikan pertandingan tim berjalan menunduk keluar lapangan. Chen Guo memandang Ye Xiu di sampingnya dengan perasaan campur aduk.
Di pertandingan tim, Ye Xiu bahkan tidak menempatkan dirinya sendiri di lineup. Hal ini membuat Chen Guo merasa sangat tidak tenang. Firasat buruknya ternyata terbukti - Tim Xingxin akhirnya gagal di pertandingan tim dan kehilangan poin besar. Apa yang dirasakan Ye Xiu saat ini? Apakah dia menyesal tidak turun bermain? Akankah dia menyalahkan diri sendiri?
Melihat semua orang turun, Chen Guo mengambil inisiatif menyambut mereka dengan tepuk tangan: "Semua bertarung dengan baik."
"Jangan omong kosong dong..." Suara Ye Xiu terdengar dari belakang, "Kalau benar-benar bagus, tidak akan kalah."
"Kamu..." Chen Guo menoleh ke belakang, mulai kesal. Di saat seperti ini, si pemalas ini masih saja bicara langsung tanpa tedeng aling-aling?
Ternyata Ye Xiu mengabaikan aturan larangan merokok di area publik, menyalakan rokok dan menyerahkannya kepada Wei Chen yang baru turun: "Baik-baik saja?"
"Sialan lelahnya..." Wei Chen menerima rokok itu, menyangkutkannya di bibir, lalu langsung menjatuhkan diri ke kursi di samping.
