Yang pertama menunjukkan contoh adalah pemain Pastor Tim Zhuxian, Lu Shilin. Ini adalah talenta Pastor yang ditemukan sendiri oleh Xiao Jie yang dianggapnya sangat berbakat. Setelah membeli Tim Zhuxian, ia langsung menempatkannya di tim inti sebagai anak buah langsungnya. Sebenarnya di hati, posisi kapten pun ingin langsung diserahkannya pada Lu Shilin. Untungnya Xiao Jie tidak bodoh, menyadari yang dibawanya bukan separuh tim personil. Hanya satu orang ini tetap terasa kurang kuat. Meski punya dukungan bos seperti dirinya, belum tentu bisa membuat orang lain tunduk.
Jadi posisi kapten tetap dipegang Lin Yi sementara itu. Selain itu, Xiao Jie sengaja meminta mantan kapten Tim Zhuxian Zhang Jian untuk membantu. Proses pergantian kepemimpinan Tim Zhuxian ini berjalan cukup lancar tanpa gejolak emosi.
Hanya saja saat ini, bos Xiao Jie sedang sangat kesal. Strategi jeniusnya sama sekali tidak terlihat hasilnya di arena pertandingan, membuatnya meragukan kemampuan eksekusi para pemain ini. Kalau tidak, mana mungkin kalah dengan begitu memalukan?
"Saat ini mereka ingin melaju ke final, harus memenangkan lebih dari tiga poin pembunuhan dalam pertandingan tim. Jika terus menunjukkan performa seperti di arena sebelumnya, Xiao Jie benar-benar akan putus asa. Untungnya, dalam pertandingan tim, core player sejati Tim Zhuxian yang ada di benaknya akhirnya bisa turun ke lapangan."
"Ini adalah kekuatan sebenarnya Tim Zhuxian, tunggu saja Xingxin!" Xiao Jie melirik ke arah Xingxin, senyum percaya diri yang penuh kesombongan kembali menghiasi wajahnya.
"Waktu istirahat antara arena pertandingan dan pertandingan tim segera berlalu. Pemain Zhuxian mulai bergerak, daftar pemain tidak ada yang baru, masih lima orang yang sama dari arena sebelumnya ditambah Lu Shilin."
"Mainkan dengan baik, balas dendam kalian langsung di tempat ini!" teriak Xiao Jie kepada anggota timnya.
"Hehe, ini sudah dianggap dendam? Lalu nanti kalau benar-benar tereliminasi mau disebut apa?" Jawaban yang menerima ucapannya justru datang dari Ye Xiu di pihak Xingxin.
"Memang pantas disebut dewa, sangat percaya diri!" kata Xiao Jie dengan nada mengejek, tak tersisa sedikit pun kesan ramah yang ditunjukkannya saat pertama kali berkomunikasi dengan Xingxin di arena.
"Sudah seharusnya." Ye Xiu mengangguk menanggapi ejekan Xiao Jie.
"Kau akan membayar mahal untuk kesombonganmu ini." Xiao Jie mencibir.
Ye Xiu tidak tahu harus tertawa atau menangis: "Aku pikir yang sombong itu justru kau! Apa kau tidak memberikan instruksi apapun untuk pertarungan tim?"
“Xiao Jie bermuka muram, di pertandingan tim dia tidak banyak berbicara, tapi tetap perlu menjelaskan beberapa hal. Alasan dia membeli Zhuxian adalah untuk menikmati kesenangan menyusun strategi.”
“Sebaiknya jangan, kalau tidak, pertandingan akan berakhir terlalu cepat. Liga harus lembur membahas apakah format pertandingan baru ini cocok.” kata Ye Xiu.
“HAHAHAHA!” Chen Guo tertawa terbahak-bahak tanpa peduli citra. Dia sudah lama tidak menyukai Xiao Jie ini.
Selalu bersikap sok benar. Kalau menang, itu karena pengaturan strateginya bagus. Kalau kalah, itu masalah performa pemain di lapangan. Orang ini benar-benar menganggap dirinya penting. Jika Ye Xiu tidak membalas, Chen Guo juga akan menerobos ke depan untuk membalas omongannya. Untung Ye Xiu lebih dulu merespons dengan cara yang jauh lebih brilian. Omong kosong berbasis logis seperti ini memang bidang keahlian Ye Xiu!
Liga ingin menguji liga baru di Tantangan Rookie, tapi lupa bahwa kesenjangan kekuatan di Tantangan Rookie sangat mencolok. Lihatlah Jia Shi yang sudah menyelesaikan pertandingan dengan cepat dan pulang makan. Jika Xingxin vs Zhuxian juga berakhir cepat, dasar apa yang akan didapat Liga dari praktek di Tantangan Rookie ini? Ini benar-benar pertanyaan yang sangat tajam!
“Tahan, harus bertahan lebih lama!” Chen Guo menambahkan bensin ke api dengan berteriak lagi.
“Hmph, semoga kalian masih bisa tersenyum nanti.” balas Xiao Jie.
“Tentu saja harus.” Chen Guo berkata dengan bangga. Biasanya yang paling suka khawatir dan takut, di momen penting ini tiba-tiba dipenuhi keyakinan luar biasa. Ia yakin Xingxin tidak mungkin kalah dari tim orang-orang seperti ini, itu tidak profesional!
Di sisi Tim Xingxin, pemain yang akan bertanding di pertandingan tim mulai naik ke panggung.
Karena di arena pertandingan Xingxin hanya mengerahkan tiga orang, susunan tim untuk pertandingan tim masih menyisakan teka-teki. Pemain yang mengikuti Tantangan Rookie umumnya sudah cukup familiar dengan tim se-menonjol Xingxin, kali ini sangat memperhatikan masalah ini. Bahkan komentator siaran televisi juga ikut menebak daftar pemain Xingxin untuk pertandingan tim kali ini bersama penonton. Hingga akhirnya pemain Xingxin mulai naik panggung, suspense pun terungkap.
Di barisan paling depan, Ye Xiu, bukan hanya Shen dari Tim Xingxin, tapi juga penguasa tak tertandingi di lingkup Glory hingga saat ini. Di belakangnya Sun Zheping, sosok yang hanya selangkah dari puncak Glory dengan julukan "Pemandangan Darah dan Bunga". Selanjutnya, dari suara hinaan di lokasi, bisa ditebak siapa yang muncul: Wei Chen, si pemalas tanpa batas bawah yang akan menggunakan segala metode demi kemenangan. Setelah hinaan, penonton tiba-tiba menyambut dengan tepuk tangan karena peserta berikutnya adalah Qiao Yifan, pemain yang meletakkan dasar kemenangan Xingxin di arena pertandingan hari ini. Meski berasal dari tim yang sama dan memiliki hasil hampir identik di arena, perlakuan terhadap mereka benar-benar berbeda - sebuah fenomena unik.
Setelah Qiao Yifan, peserta berikutnya juga mendapat sambutan meriah dari penonton berkat popularitasnya. Dialah pemain Tim Xingxin yang selalu menjadi sorotan sejak awal kompetisi.
Tang Rou, tidak hanya memiliki teknik mumpuni tapi juga penampilan menawan. Kehadirannya di turnamen offline langsung menarik perhatian menyeluruh. Chen Guo sendiri belakangan ini terus menerima berbagai niat kerjasama terkait Tang Rou. Bahkan ada orang-orang licik yang langsung mendekati Tang Rou, berusaha merekrut pemain ini.
Orang-orang ini tampaknya sudah cukup memahami kondisi Xingxin, sehingga mereka berpikir bahwa dengan syarat seperti yang dimiliki Tang Rou, keinginannya untuk mengabdi di tim ini pasti karena dia belum sepenuhnya menyadari nilainya. Untuk seorang pemain dengan kualitas luar biasa di berbagai aspek seperti ini, banyak tim yang bersedia mengorbankan cukup tinggi untuk mendapatkannya, membuat personil cabang-cabang klub besar memiliki kepercayaan diri yang cukup.
Sayangnya mereka tidak sepenuhnya memahami latar belakang Tang Rou. Perlakuan istimewa yang mereka kira bisa mempengaruhi Tang Rou sama sekali tidak memiliki daya serang baginya.
Sebenarnya apa yang dia inginkan?
Ini menjadi pertanyaan yang terus dipikirkan mendalam oleh cabang-cabang klub besar setelah berinteraksi dengan Tang Rou, sayangnya tak ada yang bisa merumuskannya dengan jelas. Mereka hanya bisa menyaksikan performa luar biasa Tang Rou di Xingxin berulang kali, yang membuat mereka sangat menyesal. Permata yang bersinar redup ini terjadi begitu gamblang di depan mata mereka, namun mereka tak berdaya menyelamatkannya - sungguh sebuah penyesalan yang mendalam.
Setelah Tang Rou, giliran An Wenyi, pemain Pastor Xingxin yang tampil. Sebagai Healer, kelas yang cenderung pasif dan tidak terlalu mencolok atau membangkitkan semangat, ditambah rekan setimnya yang begitu karismatik, suasan live jelas meredup saat An Wenyi naik panggung. Namun hal ini sama sekali tidak dipedulikannya, karena dia pun tak pernah merasa punya performa yang layak mendapat sorakan. Justru aneh jika ada yang berteriak histeris menyambutnya, bukan?
Namun saat tiba di atas panggung, dia melihat pemain Pastor Zhuxian, Lu Shilin, belum masuk ke kursi pertandingan. Pemain itu berdiri di tepi arena menunggu anggota Xingxin: Ye Xiu, Sun Zheping, Wei Chen, Qiao Yifan, Tang Rou—semuanya lewat di depannya dengan hanya disambut senyum dingin. Baru ketika An Wenyi mendekat, Lu Shilin aktif menyambutnya.
"Halo." Lu Shilin mengulurkan tangan kanannya.
"Halo." An Wenyi tentu saja menjabatnya.
"Pertandingan tim kali ini akan ditentukan oleh hasil pertarungan antara kita berdua." Lu Shilin melontarkan kalimat itu, lalu menarik kembali tangannya dengan cepat, berbalik arah sambil tetap tersenyum.
An Wenyi terpaku, tangannya masih melayang di udara. Jabatan tangan lawannya hanya berupa sentuhan sekilas. Makna tersirat dari perkataan Lu Shilin itu jelas terasa dari sikapnya saat berjabat tadi: dia mengisyaratkan bahwa jarak skill Pastor antara mereka berdua akan menjadi penentu hasil pertandingan.
"Benar-benar orang yang arogan!" Wei Chen terkagum-kagum, provokasi Lu Shilin terhadap An Wenyi terdengar oleh semua anggota Xingxin.
"Hehe, perang psikologi? Iseng." An Wenyi menggelengkan kepala.
"Tidak sepenuhnya." Ye Xiu mendekat, "Healer memang sering menjadi match point dalam pertandingan, ini juga ide taktik yang bagus."
"Aku akan berusaha lebih keras." Kata An Wenyi.
"Kita semua akan." Ye Xiu tersenyum.
"Kalau begitu kalian harus lebih berusaha, jangan sampai Lao Fu harus menyelamatkan kalian lagi." Wei Chen berkata malas-malasan sebelum masuk ke kursi pertandingannya, dalam pertandingan tim ini dia bertindak sebagai orang keenam.
Anggota Xingxin kemudian masuk ke posisi masing-masing, menggesek kartu untuk login karakter. Setelah audit wasit, kedua tim masuk ke kamar pertandingan. Dengan hitungan mundur terakhir, karakter dimuat ke map pertandingan - pertarungan akhir antara Xingxin vs Zhuxian yang akan menentukan siapa yang masuk final Tantangan Rookie resmi dimulai.
Pemain kedua tim muncul di sudut map kemudian langsung bergerak maju. Kedua tim telah mempelajari map sebelumnya, strategi pembukaan juga telah dipersiapkan sebelumnya dan akan disesuaikan dengan situasi lapangan.
Tim Zhuxian mengerahkan empat Blade Master mengelilingi Lu Shilin, mempertahankan formasi rapi sambil maju. Sementara di sisi Xingxin, semua anggota langsung bubar sejak awal seperti tanpa strategi, berhamburan tak teratur di map.
Tentu saja tidak ada yang percaya Xingxin benar-benar tidak memiliki strategi dan hanya berbuat semaunya. Komentator siaran langsung saat ini melihat map melalui perspektif penonton, mengamati pergerakan setiap karakter Xingxin untuk menilai tujuan mereka.
"Jarak antara karakter Yicunhui dan Xiao Shou Bingliang relatif dekat, kecepatan gerak maju mereka juga tidak secepat tiga karakter lainnya. Jelas peran penyerang utama tidak akan diberikan kepada dua orang ini. Sementara tiga karakter lainnya - Ye Xiu, Sun Zheping, satu Dewa Perang dan satu Swordsman Ganas nomor satu, menurutku selain Han Wenqing, adakah pemain di Liga yang lebih ofensif dari mereka? Meski Tang Rou masih pemula ekstrem, menurutku sifat ofensifnya tidak kalah dari dua seniornya. Dari segi gaya permainan, aku rasa bahkan di Liga pun tidak ada formasi pemain yang lebih ofensif dari ini..."
