Penonton siaran TV yang mendengar penjelasan komentator kini paham keunggulan taktik ini. Tapi penonton live di lokasi yang kurang berpengalaman masih belum mengerti, terus menerus melontarkan hinaan sambil mengejek Wei Chen.
Di tengah suara hinaan itu, Yingfeng Buzhen mencapai posisi serang strategis. Momentum langka, posisi geografis, dan keunggulan numerik semuanya terkumpul. Begitu bertindak, Soulblade Zhuxian langsung terjebak dalam Dilema Maju atau Mundur.
Kelas Warlock memang unggul dalam crowd control. Jarak serangnya seharusnya lebih panjang dari Soulblade, ditambah atribut +4 jarak skill pada senjata perak Death's Hand milik Yingfeng Buzhen. Soulblade itu kini seperti boneka yang dimainkan Wei Chen.
Penonton awalnya terus menghujat, berharap Soulblade Zhuxian memberi pelajaran ke Wei Chen. Tapi perlahan mereka sadar situasinya terbalik - Soulblade justru dibuat kalang kabut oleh taktik licik si pemalas itu.
Hinaan berhenti, tapi penonton yang bingung masih enggan memberikan tepuk tangan. Meski penguasaan jarak dan ritme permainan Warlock ini sangat mengagumkan.
Bersamaan dengan itu, pertandingan paralel di arena lain justru sudah berakhir lebih dulu.
1 vs 5 adalah konsep mustahil jika kekuatan tim seimbang. Tapi Jia Shi jelas jauh lebih kuat dari tim pemain biasa. Setelah babak sebelumnya, Sun Xiang kembali menuntaskan 1 vs 5 di arena pertandingan. Di pertandingan tim, setelah membunuh satu karakter lawan, mereka langsung menang dengan keunggulan 6 poin dan mengakhiri pertandingan lebih cepat.
Di lokasi live, fans Jia Shi sangat banyak. Meski tanpa sadar perhatian mereka lebih tertuju pada pertandingan Xingxin vs Zhuxian, namun ketika Jia Shi benar-benar memenangkan pertandingan, mereka langsung memberikan tepuk tangan.
Prestasi seperti ini tidak ada yang istimewa bagi Jia Shi, namun dukungan antusias fans tidak bisa mereka abaikan. Para pemain Jia Shi berdiri tegak di arena pertandingan, melambaikan tangan ke penonton yang bertepuk tangan. Siaran resmi mengumumkan Tim Jia Shi sebagai yang pertama menembus final Tantangan Rookie. Lawan mereka sedang ditentukan di pertandingan lain di sisi arena.
Namun Tim Jia Shi terlihat tidak peduli siapa lawan berikutnya yang akan mereka hadapi. Setelah memenuhi permintaan tanda tangan dan foto dari lawan di pertandingan ini, Tim Jia Shi segera meninggalkan lokasi pertandingan, sama sekali tidak menunggu hasil pertandingan tersebut.
Kesombongan Jia Shi membuat Xiao Jie sangat tidak nyaman. Tapi saat ini dia tidak sempat memikirkan hal itu, karena apakah Tim Zhuxian bisa melewati rintangan Xingxin masih menjadi masalah besar.
Zhuxian menyembunyikan kekuatan karakter, ini sebenarnya kejutan yang dipersiapkan Xiao Jie untuk Tim Jia Shi. Namun ketika berhadapan dengan Tim Xingxin, Xiao Jie mulai goyah.
Bagaimanapun dia juga fans Glory sejak awal musim. Nama-nama seperti Ye Qiu, Wei Chen, dan Sun Zheping tidak asing baginya. Setelah beberapa kali ragu, akhirnya Xiao Jie dengan penuh penyesalan mengeluarkan kejutanannya lebih awal.
Awalnya mengira dengan cara ini pasti lebih dari cukup untuk menghadapi Xingxin, tapi siapa sangka hingga sekarang, kelebihan dari penggantian peralatan ternyata sama sekali tidak terlihat oleh Xiao Jie. Mereka terus-menerus ditekan, ini hampir tidak seperti perlawanan seimbang antara kekuatan yang setara. Jika bahkan dengan ganti equipment saja bisa seperti ini, bagaimana jika kejutan disimpan sampai akhir? Seberapa menyedihkan kekalahan mereka nanti?
Xiao Jie sama sekali tidak berani membayangkan lebih jauh. Melihat Soulblade di lapangan semakin terjepit oleh Yingfeng Buzhen, wajahnya dipenuhi rasa jijik. Dia membenci kekalahan, membenci kinerja seperti ini. Dia membeli Tim Zhuxian untuk menikmati kesenangan, bukan untuk menanggung semua ini.
Pemain Soulblade akhirnya kalah. Wei Chen menang tanpa kesulitan. Jika saja dia tidak bermain licik dengan mengganggu lawan dari sudut di awal, penonton mungkin akan memberi tepuk tangan. Tapi setelah pembukaan seperti itu, penonton merasa level pertandingan benar-benar ditarik ke bawah.
Benarkah menang dengan cara seperti ini... Semua orang berpikir demikian.
Xiao Jie tetap duduk di pinggir lapangan tanpa bicara, membiarkan para pemain bergantian. Mereka sudah sampai pada giliran pemain terakhir. Bagaimana dengan sisi Xingxin? Dengan Wei Chen di lapangan, masih ada tiga orang tersisa. Shen seperti Ye Xiu dan Sun Zheping bahkan belum tampil. Untuk pemain Expert Amunisi terakhir ini, Xiao Jie sama sekali tidak punya harapan. Dia hanya berharap si pemalas ini kalah dengan tegas, tanpa menunjukkan terlalu banyak aib.
Sang Expert Amunisi malang itu sendiri juga tidak punya kepercayaan diri. 1 vs 3? Bagi orang kecil seperti dirinya di lingkup profesional, prestasi seperti ini hanya bisa muncul dalam mimpi. Ia sama sekali tidak berani memikirkan siapa yang akan tampil berikutnya dari Xingxin, yang ditakutinya hanyalah tidak bisa melewati rintangan di depannya sekarang. Metode licik apa lagi yang akan digunakan si tidak tahu malu ini untuk menghadapinya?
Dengan gemetaran, Expert Amunisi itu masuk ke kursi pertandingan, menggesek kartu akses untuk memuat karakter. Beberapa saat kemudian, pertandingan dimulai. Di channel publik langsung muncul rentetan kata: "Masih perlu bertanding? Menyerahlah kau!"
Suara hinaan penonton live hampir membalikkan seluruh stadion. Mereka pernah melihat kelakuan tidak tahu malu, tapi belum pernah melihat yang selevel ini - setidaknya ganti strategi dong! Penonton jelas melihat Yingfeng Buzhen yang langsung menyelinap ke sudut itu lagi setelah mengirim pesan, persis sama dengan pertandingan sebelumnya.
Bagaimana dengan sisi Tim Zhuxian? Sang Expert Amunisi dengan cermat melakukan strategi posisi tempur. Ia sama sekali tidak menyangka Wei Chen akan mengulangi taktik yang sama persis seperti pertandingan sebelumnya. Batas bawah seperti ini bukanlah sesuatu yang bisa ditebak sembarang orang.
Tapi setelah berputar-putar dan tetap tidak menemukan target, pemain Zhuxian terpaksa menurunkan standar pemikirannya.
Tidak mungkin kan?
Sambil ragu-ragu mempertanyakan tebakannya sendiri, ia mengendalikan karakternya menuju titik penyegaran Yingfeng Buzhen.
"Para penonton gempar, kalau terus begini, bukankah ini akan menjadi replika pertandingan sebelumnya?" Sorakan riuh rendah bergema, bahkan pendukung paling setia Xingxin pun saat ini merasa memalukan untuk berbicara. Grup fans Xingxin yang terdiri dari Tian Qi dkk. duduk merosot rendah, seolah siap meluncur ke bawah kursi kapan saja.
Untungnya pemain Zhuxian tidak seboduh yang dibayangkan orang. Setelah melihat bagaimana rekan setimnya dikelilingi Yingfeng Buzhen milik Wei Chen, mana mungkin dia tidak waspada? Mendekati titik penyegaran, dia mengubah rute mengikuti jalur memutar Yingfeng Buzhen sebelumnya untuk mendekati lokasi.
"Bagus sekali!!" Teriak beberapa penonton tak tahan. Saat ini yang mereka pedulikan bukan persaingan antar tim, tapi ingin melihat Warlock licik itu mendapat pelajaran. Mereka berharap melihat ekspresi paniknya saat Expert Amunisi tiba-tiba muncul dari sisi lain.
Adegan itu sepertinya akan segera tiba. Expert Amunisi perlahan mendekati sisi itu, tapi Yingfeng Buzhen Wei Chen tetap diam. Bandingkan dengan sebelumnya, biasanya dia sudah mulai mundur saat seperti ini?
Di bawah antisipasi ribuan pasang mata, Expert Amunisi akhirnya berhasil memutar ke titik penyegaran. Sementara Yingfeng Buzhen Wei Chen tampaknya tidak melakukan antisipasi apapun.
"Datang?" Hanya itu yang dia tulis di channel.
Apa yang datang?
Semua orang terlihat bingung, mereka sama sekali tidak menyangka ini hanya sekadar sapaan biasa. Bukankah ini sedang bertanding?
Sayangnya pemain Zhuxian juga termasuk yang kebingungan. Kalimat tiba-tiba ini membuatnya tertegun, dan seketika serangan Yingfeng Buzhen sudah menghampiri.
Pemain Zhuxian tidak sampai lupa sedang melakukan apa. Begitu melihat lawan menyerang, refleknya langsung menghindar dan membalas. Dua karakter langsung bertarung sengit, saling serang.
Penonton mulai berdiskusi. Mereka yakin situasi di arena tidak sesederhana yang terlihat. Warlock Xingxin pasti menyimpan rencana cadangan yang sangat menjengkelkan.
Apa gerangan? Semua orang terus berpikir, sampai akhirnya melihat Expert Amunisi Tim Zhuxian tumbang.
Selesai?
Semua orang terdiam menatap dua kata "Glory" yang muncul di layar.
Di mana strategi liciknya? Metode tak tahu batasnya? Kenapa sudah berakhir sebelum sempat melihatnya?
Penonton live yang tak ada komentator benar-benar tak mengerti. Tapi pemain Glory yang menonton via siaran TV sudah diberi penjelasan oleh komentator dengan ekspresi tak tahu harus tertawa atau menangis: ini hanyalah pertarungan biasa. Prosesnya, Warlock Xingxin malas berjalan jadi menunggu Expert Amunisi Zhuxian mendekat, lalu keduanya bertemu, bertarung, Warlock menumbangkan Expert Amunisi, pertandingan berakhir.
"Penonton di depan TV sudah mulai mengumpat, tapi penonton di lokasi masih bingung. Mereka merasa pasti melewatkan sesuatu, semua menatap mati ke layar elektronik, berharap bisa menemukan petunjuk dari rekaman ulang."
Tapi tetap saja mereka tak melihat apa-apa. Seluruh penonton memandang Wei Chen dari Tim Xingxin yang juga menyelesaikan pencapaian 1 vs 2 keluar dari kursi pertandingan, tapi bingung harus bereaksi bagaimana.
Namun setelah melihat si pemalas ini sambil turun lapangan terus melambaikan tangan ke segala arah, penonton akhirnya punya konsensus.
Bunyikan hinaan, terus hina dia!
Suara hinaan di stadion kembali bergemuruh, ditujukan untuk si pemenang ini. Lalu mereka melihat si pemalas itu tetap melambaikan tangan ke segala penjuru, membalas hinaan tersebut.
Apa dia tidak mengerti maksudnya? Seketika hinaan makin keras, tapi Wei Chen sudah kembali ke kursinya seolah tak ada yang terjadi.
Arena pertandingan resmi berakhir. Tim Xingxin akhirnya mendapatkan tiga poin pembunuhan, hasil yang sangat baik. Di pertandingan tim berikutnya, cukup bunuh tiga karakter lawan untuk menjamin tidak kalah. Bunuh satu lagi, pertandingan langsung berakhir.
Tekanan seluruhnya jatuh ke Tim Zhuxian. Xiao Jie akhirnya tak lagi diam. Dia bangkit dan mendekati para pemain.
"Bagaimana menurut kalian tentang kinerja di arena pertandingan?" tanya Xiao Jie.
Pemain Zhuxian terdiam membisu.
"Ternyata kalian semua masih sadar diri, masih tahu malu. Lalu bagaimana dengan pertandingan tim berikutnya? Bagaimana rencana kalian menghadapinya? Masih seperti di arena pertandingan tadi? Asal terjebak taktik lawan, mudah sekali ditekan?" Xiao Jie berkata.
"Tentu tidak." Di antara para pemain, seorang tiba-tiba mengangkat kepala dengan senyum penuh keyakinan.
