"Orang ini kok begitu ya?" Di sisi Xingxin, tingkah laku Xiao Jie membuat Chen Guo tidak bisa tinggal diam.
"Pertandingan berjalan buruk, kritikan setelahnya wajar diberikan. Entah itu disampaikan dengan keras langsung, atau didahului hiburan dan analisis tenang, itu hanya perbedaan metode komunikasi yang bergantung pada individu. Dari segi niat, tidak bisa dinilai benar atau salah."
Lin Yi saat ini, meski kalah, telah mengurangi HP lawan hingga 5% di arena pertandingan - kinerja yang sebenarnya memadai. Tapi awalnya dia menguasai penuh situasi, justru akhirnya dikalahkan oleh lawan yang mencuri kemenangan. Perbedaan inilah yang membuat Xiao Jie kesal. Meski hasil akhir tidak terlalu buruk, Lin Yi tetap dihujat habis-habisan.
Chen Guo tidak tega melihat, tapi ini urusan internal tim lain, tidak pantas ikut campur.
Kapten Lin Yi yang baru saja dimarahi duduk diam di pojok. Para pemain lain berdatangan menepuk bahunya untuk menghibur.
Xiao Jie? Setelah meluapkan amuk, suasana hatinya tampak membaik. Ia puas dengan metode disiplin ketatnya, senyum khasnya kembali mengembang saat menoleh ke Ye Xiu dari Xingxin: "Situasi sebaik itu sampai terbalikkan, pasti membuat Dewa Ye tersenyum kecut."
"Jika karena masalah pembalikan keadaan, seharusnya Anda tidak perlu terlalu menyalahkannya," jawab Ye Xiu.
"Maksudnya?" tanya Xiao Jie.
"Jika penempatan urutannya karena menebak pemain pertama kami adalah Baozi, lalu membuat penanganan spesifik, maka orang yang mengatur susunan ini setidaknya harus menanggung lebih banyak tanggung jawab atas kekalahan ini." Ye Xiu berkata.
"Apa katamu?" Ekspresi wajah Xiao Jie berubah.
Ye Xiu tersenyum, dia sudah paham. Biasanya urusan pertandingan tim menjadi tanggung jawab penuh kapten, tapi dari cara Xiao Jie memarahi anggota terlihat bos ini tidak hanya mengatur garis besar manajemen tim, tapi juga ikut campur hingga level penataan strategi spesifik.
Pemimpin awam yang mengatur ahli selalu menjadi pantangan besar. Xiao Jie sebenarnya tidak bisa disebut benar-benar awam di Glory, mengingat dia sudah menjadi fans bertahun-tahun. Seperti pelatih sepakbola yang bisa memimpin tim meski bukan mantan pemain profesional, dia mungkin tidak punya skill operasional Atlet profesional tapi bisa memiliki tingkat teori strategi dan teknik yang setara.
Tapi jika sudah ikut campur sampai level ini, maka ketika tim mengalami masalah, harus jelas dulu sumber masalahnya - apakah dari strategi yang tidak tepat, atau memang performa pemain yang buruk.
Lin Yi kalah dalam pertandingan dan langsung dimarahi habis-habisan oleh Xiao Jie. Chen Guo tidak menyukai sikapnya seperti ini, tapi yang lebih tidak bisa diterima Ye Xiu adalah cara Xiao Jie yang tidak mau mencari tahu akar masalah. Apakah Xiao Jie punya skill taktis untuk mengendalikan sebuah tim, Ye Xiu juga belum tahu pasti. Tapi setidaknya di pertandingan pertama yang baru saja berlangsung, jika Lin Yi sengaja diturunkan untuk melawan Baozi, maka Ye Xiu tidak menganggap ini sebagai keputusan yang bijaksana.
Ternyata, setelah poin ini diungkapkan, ekspresi Xiao Jie langsung berubah memalukan. Rupanya ini memang hasil rancangannya. Jadi ketika Lin Yi menguasai situasi di lapangan, dia sangat sombong dan merasa ini semua berkat ramalan jitunya yang tepat menurunkan pemain penangkal lawan. Tapi ketika Lin Yi gagal mempertahankan keunggulan dan malah kalah, dia marah besar, menyalahkan Lin Yi yang dianggapnya tidak bisa memanfaatkan kesempatan. Padahal menurutnya kemenangan sudah dijejalkan ke tangan Lin Yi, tapi si pemalas ini bahkan tidak bisa memegangnya dengan baik - benar-benar sampah!
Sekarang, Ye Xiu berani mengatakan penempatan pasukannya bermasalah?
"Apa maksudmu?" Xiao Jie melototi Ye Xiu, sama sekali tidak menunjukkan sikap rendah hati yang sebelumnya dipaksakan.
"Menilai Lin Yi sebagai pemain yang bisa mengatasi Baozi adalah pertimbangan yang salah." kata Ye Xiu.
"Berdasar apa kau berani bilang begitu?" teriak Xiao Jie.
"Berdasarkan hasil pertandingan yang baru saja berlangsung." Ye Xiu tersenyum.
"Bahan tertawaan." Xiao Jie mencibir, "Hasil satu pertandingan bisa membuktikan apa? Apalagi Lin Yi awalnya benar-benar menguasai situasi. Kalau saja dia tidak ceroboh..."
"Satu kali kecerobohan adalah kecerobohan, dua kali kecerobohan tetap kecerobohan, tapi saat terus-menerus ceroboh, takkan kau pertimbangkan ada alasan lain yang membuatnya sering lalai?" Ye Xiu berkata.
"Jadi ini karena penempatan urutan yang membuatnya sering ceroboh? Kalau begitu, seharusnya dia tidak diberi lawan yang terlalu mudah dikendalikan dan dikuasai, agar tidak mudah meremehkan musuh?" Nada Xiao Jie penuh sarkasme.
"Rinciannya kau pikir sendiri saja!" Ye Xiu tersenyum, tanpa memberikan penjelasan detail.
"Kenapa, kau juga tidak bisa menjawab?" Xiao Jie mencibir.
Ye Xiu menghela napas: "Apa kau berharap aku membantumu menganalisis cara mengalahkan pemain tim kami?"
"Kalau begitu kami tunggu sampai mengalahkan kalian dulu baru mendengar teori mulukmu. Saat itu, kurasa ini sudah tidak relevan lagi dengan situasi keseluruhan, bukan?" kata Xiao Jie.
"Kalau begitu kalian harus berusaha lebih keras." Ye Xiu menanggapi.
"Tak perlu kau khawatirkan." Xiao Jie membalas dengan nada dingin.
Saat ini, sikap rendah hatinya yang awal telah sirna sama sekali. Kekalahan dalam satu pertandingan membuat kesombongan, keangkuhan, dan kecongkakannya terbongkar jelas. Dari sudut pandang ini, Xiao Jie memang tipikal orang yang tidak punya kecerdikan - hanya sedikit provokasi sudah membuat sisi buruknya muncul tanpa bisa ditutupi.
Di arena saat ini pertandingan kedua sudah dimulai. Zhuxian mengerahkan pemain Ghostblade mereka. Secara komposisi kelas, tim Zhuxian memiliki ciri khas yang cukup menonjol. Kombinasi utama mereka dalam pertarungan tim adalah empat Blade Master: Swordsman Ganas, Blade Master, Ghostblade, dan Soulblade, ditambah satu Healer.
Ghostblade yang bertarung saat ini adalah anggota utama mereka, karakter bernama Ghost Sorrow. Ini adalah tipe Ghostblade yang cukup umum di kalangan pemain, mengikuti rute seimbang dengan taktik dual sword.
Baozi Invasion milik Baozi hanya menyisakan 5% HP. Begitu pertarungan dimulai, sebelum sempat melakukan langkah jenius, karakternya sudah dibunuh oleh Ghost Sorrow.
Setelah sebelumnya menang tipis melawan Lin Yi dan disambut sorak fans Xingxin seolah-olah berhasil 1 vs 5, di babak ini Baozi justru langsung dikalahkan. Kelompok fans tanpa ampun mulai mengejeknya, bahkan menyindir dengan perbandingan tidak realistis "1 vs 5". Jelas ini bukan kejahatan fans, melainkan bentuk guyonan antara teman dekat yang pernah bersama-sama bertahan di game online - mereka memperlakukan Baozi seperti teman jahat yang layak dijahili.
Baozi menggeleng-gelengkan kepala turun dari arena, masih kesal dengan kekalahan cepat di pertandingan kedua: "HP tinggal dikit gitu, nggak dikasih isi ulang pake dua baozi, aduh aduh aduh!"
Semua orang di Xingxin tertawa, lalu melihat Baozi duduk lesu di sisi, tapi tak ada yang menghibur karena semua tahu itu tak perlu. Benar saja, lima detik kemudian, mendengar candaan serbukan fans di belakang, Baozi langsung tersenyum lebar dan mulai ngobrol ngalor-ngidul. Si pemalas ini bahkan berusaha melompat keluar area pemain ke tribun fans, tapi akhirnya ditahan oleh penjaga keamanan yang bingung.
Wajar penjaga keamanan bingung. Dari tribun penonton yang nekat masuk area pemain sudah biasa, tapi dari area pemain merangkak ke tribun penonton? Belum pernah lihat! Apakah ini melanggar aturan resmi? Penjaga keamanan linglung, karena tak yakin apakah ada aturan yang melarang pemain meninggalkan area ke tribun penonton. Siapa sangka ada yang nekat begini?
Tak lama setelah Baozi turun, giliran pemain kedua Xingxin naik ke arena. Kebetulan juga pemain Ghostblade Xingxin - Qiao Yifan.
Tapi karakter Ghostblade Yicunhui milik Qiao Yifan murni bertipe formasi, kemampuan duel relatif lemah. Ditambah hanya punya dua Equipment silver, sementara karakter Ghostblade Zhuxian dan kapten mereka Wan Jian Gui Yi punya tujuh Equipment silver. Secara komparasi, Yicunhui jelas kalah.
Namun jika berbicara tentang kekuatan pemain, Qiao Yifan jauh lebih stabil dibandingkan Tang Rou dan Baozi. Berasal dari tim juara, dia memiliki dasar teknik dan strategi yang solid. Meski tidak mendapat kesempatan bertanding di Tim Micrograss, level pelatihan tim juara jelas tidak sebanding dengan Tim Zhuxian yang telah tereliminasi bertahun-tahun dan terus merosot.
Kemudian, dibimbing langsung oleh Shen level dewa seperti Ye Xiu, dia melakukan perubahan kelas karakter dan akhirnya sukses besar. Saat ini bahkan Qiao Yifan sendiri sudah merasakan manfaat transformasi ini. Kelas Ghostblade membuatnya seperti ikan mendapat air, operasional di setiap agenda dan kesadarannya bagai pasangan surgawi. Kenyamanan ini tidak pernah dia rasakan saat menggunakan Assassin di Tim Micrograss. Semakin skill-nya meningkat, semakin kuat perasaan harmoni ini. Terhadap kelas Ghostblade, Qiao Yifan bahkan bisa dikatakan tak bisa melepaskannya.
Penguasaan yang sangat baik terhadap kelas karakter ini juga memperbaiki kepercayaan diri yang selama ini kurang pada Qiao Yifan. Dia tidak lagi meragukan atau menyangkal diri sendiri, sekarang dia yakin sepenuhnya akan menjadi atlet profesional Glory yang luar biasa.
Pertandingan dimulai. Karakter Ghostblade Tim Zhuxian langsung mengayunkan pedang dan bergegas maju. Di pertandingan sebelumnya, Baozi Invasion yang tersisa sedikit HP berhasil dia kalahkan dengan mudah dalam beberapa gerakan. Kemenangan mudah itu justru membuatnya merasa belum puas. Saat ini semangat juangnya membara, keinginan bertarungnya sangat kuat, seolah ingin segera menghantam karakter lawan dan bertarung langsung dengan senjata nyata.
Di sisi Qiao Yifan, pertarungan langsung dimulai dengan strategi posisi tempur. Alih-alih bergerak lurus mencari Gui Jianchou, ia berputar melalui garis tepi. Pertempuran ini jelas akan dimulai dengan penyergapan dari salah satu pihak.
Harus diakui, latihan selama setengah tahun yang canggung Qiao Yifan sebagai Assassin di Micro Grass membantu penguasaannya terhadap teknik penggunaan kelas ini. Seperti pergerakan penyergapan - skill wajib bagi pemain Assassin. Meski dulu tidak menonjol, ketekunannya membuahkan dasar yang solid. Saat ini, Ghostblade Yicunhui di bawah kendalinya menunjukkan presisi luar biasa dalam penyergapan. Setelah berputar melalui jalur diagonal, karakter ini muncul tepat di belakang Gui Jianchou.
"Bodoh, belakangmu!" teriak Xiao Jie panik melihat adegan ini.
Namun Qiao Yifan tidak langsung menyerang. Ia tetap bersembunyi di belakang Gui Jianchou, mengamati setiap gerakan lawannya.
