Shen Jian berjalan limbung turun dari arena. Fans Jia Shi di lokasi untuk pertama kalinya memberikan hinaan karena ketidakpuasan pada tim sendiri. Sebelumnya, aksi 1 vs 3 Xiao Shiqin tentu saja dihujat, tapi semua hinaan ditujukan ke Xingxin. Setelah itu, Qiu Fei dan Sun Xiang kalah dua kali berturut-turut, tapi penonton tidak bereaksi sebesar ini. Pertama, performa mereka tidak buruk - fans tidak hanya melihat hasil, tapi juga sangat memperhitungkan proses.
Pertunjukan Shen Jian dari proses hingga hasil jelas membuat semua kecewa. Tapi dibandingkan hujatan ke Xingxin, fans Jia Shi masih cukup 'berbelas kasih' pada anggota tim sendiri. Di antara suara hinaan, ada juga tepuk tangan sebagai bentuk dukungan untuk pemain mereka.
Shen Jian kembali ke area pemain dengan kepala tertunduk. Tao Xuan menepuk bahunya, memberikan beberapa kata semangat sebelum menyuruhnya beristirahat. Sebagai bos berpengalaman di tim profesional, Tao Xuan tentu tidak akan melakukan tindakan kekanak-kanakan seperti Xiao Jie, bos Zhuxian yang meluapkan emosi.
Pemain terakhir Jia Shi akan maju. Semua orang menjulurkan leher menunggu pengumuman. Tao Xuan melirik ke arah Xingxin seolah tak sengaja, lalu dari area pemain Jia Shi, Su Mucheng berdiri.
Ternyata...
Chen Guo bergumam dalam hati.
Ini adalah suspense yang sengaja dihindari semua orang: Akankah Su Mucheng bertanding untuk Jia Shi hari ini? Kebenaran sejati akhirnya terungkap.
Su Mucheng melirik ke arah Xingxin tanpa ekspresi jelas, lalu berjalan menuju kursi pertandingan. Tao Xuan tiba-tiba juga menoleh ke arah Xingxin - tepatnya ke Ye Xiu - dengan tatapan penuh kesombongan dan sikap mempermainkan.
Apa maksudnya ini?
Chen Guo bingung, menoleh ke Ye Xiu. Ia terkejut melihat ekspresi marah yang belum pernah ia lihat sebelumnya di wajah Ye Xiu.
Ya, kemarahan!
"Bahkan Ye Xiu yang selalu tenang meski dipaksa pensiun dan difitnah oleh Jia Shi, tiba-tiba menunjukkan kemarahan? Mengapa, hanya karena Su Mucheng dikirim ke arena?"
Chen Guo merasa alasannya bukan itu. Ekspresi Tao Xuan yang penuh makna setelah Su Mucheng tampil mungkin menjadi kunci kemarahan Ye Xiu. Saat Chen Guo masih menganalisis, Ye Xiu sudah berjalan menuju area pemain Jia Shi dan menghadap Tao Xuan.
Tao Xuan tetap duduk tenang, hanya sedikit mendongakkan kepala melihat mantan kapten Tim Jia Shi ini. Dulu mereka bersahabat di game online, saling memanggil "bro", bahkan pernah berjuang hidup-mati bersama di dalam game. Kemudian Tao Xuan mendanai pembentukan tim ini, merekrut sahabatnya sebagai kapten. Perlahan panggilan akrab itu menghilang, hingga kini mereka menjadi lawan.
"Apa maksudmu?" Ye Xiu sudah menyembunyikan amarahnya, memandang Tao Xuan dengan ketenangan yang biasa.
"Kuharap dia bisa menunjukkan performa terbaik." Tao Xuan tersenyum, menjawab dengan kalimat yang tidak relevan.
"Oh begitu rupanya." Ye Xiu seolah sudah mendapatkan jawaban yang diinginkan, lalu kembali ke posisinya.
Chen Guo ingin bertanya, tapi... takut. Ye Xiu tidak lagi menunjukkan kemarahan seperti sebelumnya, namun raut wajahnya yang muram justru membuat Chen Guo semakin penasaran - ekspresi yang belum pernah dilihatnya sebelumnya.
"Tenang." Wei Chen tiba-tiba menyela.
“Hmm.” Ye Xiu mengangguk, tidak mengkritik, tidak mempertanyakan, hanya mengangguk. Ini membuktikan bahwa saat ini, dirinya benar-benar tidak tenang.
Ye Xiu tidak tenang?
Chen Guo merasa pasti ada masalah besar yang terjadi, tapi apa? Chen Guo menatap Wei Chen, dia tahu Wei Chen seharusnya sudah menyadarinya. Dengan pandangan matanya, dia menyuruh Wei Chen: "Pilih mati atau datang jelaskan!"
"Hmm..." Wei Chen terserang tatapan itu, membersihkan tenggorokannya lalu mendekat.
"Tahu kenapa Su Mucheng tampil terakhir?" kata Wei Chen.
Ternyata terkait Su Mucheng... Chen Guo dalam hati bergumam. Tapi, apa alasan khusus di balik urutan penampilan ini?
"Jia Shi punya kecurigaan terhadap Su Mucheng, tapi tidak bisa diungkapkan terang-terangan. Lihat reaksi penonton, Su Mucheng sangat populer," jelas Wei Chen.
Benar, saat ini arena sudah dipenuhi sorakan. Performa memalukan Shen Jian sebelumnya pun tidak menghapus semangat fans Jia Shi yang menyambut Su Mucheng. Baru tampil saja, langsung mencapai klimaks kecil.
"Makanya dia dikirim sebagai pemain kelima," kata Wei Chen.
"Kenapa?" Chen Guo masih belum paham sama sekali.
“Pertama, ini adalah bentuk pertanggungjawaban kepada fans. Dari penempatan urutan arena pertandingan Jia Shi, rencana awal mereka adalah menyelesaikan pertarungan dengan tiga orang. Jadi, kesempatan tampil Su Mucheng yang ditempatkan terakhir dianggap sangat kecil. Tapi setidaknya dia tetap muncul dalam formasi tim, menunjukkan tidak ada kecurigaan. Penempatan di urutan terakhir bisa dijelaskan sebagai antisipasi darurat, yang sepenuhnya masuk akal.” Wei Chen berkata.
“Hmm.” Chen Guo mengangguk, menunjukkan dia mengerti.
“Tapi begitu situasi mencapai titik ini dimana Su Mucheng HARUS tampil, apa yang akan terjadi? Dia memikul tanggung jawab atas hasil pertarungan arena Jia Shi. Setiap gerak-geriknya akan diperbesar di bawah pengawasan ketat. Jika BENAR-BENAR ada niat melemahkan pertandingan, saya katakan JIKA!!!” Wei Chen menekankan saat melihat perubahan ekspresi Chen Guo saat menyebut "melemahkan pertandingan", “Dalam kondisi seperti ini, sekali ketahuan, hasilnya mungkin akan... kehancuran reputasi total.”
“Sial!” Chen Guo langsung marah, memancarkan pandangan yang membunuh ke arah Jia Shi. Sayangnya tidak ada yang melihat ke sisi ini saat itu.
"Ini hanya asumsi. Tentu saja aku sama sepertimu yang percaya pada etika profesional Su Mucheng. Tapi dalam pertandingan sensitif seperti ini, bahkan jika dia tidak sengaja melemahkan pertandingan dan hanya kalah secara normal, tetap akan memicu kecurigaan. Dalam kompetisi, jika orang sudah berprasangka lalu menyelidiki detail-detail kecil, operasional yang kurang sempurna bisa dipaksakan disebut sebagai tindakan melemahkan... Jadi untuk pertandingan ini, Su Mucheng harus menang, tidak boleh kalah. Sekali kalah, akan banyak pengaruh buruk baginya." Wei Chen akhirnya menjelaskan semuanya secara tuntas. Setelah selesai bicara, dia langsung berjaga-jaga sepenuhnya, khawatir sang bos yang berani ini langsung mengamuk dan membunuh pemain.
Yang tak disangkanya, setelah penjelasan lengkap itu, Chen Guo tidak bereaksi berlebihan seperti yang dibayangkan. Matanya memandang punggung Su Mucheng yang berjalan ke arena, ekspresinya dipenuhi kesedihan.
Pertandingan yang pasti sama sekali tidak ingin dimenangkan Su Mucheng, namun terpaksa harus dimenangkannya. Kontradiksi seperti apa yang sedang dirasakannya saat ini?
Chen Guo tidak tahu apakah Su Mucheng menyadari niat tersembunyi Jia Shi. Setelah mendengar penjelasan Wei Chen, menurutnya logika ini sebenarnya tidak terlalu kompleks, cukup sederhana. Meski begitu, Ye Xiu dan Wei Chen bisa menyadarinya juga berkat ekspresi terang-terangan Tao Xuan. Tanpa itu, sekalipun keduanya tidak punya batas bawah, belum tentu bisa memikirkan sejauh ini.
Dari sini terlihat, Su Mucheng yang berada di pihak lawan Jia Shi mungkin akan merasakan dengan jelas pikiran licik ini. Apa yang akan dia lakukan? Tindakan apa yang akan dia ambil untuk melawan?
Langsung mengetik GG dan menarik diri begitu pertandingan dimulai? Menghadapi tekanan Jia Shi dengan cara yang paling nekat ini? Meskipun Chen Guo akan merasa puas, tapi hasilnya justru yang paling dia khawatirkan. Seperti kata Wei Chen, konsekuensinya adalah kehancuran reputasi. Apapun alasannya, seorang atlet profesional tidak diperbolehkan bertindak tanpa etika profesional. Jia Shi berani memaksa Su Mucheng bertanding karena mereka tahu persis hal ini.
Saat ini Chen Guo sudah tidak sempat meluapkan kemarahan pada Tao Xuan. Dia juga mengerti mengapa Ye Xiu bisa secepat itu meredakan amarahnya. Karena orang yang mereka pedulikan sedang menghadapi situasi sulit seperti ini. Masih belum cukup waktu untuk mengkhawatirkannya, mana ada perhatian tersisa untuk Tao Xuan meski cuma seperseribu.
Apa yang akan dia lakukan?
Melihat Su Mucheng memasuki kursi pertandingan, diikuti proses loading karakter, hati Chen Guo serasa naik ke tenggorokan.
Kemudian pertandingan resmi dimulai. Karakter kedua tim muncul di map. Chen Guo memantau karakter Muyu Chengfeng milik Su Mucheng, akhirnya menghela nafas lega.
Setidaknya, Su Mucheng tidak langsung GG di awal.
Pergerakan karakter kedua pihak, Zai Shui Yi Xia milik Sun Zheping tetap menuju pusat map, sementara Muyu Chengfeng milik Su Mucheng menggunakan strategi posisi tempur dan segera mencapai "posisi sniper sempurna" menurut analisis Li Yibo.
Artillery God dengan jangkauan tembak terpanjang di antara 24 kelas, memanfaatkan medan tempur dan bersembunyi, terus melakukan serangan jarak jauh untuk menguras stamina lawan - ini adalah strategi umum. Terutama melawan pemain ofensif seperti Sun Zheping, taktik ini efektif mengikis kesabaran dan presisi operasional lawan. Su Mucheng seharusnya akan menyerang dalam kondisi setersembunyi mungkin.
Saat Li Zhidao menganalisis demikian, seluruh penonton justru melihat Muyu Chengfeng milik Su Mucheng berdiri tegak di atas tembok dengan meriam berat di pundak, sama sekali tidak bersembunyi. Dalam kondisi terbuka di posisi tinggi strategis, dia langsung meluncurkan tembakan ke Zai Shui Yi Xia yang baru masuk jangkauan serang.
Mulut Li Yibo terbuka lebar. Meski berpengalaman, kali ini dia benar-benar tak bisa menutupi kekeliruannya. Karena Su Mucheng secara terang-terangan membantah analisisnya. Baru saja dia menyebut "bersembunyi", sang karakter justru muncul gagah dan langsung menembak. Sikap ini lebih mirip sorakan "Tembak ke Aku!" ketimbang strategi merebut inisiatif serangan.
Chen Guo yang terus memantau komentator, melihat kontradiksi antara kinerja Su Mucheng dan analisis komentator, langsung merasa dadanya berdebar-debar.
“Apakah Su Mucheng tidak melakukan hal ekstrem seperti langsung GG, namun bersiap untuk melemahkan pertandingan secara luar biasa berani demi mempermalukan Jia Shi?”
Dentuman meriam seketika menenggelamkan perasaan Chen Guo. Serangan berat yang menekan membuat Sun Zheping yang begitu angkuh pun tidak bisa menerjang langsung dalam situasi seperti ini.
Di tengah kejaran tembakan, Zai Shui Yi Xia menyelinap ke balik tembok sambil merencanakan rute selanjutnya. Tiba-tiba daya dahsyat menerpa dari belakang. Zai Shui Yi Xia bersama tembok itu terhempas oleh rentetan tembakan meriam Muyu Chengfeng yang menggila.
“Apakah Jia Shi... kali ini akan kembali bertarung keras melawan Sun Zheping?” Tiga anggota Micro Grass di tribun penonton sudah menganalisis untung-ruginya dari sudut pandang kelas profesional.
