Seluruh arena terdiam membeku.
Dibandingkan dengan pemain Zhuxian di lapangan, merekalah yang menyaksikan langsung bagaimana Pastor Zhuxian diseret keluar dari formasi lawan dan dibunuh hidup-hidup.
Menggunakan Catch Cloud Hand untuk menangkap healer, sejujurnya ini taktik yang sangat umum dalam pertarungan tim. Bahkan di Arena PvP game online, pemain dengan tim besar selalu antusias melakukan ini - tentu saja dengan syarat ada Ahli Tenaga Dalam di tim.
Ya, Ahli Tenaga Dalam, kehadiran class ini adalah prasyarat mutlak. Awalnya Xingxin tidak memilikinya, jadi Tim Zhuxian sama sekali tidak mengantisipasi teknik konyol ini. Namun di pertandingan ini, Catch Cloud Hand tiba-tiba muncul. Setelah Pastor Zhuxian terseret, dia tak berdaya melawan serangan gabungan Jun Moxiao dan Han Yanrou. Ditambah dengan Pastor Xingxin yang terus memanaskan situasi dengan Sacred Light dan Sacred Fire, Pastor Zhuxian bagai adonan yang diulek seenaknya. Bahkan ketika sudah menjadi mayat, serangan blow away masih melemparnya jauh, bersamaan dengan pesan Ye Xiu di channel yang seperti batu nisan: "Braak!" Mayat Pastor Zhuxian meluncur melewati Ghost Array Yicunhui dan mendarat di depan empat anggota Zhuxian.
Healer telah tewas. Tidak ada yang lebih buruk dari ini dalam pertandingan tim, kecuali jika tim sengaja tidak membawa healer dan mengandalkan serangan total.
Zhuxian justru menjadikan healer sebagai anggota inti tim mereka.
Healer sudah mati, inti sudah hancur. Seperti pertanyaan Ye Xiu tadi: Masih perlu dilanjutkan?
Hasil pertandingan segera muncul, Xingxin dengan mudah meraih kemenangan. Saat melihat kembali arena pertandingan, para pemain akan terkejut menyadari bahwa pertarungan ini sama sekali tidak menunjukkan persaingan sengit yang diantisipasi semua orang. Xingxin menang dengan sangat santai!
Tapi para pemain Tim Zhuxian sama sekali tidak berpikir demikian. Begitu pertandingan diumumkan berakhir, pemain Pastor Lu Shilin langsung berlari gila-gilaan keluar dari kursi pertandingan. Dalam pertandingan ini, dia bahkan tidak sempat memperkenalkan nama karakternya ke penonton, tidak sempat menggunakan skill Pastor - semua ini karena skill Catch Cloud Hand yang menyebalkan itu.
Ya, hanya dengan strategi sederhana yang bahkan digunakan pemain biasa ini, hasil akhir pertarungan penting ditentukan. Bahkan tidak ada taktik rumit di sini. Sun Zheping dan Tang Rou hanya mengalihkan perhatian mereka, memberi Ye Xiu momen emas untuk menyergap.
Semua ini terwujud hanya karena satu fakta: Tim Zhuxian tidak tahu Jun Moxiao bisa menggunakan Catch Cloud Hand. Jika mereka tahu sebelumnya, perlindungan untuk healer pasti berbeda. Jun Moxiao akan diawasi khusus seperti ahli tenaga dalam, sehingga tidak mungkin dibiarkan berdiri santai di belakang mereka lalu mengangkat tangan dan menarik sang healer untuk disingkirkan.
“Lu Shilin tidak terima, seratus kali tidak terima, seribu kali tidak terima, sepuluh ribu kali tidak terima. Hasil pertarungan ini tidak ada hubungannya dengan strategi atau teknik, hanya terkait detail yang tidak diketahui oleh Tim Zhuxian kami...”
“Xingxin benar-benar menang dengan cara tidak sportif! Mereka seharusnya merasa malu dengan kemenangan seperti ini!”
Hasilnya, Wei Chen yang pertama keluar dari kursi pertandingan Xingxin langsung menggeliat sambil menguap: “Kenapa cepat sekali? Aku baru saja tertidur!”
“Kalian... kalian...” Melihat para pemain Tim Xingxin keluar satu per satu, Lu Shilin menunjuk mereka dengan gemetar, tapi tidak bisa mengeluarkan kata-kata.
Apa yang bisa dia katakan? Apakah Xingxin harus memberitahu mereka sebelumnya bahwa mereka akan menggunakan Catch Cloud Hand agar Tim Zhuxian waspada? Tentu saja Lu Shilin tahu hal itu mustahil, sehingga meski dipenuhi rasa tidak terima, dia sama sekali tidak bisa menemukan alasan yang logis.
Setelah berkali-kali mengucapkan “kalian”, saat melihat anggota Tim Xingxin hampir meninggalkan arena pertandingan, tiba-tiba dia melontarkan: “Loner itu kelas apa sih? Bisa-bisanya ikut kompetisi???”
Ini jelas mulai ngotot tanpa dasar. Liga profesional tidak pernah memiliki batasan atau persyaratan apapun untuk karakter. Menggunakan Loner bertanding hanya belum ada presedennya, sama sekali tidak ada larangan untuk berpartisipasi.
"Perkataan Lu Shilin ini sama sekali tidak memiliki damage di telinga anggota Xingxin." Beberapa orang mereka tertawa-tawa, sama sekali mengabaikan keberadaannya, turun dari arena pertandingan dan merayakan kemenangan bersama pemain cadangan yang belum bertanding.
Lu Shilin masih ingin menerobos ke depan untuk berdebat, namun tiba-tiba ditarik dari belakang. Saat menoleh, ternyata itu adalah Kapten Tim Zhuxian mereka, Lin Yi.
"Apa maksudmu?" Lu Shilin dengan marah melepaskan tangan Lin Yi yang menariknya. Jelas sang kapten ini tidak memiliki wibawa di matanya.
"Kalah ya kalah, tunjukkanlah sedikit derajat kesopanan!" kata Lin Yi.
"Derajat? Kau benar-benar punya derajat! Bisakah kau menerima kekalahan memalukan seperti ini?" teriak Lu Shilin.
"Kompetisi memang seperti ini. Setidaknya di kesempatan berikutnya kami tidak akan mengulangi kesalahan yang sama," ujar Lin Yi.
"Kesempatan berikutnya? Kapan, tahun depan?" Lu Shilin mengejek, "Kau bisa bertahan dengan setengah hati selama tiga tahun di Tantangan Rookie karena bisa menerima kekalahan memalukan, tapi aku tidak akan pernah!"
"Menurutku kekalahan kita tidak memalukan. Kita hanya kalah oleh hal-hal tak terduga. Pada akhirnya, persiapan kita memang kurang matang, baik di pertandingan tim maupun arena pertandingan," jelas Lin Yi.
Mendengar ini, Lu Shilin tiba-tiba tersenyum sinis: "Jadi begitu, kau mencari alasan untuk kinerja sampah kalian di arena pertandingan? Sekarang kalah di pertandingan tim, kalian malah senang ya? Supaya bisa membuktikan kalian bukan TIDAK MAMPU seperti itu?"
“Tenanglah.” Lin Yi agak kesulitan, tapi bisa sedikit memahami perasaan Lu Shilin. Kekalahan di Tantangan Rookie memang pukulan yang sangat berat, karena berarti satu tahun lagi terbuang sia-sia. Ini bahkan lebih menyakitkan daripada kehilangan gelar juara liga. Kehilangan gelar bukanlah akhir segalanya, tapi kalah di Tantangan Rookie bisa benar-benar menjadi akhir - bukankah Tim Wu Ji bubar musim ini justru karena kegagalan di Tantangan Rookie?
Tim Zhuxian yang gagal lolos dari Tantangan Rookie bertahun-tahun membuat para pemainnya hidup dalam kepanikan setiap hari. Mereka takut suatu pagi bangun dan tiba-tiba menerima pemberitahuan bahwa tim telah bubar, semua anggota harus pulang ke rumah masing-masing.
Inilah kehidupan pemain di lapisan terbawah lingkup profesional. Seperti orang-orang kelas bawah dalam kehidupan nyata, mereka tidak bisa bicara tentang cita-cita, tidak berani menyebut target. Bertahan hidup saja sudah membuat mereka kewalahan.
Tim Zhuxian bertahan dengan susah payah dari tahun ke tahun. Tak ada yang lebih memahami kehidupan bawah yang penuh kecemasan ini selain para pemain Zhuxian. Kehadiran mendadak Xiao Jie sempat disambut dengan sukacita, setidaknya membuat mereka tidak perlu khawatir akan keberadaan tim untuk sementara waktu.
Tapi segera mereka sadar bos baru ini tidak sesederhana yang dibayangkan. Dengan penuh semangat ia ingin membawa Tim Zhuxian kembali ke liga, ke tempat di mana atlet profesional benar-benar bisa bertahan hidup.
Sejujurnya, siapa yang tidak menginginkan ini? Bukankah Tim Zhuxian juga bertahan dari tahun ke tahun demi target seperti ini? Tapi untuk mewujudkan target ini, harus realistis. Tim Zhuxian telah terpuruk dalam Tantangan Rookie selama tiga tahun berturut-turut, level kemerosotan kekuatan mereka bisa dibayangkan.
Memang, Xiao Jie membawa pemain yang cukup baik, sekaligus merekrut mantan kapten Zhuxian Zhang Jian sebagai sekutu. Dengan memanfaatkan akumulasi resource Zhuxian selama bertahun-tahun, ditambah suntikan dana darinya untuk memodernisasi peralatan tim, seluruh Tim Zhuxian terlihat baru dalam sekejap.
Tapi bahkan dengan semua ini, apakah terlalu dini untuk berharap bisa kembali ke lingkaran Liga Profesional di musim ini?
Tidak ada yang lebih mendambakan panggung itu selain Lin Yi dan para pemainnya. Tapi tim yang terlihat baru ini perlu beradaptasi dengan karakter dan peralatan, pemain Pastor baru yang menjadi inti utama, perubahan core player ini mengharuskan penyempurnaan sistem taktis seluruh tim. Selain itu, di Tantangan Rookie musim ini ada gunung raksasa yang belum pernah ada sebelumnya: Tim Jia Shi.
Posisi Zhuxian di musim ini, bahkan jika disebut mengalami masalah internal dan ancaman eksternal pun tidak berlebihan. Tapi bagaimana dengan bos baru? Core player baru? Mereka justru sepakat ini adalah tantangan sekaligus peluang. Jika bisa mengalahkan Jia Shi dan kembali ke Liga Profesional, ini akan menjadi momentum comeback spektakuler Zhuxian dengan sikap tinggi hati. Dan kemudian... kemudian kedua orang ini malah sudah mulai membahas topik gelar juara liga.
Para pemain Tim Zhuxian benar-benar tidak bisa langsung beradaptasi dengan perubahan seperti ini. Mereka tidak tahu bagaimana tiba-tiba pembicaraan beralih dari kekhawatiran akan kelangsungan tim menjadi topik perebutan gelar juara liga.
Bukan berarti pemain Tim Zhuxian tidak memiliki ambisi besar, namun deskripsi bos baru dan rekan setim baru mereka justru terasa terlalu berlebihan bagi mereka.
Lin Yi sebagai kapten pernah secara khusus membahas masalah ini dengan Xiao Jie. Namun semua kekhawatirannya dianggap tak penting oleh sang bos. Dia terobsesi dengan metode permainannya, seperti menyimpan peralatan bagus untuk digunakan di pertarungan akhir agar lawan terkejut. Adegan kepanikan Jia Shi bahkan membuatnya tertawa terbahak-bahak hanya dengan membayangkannya.
Saat itu, Lin Yi merasakan kefrustrasian yang sama seperti Lu Shilin saat ini. Ada alasan mengapa bos baru dan rekan setim baru ini begitu kompak - mereka adalah orang-orang yang sangat arogan. Banyak masalah rumit yang mereka selesaikan dengan metode mengarang indah.
Dengan latar belakang seperti ini, Tim Zhuxian memulai perjalanannya. Xiao Jie terus mengingatkan semua orang untuk tetap menyimpan cadangan kekuatan, menyiapkan kejutan untuk Jia Shi di final nanti.
Penulis besar Xiao Jie memperlakukan pengelolaan tim esports seperti menulis novel. Baginya, semua ini adalah aset yang sepenuhnya berada di bawah kendalinya. Jika ingin menggunakan teknik "penekanan lalu peningkatan", dia akan melakukannya. Jika ingin "berpura-pura lemah untuk mengalahkan yang kuat", dia pun akan melaksanakan strategi itu. Dia memperlakukan realitas seperti alur novelnya yang selalu berjalan sesuai keinginannya. Namun kini, ketika kenyataan yang terjadi bertolak belakang dengan plot yang dia karang, Lu Shilin - murid paling setia yang terbuai dalam narasi buatannya - menjadi yang pertama mengalami kolaps mental.
