Kinerja Su Mucheng membuat banyak fans Jia Shi yang menyukainya di lokasi lupa bersorak, karena performa ini benar-benar jauh berbeda dari gaya bermainnya yang biasa.
Saat Ye Xiu masih di tim, karakter Artillery God Su Mucheng selalu memainkan peran pendukung, dengan hubungan utama-pendamping antara Yizhiyeqiu yang sangat jelas.
Setelah Ye Xiu hengkang, Sun Xiang yang mengambil alih Yizhiyeqiu tidak memiliki chemistry dengan Su Mucheng. Posisi Muyu Chengfeng dalam tim sempat terlihat canggung.
Untungnya Su Mucheng segera menyesuaikan diri, berubah dari peran pendukung menjadi attacker utama. Namun meski begitu, gaya bermainnya tidak seagresif hari ini.
Faktanya, kurangnya agresivitas hampir menjadi masalah umum di kalangan pemain wanita. Chu Yunxiu, bintang Tim Yan Yu, selalu dikritik karena hal ini hingga menjadi kekurangan khasnya.
Tapi sekarang, ketegasan yang ditunjukkan Su Mucheng sungguh mengejutkan. Bahkan pemain sekelas Sun Zheping pun ditekan hingga tak bisa menyerang langsung, bisa dibayangkan betapa padatnya hujan peluru meriamnya saat ini.
Karakter Zai Shui Yi Xia milik Sun Zheping terhempas bersama tembok yang hancur, namun gempuran Muyu Chengfeng tak berhenti. Baru sekarang komentator sadar: taktik posisi tempur Su Mucheng merebut lokasi ini bukan untuk menyergap, tapi untuk memperluas visi dan memaksimalkan jangkauan tembakan Artillery God.
Sebelum Zai Shui Yi Xia sempat bangun dari reruntuhan, Peluru Duri sudah meledak di udara menghujani area dengan Ci She Dan. Skill ini biasanya memiliki jangkauan terbatas saat ditembak horizontal, tapi dari posisi tinggi Muyu Chengfeng berhasil memperpanjang jangkauannya.
Ci She Dan menembus dan meledak di atas reruntuhan, dalam sekejap telah menciptakan lautan api. Zai Shui Yi Xia tiba-tiba bangkit, menyapu puing-puing yang menimpanya, memberikan kesan seolah terjadi tanah longsor yang dahsyat.
Tapi Su Mucheng sama sekali tidak ragu. Meriam Laser Muyu Chengfeng sudah selesai di-charge. Begitu Zai Shui Yi Xia melompat, laser langsung menghantam. Pose gagah Zai Shui Yi Xia bahkan tidak bertahan satu detik pun, langsung terpeleset mundur oleh daya dorong laser cannon ini, sampai kedua sepatunya menggores dua alur di tanah.
Live audience akhirnya melepaskan tepuk tangan yang bergemuruh.
Menghadapi pemain sekuat Sun Zheping, Su Mucheng benar-benar mampu membalas dengan gaya yang sama agresifnya, membuat lawan tak berkutik. Penampilan spektakuler seperti ini pantas mendapat sambutan meriah!
Dibandingkan dengan performa buruk Shen Jian di pertandingan sebelumnya yang semakin terlihat memalukan, saat ini tak ada lagi yang mengingat kekalahannya. Komentator hanya menyebutnya sekilas sebagai bahan perbandingan saat membahas topik, lalu serentak memuji keteguhan Su Mucheng hari ini.
Benar-benar luar biasa...
Bahkan Sun Zheping yang berada di lapangan pun merasakan hal ini. Dia pernah kalah banyak dalam pertandingan, tapi situasi di mana lawan bisa memaksanya hingga tidak bisa maju seperti ini sangatlah langka. Kecantikan Su hari ini benar-benar menunjukkan tekadnya untuk unjuk gigi! Sejujurnya, saat pertama kali melihat Su Mucheng yang turun ke arena, Sun Zheping sempat meragukan kualitas pertandingan ini. Karena dia sekarang membantu Xingxin, berbagai masalah Jia Shi tentu tidak dirahasiakan darinya. Dia tahu Su Mucheng sedang bingung. Pertanyaan besar muncul di benaknya: apakah gadis ini masih bisa tampil normal dalam situasi seperti ini?
Tapi sekarang, tanda tanya itu telah hancur. Su Mucheng bahkan berhasil membuatnya tidak bisa maju, ini jelas performa di atas level biasanya.
Meski Sun Zheping tahu kekalutan hati Su Mucheng, dia tidak akan menunjukkan belas kasihan di pertandingan. Baginya, ini dua hal yang berbeda. Tugasnya hanyalah memenangkan pertandingan, tak peduli siapa lawannya, dalam situasi apa, atau perasaan apa yang mereka bawa. Begitu masuk arena, tidak ada yang lain selain hasil pertarungan.
Serangan kuat tidak mempan, strategi posisi tempur?
Tidak, ini tidak pernah menjadi gaya Sun Zheping. Bertahun-tahun lalu tidak, sekarang pun tidak. Mungkin banyak orang diam-diam mengamati, melihat apakah Sun Zheping yang kembali setelah pensiun karena cedera ini telah kehilangan kewibawaannya di masa lalu. Sun Zheping ingin membuktikan pada mereka - meski memiliki cedera tangan, meski hanya mampu bertarung level tinggi selama beberapa menit, dalam waktu singkat itu dia tidak akan mundur atau menghindar. Dia akan tetap mempertahankan caranya yang khas. Karena inilah gaya permainannya, inilah Sun Zheping, pesona Swordsman Ganas nomor satu yang tak akan memudar oleh apapun. Jika hanya bisa tampil beberapa menit, biarkan orang-orang menyaksikan kehebatan selama menit-menit itu.
Zai Shui Yi Xia tiba-tiba berlari maju. Su Mucheng yang melihat langsung menembakkan Anti-Tank Cannon, tiga peluru beruntun melesat. Zai Shui Yi Xia mengangkat greatsword, Serangan Cyclone!
Bilah pedang menghujam ke arah peluru yang datang. Cahaya ledakan terbelah dua oleh pedang, berhamburan di sekelilingnya. Satu, dua, tiga peluru berturut-turut dihancurkan dengan cara keras Sun Zheping. Zai Shui Yi Xia terus melangkah maju dengan gagah.
Semua orang terpana. Tekanan tembakan yang begitu intensif, tapi tetap nekat maju. Gaya sembrono yang tak kenal kompromi ini benar-benar tindakan semau-maunya.
Jika dilakukan oleh orang lain, tindakan seperti ini mungkin akan dianggap sebagai bunuh diri. Tapi, Sun Zheping dan Zai Shui Yi Xia-nya melangkah maju selangkah demi selangkah, mengetuk hati setiap orang. Tak ada yang menganggap ini bunuh diri. Yang mereka lihat adalah seorang atlet profesional dan karakternya, dengan tekad baja yang pantang menyerah, terus bergerak maju tanpa henti. Mungkin dia akan gugur di jalan, tapi jangan harap melihatnya melakukan kompromi sedikit pun.
"Si pemalas ini!!" Para anggota Xingxin pun tak bisa menyembunyikan kekaguman mereka.
Melemahkan pertandingan?
Siapa pun yang punya pikiran seperti itu tentang pertandingan ini pantas ditarik keluar arena dan ditembak seratus kali.
Ini adalah konfrontasi yang mengerahkan segala kemampuan, tanpa pelemahan maupun kompromi. Yang ada di arena adalah Glory milik dua pemain, segala hal di luar sama sekali tak relevan bagi mereka.
Kemenangan! Hanya inilah yang mereka kejar.
Semua orang terbawa suasana. Mereka melupakan segalanya, hanya fokus pada hasil pertarungan di depan mata. Berbagai konsekuensi yang mungkin timbul dari hasil ini, tak seorang pun sempat memikirkannya.
Siapa yang akan menang? Siapa yang kalah?
Semua orang menatap dua karakter tanpa berkedip: Zai Shui Yi Xia, nama karakter yang terdengar sangat santai. Tak ada yang tahu motivasi psikologis Sun Zheping memberi nama seperti itu, sama sekali tidak sesuai dengan gayanya. Kini, dengan membawa nama karakter yang santai ini, Zai Shui Yi Xia terlihat seperti baru menyelesaikan Long March 10.000 li. Dia akhirnya berhasil menyerbu ke dekat Muyu Chengfeng, akhirnya bisa menghunjamkan taring serangannya dengan kejam ke lawan yang telah menciptakan ribuan rintangan sepanjang perjalanannya.
Tepat di momen ini, Muyu Chengfeng mundur...
Serangan Sun Zheping meleset. Ia tertegun sejenak, lalu tersenyum tak wajar.
Dia hanya fokus menyerbu maju. Dia lupa, lupa bahwa Su Mucheng bukan Sun Zheping. Dalam situasi seperti ini, Sun Zheping akan bertahan dan terus berbentrok sengit dengan lawan. Tapi Su Mucheng? Dia memilih untuk mundur sementara. Sebuah pilihan yang tak pernah dibuat Sun Zheping, namun merupakan keputusan yang sangat cerdas.
Akan kalah...
Sun Zheping menyadari dalam hati: karena lawan bermain lebih cerdas darinya, sementara dirinya mungkin selama ini hanya berbuat semaunya!
Sayangnya, sekarang kesempatan untuk bertindak semaunya pun sudah hampir tak ada. Benar-benar merindukan masa lalu ketika masih bisa berbuat semaunya di arena pertandingan!
Muyu Chengfeng mundur, dalam sinar satelit yang jatuh seketika, Zai Shui Yi Xia akhirnya kehabisan HP terakhir dan tumbang. Dengan penyesalan mendalam Sun Zheping, bukan hanya untuk pertandingan ini, tapi juga seluruh karier Glory-nya. Hanya beberapa menit bertanding, dia tetap Sun Zheping yang dulu. Tapi waktu sesingkat ini, benar-benar tidak memuaskan...
Babak terakhir arena pertandingan akhirnya berakhir. Su Mucheng menang, Jia Shi akhirnya meraih satu poin individu.
Sun Zheping lebih dulu keluar dari kursi pertandingan. Suasana live sunyi senyap, tapi perlahan, entah dari sudut mana, tiba-tiba terdengar tepuk tangan yang kemudian menyebar ke seluruh arena.
Tim Xingxin yang selama ini hanya menerima hinaan dan cacian, tiba-tiba mendapat tepuk tangan?
Tentu saja tidak.
Tepuk tangan kali ini ditujukan untuk Sun Zheping. Meskipun kalah, semua orang merasakan perlawanan gigihnya melalui pertandingan ini. Mengapa atlet profesional seperti dia harus terkena cedera tangan yang mematikan karier? Penyesalan ini tak bisa dijelaskan, penonton hanya bisa memberikan tepuk tangan sebagai bentuk penghormatan dan doa.
Selanjutnya, tepuk tangan pantas diberikan kepada Su Mucheng yang memenangkan pertandingan. Penonton menunggu Su Mucheng keluar dari kursi pertandingan, tapi malah melihat Muyu Chengfeng masih berdiri di arena meski sudah menang.
“Ikatan dengan Jia Shi, sampai di sini saja.”
Channel pertandingan yang belum ditutup tiba-tiba menampilkan kalimat ini. Sebelum semua orang sempat tersadar, Muyu Chengfeng menarik diri dari pertandingan dan menghilang dari arena. Su Mucheng langsung berjalan keluar dari kursi pertandingan.
Ucapan tak terduga itu membuat tepuk tangan penonton terdengar samar-samar. Di bawah sorotan ribuan mata, Su Mucheng turun dari panggung pertandingan menuju area pemain. Tanpa ragu, dia melewati depan bangku pemain Jia Shi, terus melangkah hingga akhirnya duduk di area pemain Tim Xingxin.
Seluruh arena gempar. Desibel kebisingan memekakkan telinga sampai tak ada suara yang bisa dibedakan. Tapi Su Mucheng sama sekali tak peduli. Saat ini adalah momen paling tenang dalam satu setengah tahun terakhir - tanpa kebimbangan, tanpa beban, seolah kembali ke masa awal bersama kakak dan Ye Xiu mencari nafkah di game online. Melelahkan, tapi memuaskan.
Su Mucheng ingin menangis. Dia buru-buru menyembunyikan wajah di bahu orang di sebelahnya.
"Selanjutnya serahkan padaku!" kata orang itu.
"Baik..." jawab Su Mucheng. Sebenarnya, dia hanya ingin terus bersandar seperti ini selamanya...
