Sistem mengumumkan kemenangan Yicunhui, namun suasana live justru hening.
Plot twist terakhir datang terlalu cepat, membuat semua orang belum sadar. Sebagian besar penonton memiliki mentalitas yang sama dengan komentator siaran, menurutku pertandingan Qiao Yifan terlalu hati-hati, menjebak lawan namun gagal membatasi kinerja lawan dengan sempurna. Hal ini membuat mereka - seperti komentator - sama sekali mengabaikan fakta bahwa Yicunhui milik Qiao Yifan, meski kehilangan HP besar-besaran, berhasil menekan HP tim lawan.
Komentator siaran sedang menganalisis strategi Qiao Yifan dari awal, membuat penonton televisi tersadar. Namun di lokasi live yang sunyi tanpa komentator, semua orang menyaksikan pemain Tim Zhuxian Zheng Shengchao bangun dan turun lapangan.
Bagaimanapun, Xingxin kembali meraih satu kemenangan - poin ini tak terbantahkan. Yang pertama tersadar adalah pendukung Xingxin. Terlepas dari pemahaman mereka tentang alur pertandingan, tepuk tangan pantas diberikan untuk hasil akhir ini. Tepuk tangan bergema, berkembang secara bertahap - proses lambat ini mencerminkan kebingungan penonton live. Sambil bertepuk tangan bingung, mereka saling berdiskusi: "Zheng Shengchao Zhuxian tadi bermain begitu agresif, kenapa tiba-tiba dihabisi lawan dalam satu gelombang serangan?"
Zheng Shengchao yang turun dari panggung menerima perlakuan dingin yang sama seperti peserta sebelumnya. Bos Xiao Jie sama sekali tidak menghiraukannya. Dengan perasaan gelisah, Zheng Shengchau duduk di sisi sementara peserta keempat yang akan tampil mendekati Xiao Jie untuk meminta instruksi. Namun yang ia dapatkan hanyalah lambaian tangan penuh jijik dari Xiao Jie yang mengusirnya tanpa sepatah kata pun.
Xiao Jie menyampaikan ketidakpuasannya terhadap kinerja para pemain melalui sikap diam. Peserta keempat adalah anggota keempat dari Empat Blade Master Zhuxian. Lawannya tetap Qiao Yifan, meski karakter Yicunhui milik Yifan hanya memiliki 10% HP tersisa dan MP sudah benar-benar habis. Meski demikian, pemain Soulblade ini tetap tampak gemetar ketakutan.
Kali ini Qiao Yifan tidak lagi melakukan taktik penundaan. Karakternya langsung menyerbu lawan dengan tegas. Tanpa MP, Yicunhui hanya bisa melakukan serangan biasa seperti tusukan dan tebasan. Setelah beberapa kali permainan kucing-tikus, karakter itu akhirnya terbunuh.
Setelah kalah, Qiao Yifan meninggalkan kursi pertandingan untuk turun panggung. Kali ini, tidak ada lagi kebingungan atau keraguan dari penonton. Seluruh arena langsung bergemuruh oleh tepuk tangan yang meriah.
Meski banyak yang masih belum sepenuhnya memahami detail pertandingan sebelumnya, fakta bahwa Qiao Yifan berhasil membunuh dua lawan dalam arena pertandingan sudah jelas terlihat. Bagi kelas Ghostblade yang sebenarnya tidak kuat dalam duel 1v1, pencapaian ini bisa dibilang sangat spektakuler. Tepuk tangan untuk Qiao Yifan benar-benar pantas diterimanya.
Keluar dari kursi pertandingan, Qiao Yifan agak bingung mendengar tepuk tangan dari penonton. Setelah memastikan tepukan itu memang ditujukan untuknya, si "orang biasa yang tidak mencolok" ini pun menjadi bersemangat. Melihat ke arah area pemain tim, rekan-rekan setimnya juga telah berdiri memberikan tepuk tangan menyambut kepulangannya. Qiao Yifan yang masih bersemangat sekaligus merasa malu, segera berlari turun dan menghampiri rekan-rekannya.
"Bagaimana rasanya mengalahkan dua pemain sekaligus?" Ye Xiu bertanya.
"Lumayan," jawab Qiao Yifan sambil menggaruk kepala, senyum bahagia merekah di wajahnya.
"Istirahatlah dulu. Sekarang giliran kami." Ye Xiu tersenyum.
"Hmm." Qiao Yifan mengangguk, lalu kembali ke tempat duduk bersama yang lain. Namun pemain ketiga Tim Xingxin yang seharusnya tampil berikutnya tidak segera bangun.
"Lao Wei?" Ye Xiu melihat ke sekeliling dan menemukan Wei Chen yang sedang meringkuk di sudut terjauh area pemain, kepala tertunduk dengan gerakan mencurigakan.
"Tunggu sebentar! Habiskan dulu ini," sahut Wei Chen sambil mengangkat kepala. Asap rokok mengepul dari mulutnya. Chen Guo di sampingnya hampir meledak marah! Arena pertandingan adalah area publik yang dilarang merokok, tapi si pemalas ini malah menyelinap ke sudut untuk menghisap rokok diam-diam. Chen Guo benar-benar kehabisan kata. Sebagai anggota tertua di Tim Xingxin, Wei Chen sama sekali tidak memberikan contoh yang baik.
Setelah menghisap rokok dengan dalam beberapa kali, Wei Chen yang entah melempar puntung rokok ke mana pun berdiri sambil menepuk-nepuk tangan. Dengan sikap sok jagoan, ia mendekat dan mengangguk tegas ke arah Qiao Yifan: "Xiao Qiao bertarung cukup bagus."
"Hehe..." Qiao Yifan terkekeh kikuk.
"Sekarang giliranku." Wei Chen berseru dengan kesombongan.
Chen Guo bahkan tidak sanggup mengucapkan "semangat" untuk si pemalas ini.
Wei Chen tampaknya juga tidak membutuhkan dorongan semangat. Dengan sikap angkuh, ia melangkah ke arena. Penonton memberikan tepuk tangan sopan untuk pemain yang masuk, tapi si pemalas ini malah melambai-lambaikan tangan seperti artis, menikmati sorak-sorai sampai tepuk tangan benar-benar pudar sebelum masuk ke kursi pertandingan.
Tak lama, babak baru arena pertandingan dimulai: Blade Master Tim Zhuxian vs Warlock Wei Chen, Yingfeng Buzhen.
"Oke, sekarang kau punya tiga menit untuk menemukan lokasiku. Kalau gagal, menyerah saja!" Baru saja pertandingan dimulai, belum ada operasional apapun, Wei Chen sudah mengetik pesan di channel publik.
Mungkinkah pemain Zhuxian mempedulikannya?
Saat itu, Tim Xuan Qi memilih menyerah karena poin tersebut sudah tidak relevan, sementara kekalahan telak akan menghancurkan semangat pasukan. Tapi di format arena pertandingan ini, seberapa pun terpuruknya semangat, mustahil untuk langsung menyerah.
Ucapan Wei Chen ini semua dianggap sebagai perang psikologi, tak ada yang menganggap serius. Namun di detik berikutnya, semua orang melihat Yingfeng Buzhen milik Wei Chen dengan tegas menyelinap ke sudut - si pemalas ini benar-benar menyembunyikan diri.
Arena langsung gempar, suara peluit sindiran bergema diselingi tepuk tangan dengan nada mengejek yang jelas-jelas menyiratkan cemoohan.
Chen Guo merasa malu sampai ingin bersembunyi di bawah kursi. Dukungan netral yang diraih Xingxin berkat kinerja brilian Qiao Yifan, menurut perkiraannya telah terkikis habis oleh kecerdikan Wei Chen.
Pemain Soulblade Zhuxian tidak terpengaruh oleh omongan Wei Chen. Alih-alih menyerang tengah langsung, ia memilih strategi posisi tempur - pertama kalinya Tim Zhuxian menggunakan taktik ini. Namun setelah berputar-putar, targetnya masih bersembunyi diam di pojok titik penyegaran.
Komentator siaran langsung paling menderita di situasi ini. Sehebat apapun pengalaman komentator, mustahil memberi komentar bermakna. Satu pemain diam membatu, lawannya berputar-putar seperti boneka - apakah harus menghitung jarak lurus antar karakter?
Pemain Zhuxian berputar-putar beberapa kali tetap tak menemukan target, namun tetap nekad menjelajahi sekeliling. Pemain ini jelas overestimasi kualitas Wei Chen, mengira Wei Chen takkan melakukan gerakan memuakkan lagi, namun Wei Chen justru melakukannya - diam tak bergerak di sudut titik penyegaran.
Sekejap, tiga menit berlalu. Wei Chen tepat waktu mengirim pesan: "Sudah 3 menit, belum ketemu juga, Menarik diri sana kamu."
Live langsung kembali riuh. Namun dalam pertandingan Glory, soundproof kursi pertandingan sangat baik. Reaksi penonton tak sampai ke pemain, mengingat Glory berbeda dengan kompetisi biasa yang sangat takut spoiler, sehingga kondisi pemain hampir terisolasi total.
Jangankan mendengar reaksi live, bahkan kalau pun terdengar, dengan kualitas Wei Chen pasti tetap tenang. Setelah teriakan perintah mundur tak direspon, Wei Chen mulai nyerocos di channel: "Kenapa belum mundur? Menurutmu ini menarik?"
Penonton langsung ingin melontarkan umpatan, kalimat inilah yang ingin mereka balaskan ke Wei Chen.
Pemain Zhuxian tetap tak peduli. Tapi setelah 3 menit berputar tak bertemu, ia mulai serius memikirkan apakah pemahamannya tentang batas bawah Wei Chen selama ini keliru. Soulblade berbalik arah, mulai bergerak menuju titik penyegaran Yingfeng Buzhen.
Sepanjang perjalanan, Yingfeng Buzhen terus mengirim pesan dengan komentar-komentar tidak tahu batas untuk mengolok-olok Tim Zhuxian. Pencapaian luar biasa Yifan yang mengalahkan dua lawan tentu disebut-sebut dengan keras. Kali ini penonton live akhirnya mendapat hasil - penonton yang bingung dengan kemenangan Yifan di pertandingan kedua kini menemukan jawaban dari omong kosong Wei Chen. Pemain hebat seperti apa! Penonton yang paham semakin mengagumi Yifan, sekaligus merasa kasihan: Pemain sehebat ini kok punya rekan setim yang begitu menjijikkan?
Akhirnya, Soulblade Zhuxian tiba di titik penyegaran Yingfeng Buzhen. Pergerakannya mulai melambat, mulai mengamati sekeliling dengan waspada.
Omong kosong Wei Chen masih berlanjut, seolah sama sekali tidak menyadari kedekatan lawan. Saat ini semua penonton punya keinginan yang sama: berharap Soulblade Zhuxian segera membongkar si pemalas ini dan membuatnya diam.
Mendekati, hampir mendekati!
Penonton yang melihat dari Perspektif penonton berdebar-debar. Tepat ketika Soulblade akan menginjakkan langkah terakhir untuk menemukan lawan, Yingfeng Buzhen yang bersembunyi di sudut tiba-tiba keluar dan berbalik arah pergi.
Sial!
Banyak penonton dalam hati mengutuk dengan kata ini. Tapi bagaimana si pemalas ini bisa menyadari? Semua orang bingung, mungkin menggunakan metode kecurangan? Banyak penonton sama sekali tidak percaya pada keberuntungan Wei Chen.
Bagaimanapun juga, serangan Soulblade kali ini meleset. Di titik penyegaran, Yingfeng Buzhen tak ditemukan, sementara omong kosong si pemalas masih terus mengalir di channel. Kali ini, Soulblade mulai menunjukkan kebingungan karena kehilangan arah, bahkan meragukan apakah musuhnya benar-benar ada di arena.
Dia memang ada di lapangan! Dan akan segera datang!!
Penonton hampir tak sabar ingin memberitahu pemain Soulblade. Dari perspektif penonton, mereka melihat Yingfeng Buzhen milik Wei Chen telah berputar mengitari dan sekarang berada di belakang Soulblade. Komentator siaran langsung tiba-tiba bersemangat - kebiasaan memperhatikan medan tempur yang terbentuk setelah dua pertandingan beruntun Qiao Yifan membuatnya langsung menyadari: Jarak, sudut gerak, dan medan tempur setelah putaran Yingfeng Buzhen ini menciptakan konsekuensi yang sangat menguntungkan bagi Warlock.
Komentator segera menjelaskan penemuannya ini, tak lupa berkomentar: "Ternyata pemain senior Tim Xingxin yang dulunya Kapten Tim Blue Rain ini tidak seboring yang dibayangkan orang. Hanya ada satu kalimat yang terlintas: Pedang tua tetap yang paling tajam."
