"Penjelasan kombo Battle Mage dan tamu masih bisa memberi penjelasan panjang lebar pada semua. Tapi begitu serangan Jun Moxiao dimulai, Pan Lin yang awalnya cepat menyebutkan skill-skill perlahan mulai terbata-bata. Situasi serupa telah terjadi dua kali dalam pertandingan yang sama: tidak bisa mengikuti ritme pertempuran nyata sehingga terpaksa diam."
"Sebelumnya, Qiu Fei tiba-tiba menggunakan skill baru level 75 yang memutus kombo Jun Moxiao, tapi kali ini sepertinya dia tidak menemukan kesempatan seperti itu. Battle Format tergantung di udara bagai digantung, sementara Jun Moxiao bergerak memutar di sekelilingnya, terus-menerus menghujani berbagai skill."
"Hmm... ini..." Pan Lin merasa harus mengatakan sesuatu. Setelah beralih ke sudut pandang utama Qiu Fei sejenak, dia membuka topik dengan nada kurang yakin: "Sepertinya menggunakan Zheying Bu ya?"
"Ya, itu Zheying Bu." Li Yibo jauh lebih percaya diri daripada Pan Lin.
Tapi setelah mengkonfirmasi masalah ini, tanpa sadar mereka saling memandang. Keduanya menyadari atmosfer yang agak aneh.
Teknik tinggi seperti Zheying Bu seharusnya menjadi klimaks yang layak dapat komentar bersemangat, bukan?
Tapi keduanya? Justru terlihat tenang luar biasa. Karena yang di lapangan adalah Ye Xiu. Bila pemain biasa pakai Zheying Bu itu spektakuler, tapi kalau Ye Xiu yang pakai, bukankah itu biasa saja seperti makan nasi?
Faktanya, keduanya tahu pemikiran seperti ini agak berlebihan. Teknik Zheying Bu, siapapun yang menggunakannya, tidak akan semudah makan nasi. Zheying Bu ibarat program yang membutuhkan utilisasi CPU di atas 90% untuk berjalan lancar. Konfigurasi Ye Xiu memang lebih tinggi, tapi tetap terbatas. Dibandingkan dengan Shen lainnya di liga, deskripsi "setara" adalah yang paling akurat.
Tapi anehnya, saat Ye Xiu menggunakan teknik high-end ini, Pan Lin dan Li Yibo merasa itu hal biasa. Jika Shen lain seperti Wang Jiexi, Huang Shaotian, atau Zhou Zekai yang melakukannya, mungkin Pan Lin akan rela teriak sampai serak.
Inilah yang disebut pengaruh.
Di hati para veteran Glory, ada sosok kuat yang tak tergoyahkan. Dan Ye Xiu adalah personifikasi sempurna dari sosok tersebut. Hingga pencapaian luar biasanya pun dianggap wajar karena standar yang diberikan padanya sudah terlalu tinggi.
Cuma Zheying Bu doang.
Ucapan seperti ini jika diumbar sembarangan, bisa-bisa 10 juta pemain Glory menampar wajahnya sampai bengkak.
Tapi ketika nama Ye Xiu diselipkan, tiba-tiba semua menjadi masuk akal.
Berdasarkan psikologi inilah, meski Ye Xiu menggunakan Zheying Bu, Pan Lin dan Li Yibo tetap tenang. Sutradara siaran justru memotong adegan ke sudut pandang Qiu Fei, seolah menunggu komentar mendalam mereka tentang momen spektakuler ini.
"Hmm, Zheying Bu, saat ini Ye Xiu sedang menggunakan teknik high-end Glory yaitu Zheying Bu. Sekarang yang ditampilkan adalah sudut pandang utama Qiu Fei. Semua bisa melihat, dari perspektif Qiu Fei, bayangan Jun Moxiao sama sekali tidak muncul. Hah?"
Pan Lin baru saja mengatakan itu, tapi di layar justru muncul bayangan Jun Moxiao dalam sudut pandang Qiu Fei.
"Kesempatan!" Pan Lin langsung bersemangat, berteriak keras.
Siaran langsung cepat beralih ke keseluruhan pertempuran: Battle Format melayang di udara, Jun Moxiao berkeliaran sambil terus menyerang... Situasi sama sekali tidak berubah.
"Ah, sayang sekali!" Pan Lin menghela napas, mengira Qiu Fei gagal memanfaatkan kesempatan. Li Yibo di sampingnya membersihkan tenggorokan dua kali, tapi tidak bisa mengingatkan karena masih dalam siaran langsung!
"Kesempatan" yang disebut Pan Lin tadi sebenarnya bukan kesempatan sama sekali. Prinsip Zheying Bu adalah mencari titik buta lawan untuk menyerang target. Di sini, mengenai target adalah tujuan akhir. Masuk ke titik buta lawan hanyalah cara untuk mencapai tujuan ini. Jadi ketika bisa dengan mudah mengenai lawan, tentu tidak perlu repot mencari titik buta untuk menyerang.
Jun Moxiao tadi sengaja muncul sekilas di sudut pandang Qiu Fei karena saat itu serangannya tidak perlu disembunyikan di titik buta mana pun.
Ternyata seperti itu!
Tanpa melihat kamera utama Qiu Fei, Li Yibo pun tidak bisa menemukan hal ini. Setelah menyadarinya, Li Yibo sangat terkejut. Dia tidak tahu sampai level apa Ye Xiu telah menguasai teknik ini. Penggunaan Zheying Bu yang terus-menerus sangat melelahkan, jika bisa digunakan seperti ini, jelas akan membantu pemain menghemat banyak operasional dan energi. Namun di sisi lain, membutuhkan kesadaran dan pertimbangan yang lebih presisi.
Li Yibo yakin, saat ini belum ada pemain di lingkup profesional yang mencapai tingkat penguasaan Zheying Bu yang bisa dikendalikan sesuka hati ini. Menurutnya, yang baru saja dia lihat hanyalah pilihan Ye Xiu di momen emas yang tepat. Jika benar-benar dilakukan secara inisiatif, itu sangat mengerikan. Di usia Ye Xiu yang sudah memasuki akhir karir, kemampuan tekniknya ternyata masih meningkat, memikirkannya saja sudah menakutkan.
Seketika, Li Yibo tiba-tiba merasa ruang siaran ini terasa suram dan dingin.
"Kesempatan!" Tiba-tiba Li Yibo mendengar Pan Lin berteriak penuh penyesalan, sementara dirinya yang benar-benar kehilangan fokus sama sekali tidak tahu apa yang baru terjadi. Dia takut bertanya, hanya bisa mengangguk: "Sayang sekali, ini seharusnya tidak terlewatkan."
"Benar, Qiu Fei sudah dua kali melewatkan kesempatan bagus," kata Pan Lin.
Dua kali?
“Li Yibo tertegun di dalam hati, kemudian langsung tersadar. Pan Lin masih menganggap bayangan Jun Moxiao yang muncul saat menggunakan Zheying Bu sebagai kesalahan Ye Xiu dan kesempatan Qiu Fei! Saat ini dia tidak bisa menyingkapkannya, tetapi juga tidak ingin para penonton TV berpikir bahwa dirinya Li Yibo ternyata tidak kompeten sampai tidak bisa melihat hal seperti ini.”
“Hatinya dipenuhi kebingungan, namun telinganya mendengar Pan Lin menghitung jumlah kombo Jun Moxiao. Membaca nama skill memang di luar kemampuan ritme Pan Lin, tapi menghitung angka justru sangat lancar. Satu, dua, tiga, empat, lima……”
“Tunggu, satu dua tiga empat lima? Kenapa mulai menghitung kombo dari awal lagi?”
“Terlalu banyak hal yang terlewat karena Li Yibo kehilangan fokus. Belum sempat memahami situasi, Pan Lin sudah berteriak lagi: 'Ah! Terinterupsi, kesempatan kesempatan kesempatan... Waduh, bagaimana caranya Qiu Fei bisa seperti ini!'”
“Nada Pan Lin penuh kekecewaan, namun kali ini Li Yibo benar-benar fokus menyaksikan adegan pertandingan. Serangan beruntun Jun Moxiao memang terputus, tapi Qiu Fei tidak memanfaatkan kesempatan untuk melawan balik.”
“Ini tidak seharusnya terjadi,” komentar Li Yibo. “Meski Qiu Fei juga seorang pemain tanpa pengalaman bertanding resmi, kesempatan seperti ini seharusnya ada kesadaran untuk direbut. Tapi dari gerakan Battle Format-nya, aku tidak melihat adanya tekad seperti itu.”
“Benar. Sejak di-counter oleh Ye Xiu sampai sekarang, Qiu Fei sudah tiga kali melewatkan momen emas merebut kembali konsekuensi. Tampaknya pemain muda ini masih terlalu hijau, formasinya langsung kacau hanya karena satu gelombang serangan balik Ye Xiu!”
“Di saat seperti ini, mengembalikan status ke kondisi normal bukanlah hal mudah.”
"Benar-benar!" Pan Lin mengangguk terus-menerus.
Liu Xiaobie dari tim Micro Grass yang berada di tribun penonton menyaksikan pertandingan melalui proyeksi holografik, awalnya memasang headphone namun tiba-tiba mencabutnya dengan wajah merendahkan: "Ngomong apaan sih ini?"
"Ada apa?" Xu Bin menoleh bertanya. Liu Xiaobie mengeluh fans Jia Shi terlalu berisik hingga memakai headphone, matanya menyaksikan pertandingan langsung sementara telinganya mendengarkan siaran komentator via ponsel. Hasilnya, analisis dua komentator terhadap situasi ini justru membuatnya tidak tahu harus tertawa atau menangis.
"Kedua komentator itu bilang Qiu Fei melewatkan tiga kesempatan berturut-turut," kata Liu Xiaobie.
"Tiga kesempatan? Yang mana?" Xu Bin terlihat bingung.
"Pertama, saat kamera utama menyorot Jun Moxiao yang tiba-tiba menghilang, mereka mengira itu kesalahan operasional teknik Zheying Bu Ye Xiu yang jadi peluang," jelas Liu Xiaobie.
"Bukannya... serangan balik itu sebenarnya tidak perlu menggunakan Zheying Bu?" sanggah Xu Bin.
"Betul! Dua kesempatan lainnya adalah saat pseudo combo terputus yang seharusnya jadi momen kontra-serang," lanjut Liu Xiaobie.
Gao Yingjie yang mendengar ini membelalakkan mata, jelas menganggap pendapat ini terlalu mustahil.
Xu Bin hanya tersenyum: "Level mereka belum cukup, wajar kalau tidak paham."
"Tapi mereka merasa analisisnya benar," kata Liu Xiaobie.
"Makanya jangan dengarkan siaran komentar! Lebih baik fokus tonton langsung," saran Xu Bin.
“Kunci masalahnya, orang-orang ini terlalu berisik.” Liu Xiaobie berkata.
“Untuk saat ini, tidak terlalu berisik kan?” Xu Bin tersenyum.
Saat ini tentu belum berisik, serangan balik Ye Xiu berhasil, serangan gelombang masih berlanjut hingga sekarang. Melihat HP Battle Format terus menurun, fans Glory semakin panik.
“Aku benar-benar tidak mengerti apa yang mereka harapkan. Apa benar-baran berharap pemain baru ini bisa mengalahkan Ye Qiu... eh, Ye Xiu?” Liu Xiaobie bertanya.
“Dalam pertandingan, tidak ada yang mustahil!” jawab Xu Bin.
“Tapi setidaknya jangan terlalu berharap tinggi!” protes Liu Xiaobie.
“Katanya, kamu juga punya harapan tinggi Xingxin bisa mengalahkan Jia Shi. Menurut teorimu, seharusnya kamu juga tidak boleh berharap segitu tinggi!” serang Xu Bin.
“Aku tidak...” Pembelaan Liu Xiaobie lemah, “Xiao Gao, menurutmu?”
“Ngapain kamu tanya dia?” Xu Bin tidak tahu harus tertawa atau menangis, perubahan topik Liu Xiaobie terlalu tidak logis.
“Sebenarnya dia sangat kuat.” Hasilnya, Gao Yingjie benar-benar memberikan tanggapan.
“Maksudmu Qiu Fei itu?” tanya Liu Xiaobie.
“Apa perlu disebutkan khusus kalau Ye Qiu Shen itu kuat?” kritik Xu Bin sarkastik.
“Itu Ye Xiu.” Liu Xiaobie menyela.
Xu Bin tetap tersenyum. Ye Xiu atau Ye Qiu, nama hanyalah sebutan. Dia tidak peduli, tetap terbiasa memanggilnya Ye Qiu.
"Kata-kata anak muda ini..." Liu Xiaobie kali ini setelah mendengar penilaian Gao Yingjie, mulai serius memikirkan masalah ini, "Sungguh kuat." Ia mengangguk sambil berkata, "Kurasa, dia akan menjadi lawan tangguhmu di masa depan."
"Sekarang pun sudah." Kata Gao Yingjie.
"Pertama-tama lihat bagaimana dia menghadapi situasi saat ini!" Kata Liu Xiaobie.
"Jika itu kamu, bagaimana kamu akan menghadapinya?" Tanya Xu Bin.
Liu Xiaobie tidak menjawab, Xu Bin juga tidak terus mendesak. Faktanya, ketiga orang mereka sejak awal sudah mulai menimbang-nimbang: Jika yang di arena adalah diri sendiri, menghadapi situasi seperti ini, apa yang harus dilakukan?
