Mekanika skill pemulihan bekerja dengan regenerasi HP per segmen waktu. Setiap lompat HP dari konfigurasi healer ala Jun Moxiao yang pas-pasan memang sangat minim. Faktanya, bahkan setelah beberapa lompat, HP-nya masih berada dalam jangkauan serangan mematikan karakter kuat Jia Shi. Namun ritme lompatan HP yang stabil ini menjadi siksaan psikologis bagi para pemain Jia Shi.
Yang lebih parah, Pastor Xingxin diperkirakan akan segera tiba di lokasi. Meski tekniknya tidak tinggi, dalam situasi seperti ini cukup menjadi penentu kemenangan. Xiao Shiqin tiba-tiba merasa menyesal, andai saja setelah membunuh Xiao Qiang tadi langsung mengintercept area ganti orang di arah itu, mungkin bisa menghabisi Pastor lawan. Terjebak menghadapi Han Yanrou malah berakhir seperti ini, sungguh memalukan!
Tapi pertandingan sudah sampai di titik ini, penyesalan tak ada gunanya. Han Yanrou tetap akan menjadi target yang harus mereka bunuh berikutnya, sebelum Healer lawan tiba.
Xiao Shiqin mengirim beberapa kata strategi singkat di channel. Kombinasi dual Battle Mage Sun Xiang dan Qiu Fei langsung menerobos formasi empat orang Xingxin. Sebelumnya mereka mengepung Han Yanrou Tang Rou malah kena serangan dari dalam dan luar. Kali ini Xingxin yang mengepung Wang Ze, giliran mereka yang melakukan serangan dari dalam dan luar.
Wang Ze, yang baru saja bergabung dalam pertempuran, masih memiliki status HP penuh. Meski sempat dikepung Xingxin, ia tidak panik. Kali ini Tim Jia Shi cepat memberikan bantuan. Yizhiyeqiu dan Battle Format langsung menyerang, namun tidak fokus menyelamatkannya. Target mereka tetap Han Yanrou yang hanya menyisakan seiris darah. Fakta bahwa karakter ini masih bertahan hingga saat ini bisa dibilang sebuah keajaiban. Tanpa healer, terlalu fokus melindungi karakter seperti ini justru akan membuat seluruh tim menjadi pasif. Namun masalahnya, Xingxin tidak pernah melakukan hal tersebut. Han Yanrou dengan 20% HP tetap menyerang, bahkan saat nyaris mati masih berkoordinasi dengan Jun Moxiao memberikan skill ultimate Fú Lóng Xiáng Tiān ke Battle Format. Keberadaan Han Yanrou justru menjadi alat pengalih perhatian strategi Tim Jia Shi. Layaknya umpan, ia menarik semua tujuan gerakan lawan. Alih-alih menjadi beban, karakter ini menggunakan setiap detik di arena dengan efisiensi luar biasa.
Masalah ini tampaknya sudah disadari Xiao Shiqin. Jia Shi melakukan penyesuaian lagi, tidak mengerahkan seluruh tenaga ke Han Yanrou. Kelompok dua orang Sun Xiang dan Qiu Fei menyerang formasi Xingxin, sementara Sheng Ling Mie milik Xiao Shiqin bergerak memutar dari arah lain.
Ini mau ngapain?
Pan Lin dan Li Yibo saling pandang, bingung namun tak berani berkomentar. Saat Xiao Shiqin membuat strategi di channel, dia tidak menjelaskan rencananya secara detail.
Sheng Ling Mie berjalan dengan cepat dan penuh semangat, sambil terus memantau pergerakan Xingxin. Saat menyadari tak ada yang memperhatikannya, gerak-geriknya mulai menunjukkan keraguan.
Pada titik ini, semua orang akhirnya memahami maksud Xiao Shiqin. Begitu strateginya terungkap, sebuah lirik lagu populer di masa lalu terlintas di benak semua: "Aku yang akhirnya mengetahui kebenaran sejati, air mataku jatuh".
Ya, Sheng Ling Mie milik Xiao Shiqin sedang berusaha mencegah pendeta Xingxin yang akan bergabung. Masalahnya... dia menuju arah yang salah...
Penonton dengan perspektif penonton sudah tahu sejak awal: Xiao Shou Bingliang tidak masuk melalui area pergantian terdekat. Saat itu semua bingung, tapi kini tersadar - area itu terlalu mudah ditebak. Xingxin sudah waspada terhadap taktik ini, sangat berhati-hati menjaga kelebihan healer yang susah payah mereka bangun.
Setelah beberapa saat berlari ke arah itu tanpa melihat bayangan Xiao Shou Bingliang, Xiao Shiqin tahu ada yang tidak beres. Menurut kalkulasi kecepatan, seharusnya dia sudah bisa melihat lawan. Tidak adanya tanda-tanda musuh membuktikan mereka sudah mengantisipasi intercept ini - entah dengan mengambil jalan memutar atau menggunakan area pergantian lain.
Kesalahan pertimbangan lagi. Xiao Shiqin mulai merasa lelah secara mental. Dia menyadari sama sekali tidak bisa menangkap logika taktik Xingxin.
Dia memang memahami Ye Xiu, tapi Ye Xiu yang dia kenal adalah Ye Xiu yang berada di tim kuat elite. Kini, Ye Xiu yang memimpin tim akar rumput ini menunjukkan gaya taktis yang lebih kompleks. Saat menggunakan kelicikan khas tim kecil-menengah, dia sesekali menunjukkan tekanan yang hanya dimiliki tim kuat elite.
Dalam detail pemilihan area pergantian orang, berdasarkan pengalaman Xiao Shiqin memimpin tim lemah, masuk dari lokasi terdekat adalah pilihan wajib karena tim lemah sangat membutuhkan healer cepat sampai di lokasi untuk mempertahankan kelebihan yang susah payah direbut. Namun Tim Xingxin justru sangat berani, benar-benar membiarkan pastor menghabiskan lebih banyak waktu di perjalanan. Kepercayaan diri sekuat ini tidak pernah dimiliki Xiao Shiqin saat memimpin Thunderclap.
Pada dasarnya, apakah dirinya masih kurang percaya diri?
Saat berada di Thunderclap, pernahkah terpikir untuk menjadikan juara sebagai target tim yang dipimpinnya?
Tidak, tidak pernah sama sekali.
Publik selalu menganggap Thunderclap sebagai tim lemah, dimana lolos playoff saja sudah dianggap sukses. Akhirnya, Thunderclap sendiri, termasuk Xiao Shiqin, selalu berpikir demikian. Target mereka tiap tahun hanya masuk playoff, dan setelah lolos, mereka hidup sekadarnya. Mereka sebenarnya sangat haus akan gelar juara, tapi tak percaya tim mereka punya kekuatan untuk merebutnya.
Akhirnya, demi gelar juara liga, Xiao Shiqin meninggalkan Thunderclap. Meski publik tidak mengkritik keputusan ini, bahkan sepakat bahwa seharusnya dia membuat pilihan ini lebih awal. Tapi kini, Xiao Shiqin akhirnya menyadari bahwa dirinya pada dasarnya masih lemah - tidak sepenuhnya percaya pada anggota tim, juga tidak sepenuhnya yakin pada diri sendiri. Dibandingkan lawan di hadapannya, masih ada jarak yang sangat besar. Orang ini, memimpin tim akar rumput yang direkrut dari warnet, berani mengikuti Tantangan Rookie dan menantang tim elite seperti Jia Shi. Berapa banyak yang menganggapnya sebagai bahan tertawaan? Tapi sekarang, bahan tertawaan ini sedang melangkah selangkah demi selangkah menuju kenyataan.
Bagaimana dengan dirinya? Meski berulang kali menciptakan rekor mengalahkan tim kuat dengan tim lemah di Thunderclap, dia sebenarnya tidak pernah benar-benar memiliki kepercayaan diri. Sekarang terlihat jelas, mengapa selama ini tidak pernah? Jika Thunderclap bisa mengalahkan tim kuat di pertandingan reguler, mengapa tidak bisa mereplikasi kemenangan ini di playoff? Cukup replika tiga kali, bukankah Thunderclap mereka juga bisa memenangkan gelar juara liga?
Pada akhirnya, dia hanya memiliki kepercayaan diri untuk memenangkan pertandingan yang seharusnya dimenangkan. Sedangkan pria di hadapannya ini, memiliki keberanian dan keyakinan untuk menciptakan keajaiban!
Ketika Sheng Ling Mie milik Xiao Shiqin berlari kembali ke medan perang, situasi telah mengalami beberapa perubahan lagi.
Han Yanrou akhirnya berhasil dibunuh.
Tang Rou tidak akan membiarkan dirinya menjadi beban yang harus dilindungi sepenuhnya oleh semua orang. Bahkan dengan sisa 1 HP terakhir, dia tetap aktif bertarung di arena dan memberikan kontribusi output. Setelah bertahan dengan gigih beberapa saat, akhirnya dia tumbang. Saat itu, tepuk tangan pecah di lokasi. Bahkan fans Jia Shi memilih diam pada momen ini. Di saat genting hidup-mati ini, mereka tak bisa memberi lawan tepuk tangan, tapi setidaknya bisa menunjukkan respek melalui keheningan. Di arena pertandingan, Tang Rou kalah dengan rasa kekesalan, namun dalam pertandingan tim kali ini, dia berhasil meninggalkan kesan mendalam. Meski terkadang sulit membedakan apakah performanya termasuk berani atau ceroboh, dalam pertandingan tim ini, keberanian/ketergesaannya justru menjadi kunci Xingxin bisa bertahan sampai situasi saat ini.
Saat Xiao Shiqin bergegas mencegat Healer namun gagal total, tiga anggota Jia Shi yang berhasil mengeliminasi Han Yanrou juga menerima damage signifikan. Terutama karakter Wang Ze "Korek Api" yang sejak awal sudah diserang dua arah oleh Baozi dan Qiao Yifan, kemudian Jun Moxiao yang melindungi Han Yanrou ikut meramaikan. Fokus utama Tim Xingxin berikutnya bukan melindungi Han Yanrou, tapi terus memperkuat serangan ke "Korek Api".
Ghost Array milik Yicunhui saat ini memainkan peran perlindungan yang sangat kuat. Dua kelas jarak dekat yaitu Yizhiyeqiu dan Battle Format harus memasuki radius Ghost Array jika ingin menyerang karakter Xingxin. Jika tidak masuk, mereka hanya bisa melihat lawan mengeroyok Matchstick di sana.
Ada beberapa teknik untuk menembus batasan Ghost Array, namun secara umum keberadaan Ghostblade membuat Yizhiyeqiu dan Battle Format sangat tidak nyaman. Dukungan yang diterima Matchstick milik Wang Ze dalam situasi ini sangat terbatas, dan dia sendiri juga gagal menerobos kepungan. Ketika Sheng Ling Mie milik Xiao Shiqin kembali, Han Yanrou sudah tidak ada, namun situasi Matchstick juga genting.
Xiao Shiqin yang kembali melihat tumpukan status negatif pada dua Battle Mage ini merasa sangat frustasi. Sebagai penyerang jarak jauh, Ghost Array memiliki pengaruh terbatas terhadapnya. Namun sayangnya sebagai Mecha Specialist, banyak prop mekanisnya tidak bisa menembus Ghost Array. Menerobos sistem pembatasan Ghost Array sangat sulit bagi kelasnya. Jika tidak, dia pasti akan tetap tinggal dan mengirim orang lain untuk mencegat Pastor. Kombinasi dua Battle Mage sebenarnya tidak mutlak tak terpisahkan.
Kini, karena keberadaan Ghostblade, mereka tidak bisa menunjukkan performa maksimal. Sharpshooter yang seharusnya tidak terlalu terpengaruh Ghost Array justru sudah lebih dulu ditangkap lawan.
Xiao Shiqin sama sekali tidak menganggap ini sebagai suatu kebetulan. Pertandingan ini membuatnya menyadari kengerian strategi Ye Xiu yang sama sekali baru - saling terkait erat dan penuh bahaya di setiap langkah. Setiap pemain dan karakter Tim Xingxin dimanfaatkan secara maksimal, mulai dari Wu Chen dan Xiao Qiang di awal, lalu Tang Rou dengan Han Yanrou-nya, dan sekarang giliran Qiao Yifan dengan Yicunhui?
Harus dicari cara untuk mengatasi Ghostblade ini!
Tidak... tunggu sebentar...
Saat Xiao Shiqin sedang berpikir mencari strategi, tiba-tiba pikirannya tersambar pencerahan.
Ghostblade, target serangan berikutnya pasti karakter ini. Tapi kalau begitu, bukankah kita akan terjebak lagi dalam pengalihan perhatian Xingxin?
Sejak awal pertandingan, Xingxin selalu memperlihatkan kartu as mereka satu per satu. Kemudian Jia Shi mengunci target tersebut, hanya untuk dibuat pasif oleh sasaran yang mereka incar sendiri...
Benar, seperti inilah. Kunci dari agenda taktis Xingxin ternyata ada di sini!
