Di lokasi, dalam keheningan total, tepuk tangan terdengar dari sudut tertentu, lalu menyebar dengan cepat hingga memenuhi seluruh stadion.
Xingxin tidak memiliki banyak pendukung di lokasi, bahkan banyak pemain yang tidak menyukai mereka. Tapi pemain Glory yang tegas tetap mengakui performa gemilang. Layar elektronik menggantung di depan semua penonton, semua orang menyaksikan performa tak terbantahkan Qiao Yifan dalam pertandingan ini, pantas mendapatkan tepuk tangan ini.
Serangan mendadak ceroboh di awal akhirnya mendapat interpretasi baru - itu jelas-jelas jebakan untuk memancing lawan ke posisi yang diinginkannya.
"Penonton pasti masih ingat serangan mendadak di sudut tembok tadi, mari kita review bersama." Komentator siaran langsung buru-buru meminta sutradara menampilkan adegan itu saat merekap pertandingan.
Adegan ini sebenarnya sudah disiapkan sutradara, tapi pertempuran berlanjut tanpa jeda hingga Ghost Jianchou terbunuh, sehingga tidak sempat ditayangkan. Sekarang akhirnya ditampilkan dari sudut pandang kamera pertama Ghost Jianchou.
Saat Guijianchou mengejar masuk ke gang kecil ini, bayangan Yicunhui sudah tak terlihat. Namun di tikungan itu, bayangan memanjang tertarik di tanah. Begitu Guijianchou meliriknya, ia segera mengejar. Mendekati sudut, ia bergerak membentuk garis parabola, membuka ruang lalu menerjang. Yicunhui yang bersembunyi di sudut langsung menyerbu dengan pedang terhunus.
Sisa sinar matahari terbenam menyapu wajahnya, nyata namun magis. Dalam sudut pandang kamera Guijianchou, Yicunhui hanya tersisa siluet samar. Kilauan pedangnya sepenuhnya tertelan efek cahaya senja yang menyilaukan. Guijianchou yang tak siap langsung kena serangan, lalu terjebak di sudut arena hingga akhirnya mengalami kekalahan yang memalukan.
"Ternyata begitu..." komentator terkagum-kagum, "Pemain Xingxin dengan cerdik memanfaatkan pencahayaan dari posisi yang berlawanan ini untuk menyembunyikan serangan pedang mereka. Perhatikan semua, ketika Yicunhui melancarkan skill Bulan Sabit Cahaya Bulan ini, ada lompatan yang tepat mengirimkan kilauan pedang ke dalam bayangan cahaya senja. Saya yakin ini hasil latihan intensif. Posisi yang digunakan untuk membunuh Gui Jianchou juga jelas bagian dari rencana. Sejak awal, Xingxin sudah memiliki tujuan strategis yang jelas. Seperti kita ketahui, meski peta pertandingan ini dirancang dadakan, namun setelah kompetisi dimulai semua peta sudah tersedia untuk diunduh. Setiap peta pertandingan diumumkan sebelumnya dalam proses turnamen untuk memudahkan persiapan tiap tim. Sekarang terlihat jelas pemain Xingxin telah melakukan persiapan matang di aspek ini. Tapi bagaimana dengan Tim Zhuxian? Meski sama-sama menggunakan Ghostblade dengan dual mastery (support & damage), lokasi geografis yang seharusnya bisa dimanfaatkan ini tampaknya tidak mereka perhatikan."
“Pemain Xingxin menang dengan gemilang, mari kita ingat nama pemain ini, Qiao Yifan! Seharusnya dia maju menerima tepuk tangan live ini, namun sayangnya ini format arena pertandingan. Masih ada pertandingan yang harus dilanjutkan, tapi tak masalah. Masa depan masih panjang, saya yakin prospek pemain ini sangat cerah. Ngomong-ngomong, pemain bernama Qiao Yifan ini awalnya bergabung di Tim Micrograss. Entah mengapa sepertinya kita tidak pernah melihatnya di arena selama satu musim sebelum hengkang. Saya penasaran apakah Tim Micrograss menyesal melihat performa Yifan hari ini?”
Di tengah pujian komentator dan tepuk tangan penonton, pemain Tim Zhuxian yang kalah keluar dari kursi pertandingan. Sorak-sorai dan tepuk tangan untuk Qiao Yifan ini terasa sangat memalukan baginya. Langkahnya lambat, seolah menghindar kembali ke area pemain. Bos mereka Xiao Jie duduk dengan wajah masam di luar arena. Melihat kelambatannya, dia mendengus dingin tanpa mempedulikannya, lalu memanggil pemain ketiga Zhuxian yang akan bertanding.
“Perhatikan baik-baik, lawan sangat memahami map. Hati-hati jangan sampai terulang kesalahan. Dan...” Xiao Jie terus mengingatkan dengan cemas.
“Saya paham.” Pemain ketiga Zheng Shengchao yang menggunakan karakter Swordsman Ganas "Zhan Xiangsi" ini mengangguk. Setelah mendapat wejangan dari Xiao Jie, dia berjalan maju menuju arena.
Pertandingan ketiga dimulai, situasi saat ini sangat tidak menguntungkan bagi Zhuxian. Yicunhui menghabiskan cukup banyak MP di ronde kedua, namun kerugian HP kurang dari 20%, hampir memimpin satu kill atas Tim Zhuxian. Xiao Jie yang berada dalam posisi inferior justru duduk tegak, tidak lagi tersenyum dan menoleh untuk berkomunikasi dengan Ye Xiu.
Pertandingan dimulai. Berkat kinerja gemilang di babak sebelumnya, bahkan komentator siaran langsung tak bisa menyembunyikan bias. Masalah yang pertama kali diperhatikan adalah bagaimana Qiao Yifan akan menghadapi pertandingan ini dalam kondisi HP tidak penuh dan MP terbatas. Setelah membahas hal tersebut, barulah diperkenalkan pemain baru Zhuxian, Zheng Shengchao.
Swordsman Ganas dalam arena pertandingan sebenarnya agak canggung. Keberadaan skill andalan Blood Awakening menciptakan strategi unik "menjual darah" untuk kelas ini. Perubahan ritme akibat mekanika ini membuat banyak orang merasa sulit ditangani. Namun saat duel tunggal, strategi ini bisa menjadi penentu kemenangan. Tapi di arena pertandingan berantai, jika darah sudah habis dijual, dengan apa lawan berikutnya akan dihadapi? Meski Swordsman Ganas semakin kuat saat HP-nya rendah, kekuatan itu tidak sampai bisa insta-kill lawan secara sembarangan. Langsung membuang 90% HP di awal? Bukan seperti itu cara menjual darah yang benar. Faktanya, saat Swordsman Ganas menjual darah, HP lawan juga akan tertekan ke level yang seimbang. Jika melihat Swordsman Ganas dengan HP tipis sementara lawannya masih segar, jangan mengira itu strategi persiapan critical damage – 99% kasus seperti ini artinya Swordsman Ganas hampir KO...
Karakteristik kelas seperti ini membuat Swordsman Ganas cukup sulit di arena pertandingan, terutama ketika menghadapi situasi dimana tim lawan unggul – kondisi ini akan terasa semakin berat.
Xiao Jie memberikan instruksi detail pada pemain Swordsman Ganas mereka, namun ekspresinya tetap dingin. Tampaknya dia menyadari betul situasi genting yang mereka hadapi.
Mereka jelas, Qiao Yifan bahkan lebih jelas. Dari performa di pertandingan sebelumnya terlihat, persiapan Qiao Yifan sangat matang dengan persiapan yang teliti dan detail. Bahkan sinar matahari di sudut jalan pun diperhatikan dan dimanfaatkan, dalam situasi seperti ini, mana mungkin dia tidak punya persiapan psikologis?
Zheng Shengchao tidak menyuruh Swordsman Ganas-nya buru-buru menantang Yicunhui berduel, Qiao Yifan juga tidak mengabaikan perlindungan diri meskipun unggul. Keduanya sama-sama mencari kesempatan dengan penuh kewaspadaan dan kesabaran.
Adegan ini membuat Xiao Jie mulai gelisah.
Dia yakin posisi unggul akan membuat lawan lebih agresif dan berani. Situasi yang biasanya membutuhkan pertimbangan ekstra mungkin akan dicoba dengan berani karena punya cadangan HP. Jadi dia memerintahkan Zheng Shengchao untuk aktif memanfaatkan psikologi lawan ini.
Tapi sekarang, apakah lawan punya psikologi seperti itu? Xiao Jie mulai meragukannya. Di pertandingan sebelumnya, Qiao Yifan aktif menyergap dan memancing untuk menguasai inisiatif di arena. Tapi di ronde ini malah semakin hati-hati. Bukan hanya tidak mencoba saat ada 30% kesempatan, bahkan saat ada 50-60% peluang pun dia mengabaikannya, terus mencari momen yang lebih pasti.
“Penilaian Xiao Jie seluruhnya meleset, ini membuatnya sangat kesal. Di lapangan, Zheng Shengchao juga menyadari hal ini. Setelah saling mencoba dengan hati-hati dan waspada bersama Qiao Yifan, akhirnya dia memutuskan untuk meninggalkan strategi yang telah Xiao Jie susunkan. Lawan sama sekali tidak terpancing.
Zheng Shengchao yang gagal memancing lawan akhirnya memilih mencari kesempatan menerobos secara frontal. Tapi Qiao Yifan sama sekali tidak mau berhadapan langsung dengannya. Dengan lincahnya dia menyusuri gang-gang dan area di map, seakrab orang yang sedang di rumah sendiri.
Zheng Shengchao bingung, ini kan map baru, kok lawan bisa selancar ini? Seolah sudah menghafal map sampai ke detail terkecil.
Zheng Shengchao yang terus mengejar semakin frustrasi. Di setiap belokan, dia harus melihat posisi matahari dan mempertimbangkan apakah ada lubang atau titik buta yang bisa diblokade oleh Ghost Array. Pikiran yang terlalu banyak ini membuatnya sering kehilangan jejak lawan, dan Zheng Shengqiang pun semakin jengkel.
“Apa kamu mau kabur sampai statusmu pulih total?” Zheng Shengqiang tak tahan mengirim pesan di channel publik. Karakter Glory memang memiliki regenerasi HP dan MP default, tapi efeknya sangat minim dalam pertempuran nyata. Kalau tidak, pertandingan bakal tidak ada habisnya! Tentu saja dia tahu lawan tidak mungkin punya tujuan seperti itu. Ucapannya murni untuk mengejek.
Hasilnya, di area pemain Xingxin, Ye Xiu malah menoleh dan bertanya pada Chen Guo di sebelahnya: “Apa Yifan pakai regen gear?”
“Kamu pikir semua orang sepertimu?” Chen Guo merasa tak berdaya.
Hal seperti ini pernah dilakukan Ye Xiu, tapi sebenarnya ini termasuk berani karena skill tinggi. Membawa dua set peralatan meningkatkan beban berat, adegan pertempuran bisa berubah total. Tidak jelas apakah peralatan tambahan ini akhirnya menyelamatkan atau malah membunuhmu. Jadi strategi ganti peralatan yang sempat populer sebentar di lingkup profesional cepat dianggap tidak praktis. Bawa 1-2 item untuk variasi build masih bisa ditolerir, tapi bawa dua set untuk fungsi berbeda? Yang ada malah jadi beban.
Bahkan Ye Xiu hanya berani melakukan ini saat menghadapi pemain Tim Wu Ji. Kalau harus bertarung langsung dengan ahli selevelnya, dia pasti pertimbangkan matang-matang.
“Menurutku, dengan skill Yifan, bawa satu set begini masih bisa dipercaya!” Wei Chen memberikan dukungan positif, menyiratkan skill Qiao Yifan cukup untuk menghadapi pemain Zhuxian.
“Kalian pikir Yifan akan sebobrok kalian berdua yang tidak tahu malu dan batas ini?!” Chen Guo panik.
“Kurasa ini lebih karena Yifan termasuk hati-hati,” kata Ye Xiu.
“Hmm, harus diakui dia agak overestimate kemampuan pemain Zhuxian,” tambah Wei Chen.
“Awalnya juga ada analisis tentang kemungkinan Zhuxian menyembunyikan kekuatan,” Ye Xiu mengingatkan.
“Benar. Kalau bukan karena itu, pasti dia sudah bawa,” kata Wei Chen.
“Pasti sudah,” Ye Xiu mengangguk.
“Gusur gusur gusur, kalian berdua minggir!!” teriak Chen Guo.
