Masalah usia. Ini adalah hal yang paling mudah dipahami oleh Chen Guo, karena dia juga memiliki pengalaman pribadi. Saat hanya bermain game sebagai pemain biasa, usia tidak terasa berpengaruh. Tapi begitu serius menekuni ini sebagai profesi berteknologi tinggi, masalah ini tiba-tiba menjadi sangat jelas.
"Setelah menemukan masalah-masalah ini, harus dikatakan pada mereka kan?" kata Chen Guo.
"Tentu saja akan dibicarakan. Aku sedang mengorganisir dulu," jawab Ye Xiu.
Chen Guo melihat Ye Xiu sedang mengedit rekaman pertandingan hari ini untuk membahas masalah masing-masing anggota dengan pendekatan spesifik. Barulah hatinya tenang.
"Ada yang bisa kubantu?" tanya Chen Guo.
Ye Xiu meraba-raba saku celananya. Di bawah tatapan penuh harap Chen Guo, ia mengangguk: "Hmm, belikan aku rokok."
Chen Guo menggeleng sambil berbalik pergi. Awalnya ingin langsung kembali ke kamar, tapi saat hendak menutup pintu, melihat punggung Ye Xiu yang sibuk di depan komputer, hatinya luluh. Akhirnya ia membelikan rokok dan meletakkannya pelan di samping tangan Ye Xiu sebelum pergi diam-diam.
Kembali ke kamar, Tang Rou masih belum tidur. Ia juga sedang asyik mengutak-atik komputer. Chen Guo mendekat dan melihat Tang Rou sedang mempelajari materi dan rekaman video tentang Battle Mage, dll.
Chen Guo tersenyum. Ye Xiu benar - anggota tim Xingxin sama sekali tidak butuh hiburan atau dorongan. Setiap orang akan menghadapi masalah dengan sikap proaktif.
“Jangan tidur terlalu larut, istirahatlah lebih awal.” Chen Guo yang awalnya ingin mengobrol sebentar dengan Tang Rou, melihatnya begitu fokus mempelajari Battle Mage, hanya berbisik lembut sebelum pergi tanpa mengganggu lagi.
“Bagaimana tidur kalian tadi malam?” Ye Xiu tersenyum dan bertanya pada semua orang.
Para pemain saling pandang, untuk sesaat tak ada yang bersuara.
“Sejauh ini di Tantangan Rookie, kita selalu menang dengan mudah dan hanya menganggap Jia Shi sebagai kompetitor akhir. Lawan-lawan lain agak terabaikan. Pertandingan terakhir membuat kita membayar harga untuk itu. Karena kekalahan ini, situasi di Grup B sekarang cukup genting. Dua pertandingan berikutnya harus kita rebut poin dengan segenap tenaga, tak boleh ada kecerobohan lagi,” kata Ye Xiu.
“Mengerti.” Semua mengangguk, sikap mereka serius tak seperti biasanya, sangat kontras dengan atmosfer santai harian di Tim Xingxin.
“Mari kita tinjau ulang pertandingan kemarin dulu!” ujar Ye Xiu.
Seperti dikatakan Ye Xiu, kemenangan bisa menutupi masalah sementara kekalahan justru mengungkapnya. Itulah sebabnya setelah kemenangan besar pertama, dia tidak mengadakan review, tapi kali ini diskusi berlangsung sepanjang pagi.
Tim adalah satu kesatuan. Masalah individu adalah masalah tim. Sebagai rekan setim, harus saling memahami kelebihan dan kekurangan masing-masing. Hanya dengan pengenalan menyeluruh, chemistry terbaik bisa tercapai. Setiap masalah individu dibahas terbuka bersama tim. Usaha pribadi ditambah dukungan tim, solusi akan lebih efektif.
Pagi hari bersama-sama mengevaluasi masalah yang muncul dalam pertandingan kemarin, sore hari melakukan latihan rutin seperti biasa. Keesokan harinya, Ye Xiu sudah mulai mempersiapkan diri secara terfokus dengan materi analisis lawan berikutnya yang telah dikumpulkan dan diorganisir.
Tiga hari berlalu sekejap mata, pertandingan babak keempat dimulai pada Jumat malam.
Grup B: Tim Xingxin vs Tim Pavilion Awan, Tim Xuan Qi vs Tim Trader, Tim Ten Step One Kill mendapatkan bye di babak ini.
Tim Ten Step One Kill yang hanya mengumpulkan 3 poin sudah tereliminasi lebih dulu, hari ini bahkan tidak hadir menonton. Sementara Tim Pavilion Awan hanya menyisakan secercah harapan lolos, yang sebenarnya sudah setara dengan kekecewaan bagi mereka. Namun setelah melihat kekalahan Tim Xingxin dari Trader di babak sebelumnya, semangat juang Tim Pavilion Awan hari ini berkobar-kobar, menampilkan sikap pantang menyerah.
Sayangnya, Xingxin hari ini tidak memberi kesempatan sedikitpun pada lawan. Dengan kekuatan yang luar biasa, mereka menghancurkan Tim Pavilion Awan dengan mudah. Hanya setengah jam, pertandingan hari ini sudah berakhir.
Tapi di babak ini, Xingxin masih kehilangan 1 poin.
Di Tim Pavilion Awan, terdapat seorang pemain Assassin spesialis satu jurus. Kemampuannya biasa-biasa saja di berbagai aspek, namun sangat menguasai skill (She Ming Yi Ji). Dalam pertandingan melawan Xuan Qi, dialah yang merebut 1 poin di pertandingan individual.
Spesialisasi satu jurus seperti ini jelas tidak menguntungkan untuk arena pertandingan. Jadi saat melawan Xingxin, orang ini tetap ditempatkan di pertandingan individual.
Mengenai orang ini, Ye Xiu juga telah menekankannya selama persiapan. Namun dalam pertandingan individual, Tang Rou yang menghadapinya akhirnya dikalahkan oleh si pemalas ini dengan taktik licik, membuat Tang Rou sangat kesal. Tang Rou lebih menyukai duel tatap muka untuk menyelesaikan pertarungan. Strategi aliran licik tidak disukainya dan agak sulit dihadapinya, ini merupakan masalah lain yang terungkap dalam pertandingan ini.
Setelah pertandingan ini, Xingxin mengumpulkan 21 poin dari tiga pertandingan, sementara Yunxuan Ge telah tereliminasi lebih awal setelah tiga pertandingan.
Di sisi lain, pertandingan antara Xuan Qi dan Caopanshou masih berlangsung. Karena kehilangan banyak poin di babak kedua melawan Caopanshou, situasi kualifikasi Xingxin menjadi agak pasif. Hasil pertandingan ini juga sangat penting bagi Xingxin. Para pemain yang baru turun dari arena pertandingan tim langsung memantau perkembangan pertandingan tersebut. Ekspresi Chen Guo yang bisa mengamati situasi di kedua arena selama ini terlihat tidak begitu baik.
Pertandingan Xuan Qi vs Caopanshou telah memasuki babak tim. Hasil dua babak pertandingan individual sebelumnya cukup mengejutkan: 2-3.
Dalam pertandingan individual, Caopanshou berhasil merebut 3 poin dari Xuan Qi. Jika mereka bisa mengalahkan Xuan Qi di babak tim, mereka akan membuktikan diri sebagai dark horse sejati dengan dua kali mengalahkan tim besar. 8 poin ini juga akan mengamankan posisi kualifikasi mereka, memaksa Xingxin dan Xuan Qi harus saling mengeliminasi di babak terakhir.
Tapi bahkan jika Xuan Qi berhasil mengalahkan Caopanshou di babak tim, apakah situasi terakhir Xingxin akan menjadi lebih mudah?
Ye Xiu menyapu pandangannya ke area pemain di sebelah, tepat melihat seseorang memegang buku kecil sambil memandang ke arah Xingxin. Saat menyadari tatapan Ye Xiu, orang itu tersenyum samar.
"Hei! Raja Senapan." Ye Xiu menyapa pria tersebut.
"Hehe, aku tidak pantas disebut begitu." Pria itu tersenyum lalu kembali fokus ke pertandingan.
Orang ini memang tidak akan turun bertanding, tetapi faktanya dialah inti utama sebenarnya dari Tim Xuan Qi.
Zhang Yiwei, atlet profesional yang bergabung di Liga pada musim kedua. Di masanya, dia adalah Penembak Jitu legendaris, namun kini aura-nya telah sepenuhnya tertutupi oleh generasi penerus. Memang, penerus setelah Zhang Yiwei terlalu bersinar.
Sebagian besar karir Zhang Yiwei dihabiskan di Tim Lun Hui, dengan karakter yang dioperasikannya bernama Yiqian Chuanyun - karakter yang kini digunakan oleh Zhou Zekai, pemain terbaik liga yang dijuluki Raja Senapan. Saat Ye Xiu memanggilnya "Raja Senapan", Zhang Yiwei menolak bukan karena rendah hati, melainkan karena julukan itu memang belum ada di era kepemimpinannya.
Memiliki penerus seperti ini adalah berkah bagi tim, tapi menjadi tragedi bagi senior. Performa gemilang Zhou Zekai dengan Yiqian Chuanyun justru membuat sang senior terlihat sangat tidak mampu.
Setelah posisi Zhang Yiwei digantikan oleh Zhou Zekai, akhirnya ia meninggalkan Tim Lun Hui dengan perasaan kecewa, mengembara selama dua musim, dan akhirnya mengumumkan pensiun setelah berakhirnya Musim 6. Namun kemudian terjadi perubahan karir yang megah, ia menjadi Pelatih Tim Xuan Qi, yang bisa dibilang membuka halaman baru dalam sejarah Liga Glory. Sebelumnya, tidak pernah ada posisi pelatih di tim profesional. Pada tahun itu, Xuan Qi akhirnya berhasil bertahan di liga, lalu memicu tren peniruan. Tim baru Ming Qing yang bergabung ke liga di musim berikutnya juga merekrut pelatih untuk mendukung tim mereka.
Prestasi Xuan Qi setidaknya 50% adalah berkat Zhang Yiwei. Jadi, sosok inti sebenarnya dari Tim Xuan Qi ini bukanlah pemain di lapangan, melainkan pelatih di pinggir arena. Meskipun musim lalu mereka akhirnya tereliminasi, namun pemilik Xuan Qi tetap mempercayai Zhang Yiwei dan mempertahankannya untuk terus memimpin tim.
"Sepertinya Xuan Qi dalam kondisi bagus?" Chen Guo berseru dengan semangat kepada Ye Xiu. Dalam pertandingan tim melawan Cao Panshou saat ini, Xuan Qi unggul stabil. Kuda hitam Cao Panshou sepertinya tidak akan bisa terus mempertahankan kejutan mereka.
"Asal tidak lengah, seharusnya Xuan Qi tidak akan kehilangan poin dari Cao Panshou," kata Ye Xiu sambil melirik ke arah Zhang Yiwei di seberang.
"Ini bagus," kata Chen Guo sambil tersenyum.
"Bagus? Bagus di mana?" tanya Ye Xiu.
"Kalau Xuan Qi menang, babak terakhir akan lebih mudah bagi kita, kan?" ujar Chen Guo.
"Coba hitung lagi skornya dengan teliti baru bicara!" sahut Ye Xiu.
“Hmm?” Chen Guo terkejut, lalu mulai menghitung poin berdasarkan situasi saat ini.
Jika babak ini terus berkembang seperti sekarang, dan Xuan Qi berhasil mengalahkan Caopanshou di pertandingan tim, skor akhir akan menjadi 7-3. Dengan demikian, setelah empat babak, situasi Grup B adalah: Caopanshou telah menyelesaikan empat pertandingan dengan 28 poin (sementara peringkat 1), Xuan Qi tiga pertandingan 26 poin (peringkat 2), Xingxin tiga pertandingan 21 poin (peringkat 3), sementara dua tim lain sudah tidak relevan.
Di babak terakhir, Tim Caopanshou akan mendapat bye, Xingxin akan melawan Xuan Qi, sementara pertandingan lain tidak berpengaruh. Hitungan akhir poin ketiga tim ini membuat ekspresi Chen Guo langsung berubah.
Poin 28 Caopanshou sudah final. Poin Xingxin dan Xuan Qi masih bisa berubah di babak terakhir. Saat ini Xingxin tertinggal 5 poin dari Xuan Qi dan 7 poin dari Caopanshou. Berapa poin yang harus direbut Xingxin di babak terakhir untuk lolos?
"8 poin..." Ye Xiu di samping sudah mengeluarkan jawaban.
Hanya dengan meraih 8 poin, total Xingxin menjadi 29 poin dan lolos sebagai juara grup. Jika hanya dapat 7 poin, Xuan Qi yang mendapat 3 poin akan mencapai 29 poin sebagai juara. Xingxin dan Caopanshou sama-sama 28 poin. Menurut aturan, jika poin sama, akan mengacu pada skor pertandingan langsung di mana Xingxin kalah 3-7. Akhirnya Xingxin akan tereliminasi oleh Caopanshou karena kekurangan ini.
Di arena pertandingan, kelebihan Xuan Qi semakin terlihat jelas. Dengan lima anggota tim masih utuh, tiga karakter dari Tim Caopanshou telah terbunuh dan tereliminasi. Zhang Yiwei di pinggir lapangan juga menunjukkan senyum puas, lalu menoleh untuk melirik anggota Xingxin.
