Bab 1052: Kami adalah Juara

　　Sudah... selesai? 　　Sistem telah mengumumkan kemenangan Tim Xingxin, diikuti oleh close-up otomatis sistem pada karakter yang bertahan - Jun Moxiao dengan set armor mix-and-match dan Xiao Shou Bingliang dengan setengah armor campuran, bergantian ditampilkan di layar elektronik. 　　Tapi semua orang masih belum sepenuhnya tersadar. Jantung mereka masih di tenggorokan, mengira akan ada serangan momentum terakhir. Yizhiyeqiu masih memiliki 40% lebih HP. Meski harus melawan dua musuh, tapi Jia Shi unggul poin kill di arena. Jika bertarung mati-matian sekarang, bahkan jika tidak bisa mengalahkan dua karakter, setidaknya bisa membawa satu musuh dan meraih hasil imbang. Tapi si Sun Xiang ini malah memilih keluar dari pertandingan? 　　Kena disconnect kali? 　　"Banyak orang hampir tidak percaya fakta ini, bahkan wasit pertandingan harus masuk ke sistem game untuk memeriksa, mengkonfirmasi bahwa penarikan diri Yizhiyeqiu memang operasional Sun Xiang dan bukan kecelakaan lain." 　　"Setelah itu, akhirnya dia mengumumkan: Pertandingan tim, Tim Xingxin menang dengan 2 poin individu. Tantangan Rookie akhirnya dimenangkan Xingxin 2-1 atas Jia Shi." 　　"Sialan!!!" 　　"Dari area pemain Jia Shi meledak teriakan kemarahan. Bos mereka Tao Xuan seolah dirasuki Dewa Perang, dengan gesit melompat sambil melemparkan botol air di tangannya ke tepi arena pertandingan dengan keras." 　　"Kalah? Benar-benar kalah?" 　　"Tao Xuan tidak percaya matanya sendiri. Tim elitenya Jia Shi, dengan pemain top seperti Sun Xiang dan Xiao Shiqin, karakter megah seperti Yizhiyeqiu dan Sheng Ling Mie, kalah dari tim akar rumput yang direkrut Ye Xiu entah dari mana? Ini tidak mungkin!" 　　"Hahaha, bagus, main bagus." Dari area pemain Xingxin, Wei Chen berdiri sambil bertepuk tangan dengan sengaja ke arah area Jia Shi. Ekspresinya santai seolah kemenangan ini bukan hal istimewa baginya." 　　“Jangan terus berpura-pura!” Di detak kemenangan yang nyaris membuat Chen Guo menangis itu, gerakan Wei Chen justru membuatnya tidak tahu harus tertawa atau menangis. Si pemalas ini jelas-jelas juga sangat terharu, tapi masih berpura-pura seperti ini untuk mengesalkan Jia Shi. "Bibirmu masih gemetaran, suaramu masih getar lho bro!" 　　"Kita menang!" Chen Guo menoleh ke Su Mucheng di sampingnya. Meski dalam pertandingan ini Su Mucheng masih menjadi lawan, bahkan poin Jia Shi pun dipertahankannya, tapi Chen Guo tetap menganggapnya sebagai orang dalam. 　　"Ya, menang..." Su Mucheng mengangguk. 　　"Akhirnya tidak sia-sia datang ke sini." Sun Zheping menghela napas panjang, meregangkan tubuhnya total di kursi. 　　"Menang menang menang!" Meski Luo Ji tidak tampil di pertandingan ini, kegembiraannya sama seperti yang lain. Ingin berbagi dengan orang terdekat, ia menoleh dan melihat Mo Fan di sampingnya yang tetap duduk diam dengan ekspresi dinginnya yang biasa, menatap arena. 　　"Menang nih!" teriak Luo Ji padanya. Mo Fan menoleh, menatapnya tanpa ekspresi. 　　"Eh..." Luo Ji merasa lebih baik bergabung dengan yang lain. Ia berlari ke kerumunan Chen Guo dan Wei Chen. Tanpa sadar, meski Mo Fan tetap diam tanpa ekspresi, tangannya sesaat menggenggam kencang. 　　Di area pemain Xingxin, semangat membara. Sebaliknya, area pemain Jia Shi muram bagai kuburan. Amukan bos membuat mereka tidak berani bersuara, merapat di kursi masing-masing sambil menunduk seolah bisa menghilang dari pandangan. 　　Para penonton di lokasi baru tersadar sekarang. 　　Menang. Xingxin ternyata benar-benar menang. 　　Tian Qi ternganga, membeku selama setengah menit sampai seseorang di sampingnya mendorong bahunya. 　　"Gila, gila gila gila, gila!!!" Tian Qi berbalik arah, matanya liar menyapu sekeliling. Emoji air liur beterbangan, tapi tak ada yang peduli. Orang-orang malah menggenggam erat si pemalas ini: "Kita menang." 　　"Benar, kita menang!" 　　"Gila, kita menang!!!" Teriak Tian Qi menggelegar. Para penggemar fanatik Xingxin ini meledak di tengah kepungan fans Jia Shi. Aset yang bisa dilempar melayang di udara. Sorak-sorai, nyanyian, dan lompatan memenuhi stadion. Penjaga keamanan siaga tempur di pos masing-masing, tapi tak menghalangi. Kemenangan Xingxin yang susah payah ini - mana mungkin melarang perayaan? 　　Lalu fans Jia Shi? Mereka hanya diam membeku. 　　Masih bingung dengan tindakan tak terduga Sun Xiang yang langsung menarik diri dari pertandingan di akhir? Kini mereka sudah tak punya mood untuk itu. Bagaimanapun, hasil akhir sudah ditentukan. Xingxin adalah pemenang sejati, sementara Tim Jia Shi mereka, haruskah kembali merosot dalam Tantangan Rookie selama satu tahun lagi? Mereka adalah klub elite! Memiliki pemain legendaris dan karakter level dewa, tapi harus terpuruk tahun demi tahun di Tantangan Rookie? Saat ini, fans Jia Shi hanya dipenuhi rasa sedih, kecewa, dan pilu. 　　"Xingxin... Xingxin menang?" Dalam siaran televisi, saat sistem mengumumkan kemenangan final, komentator Pan Lin justru mengumumkan hasil ini dengan nada ragu. Emosi ketidakpercayaan itu bahkan dirasakannya sendiri. 　　"Benar, Xingxin menang. Keajaiban, mereka benar-benar menciptakan keajaiban." Li Yibo sudah masuk ke dalam peran dan terus-menerus mengeluarkan kekaguman. 　　“Sungguh tak terduga! Xingxin mengalahkan Jia Shi, memenangkan kemenangan di Tantangan Rookie tahun ini, dan akan menjadi tim baru yang masuk ke Liga Glory musim depan. Bagaimana dengan Jia Shi? Tim dinasti legendaris dalam sejarah Glory ini justru harus bertarung di Tantangan Rookie selama satu tahun lagi. Yang membawa mereka ke situasi ini tak lain adalah Ye Xiu - sang Kapten yang dulu memimpin Jia Shi membangun pondasi dinasti. Bagi Jia Shi, apakah dia malaikat atau iblis? Saya yakin perasaan setiap anggota Jia Shi pasti sangat kompleks. Tapi yang pasti, penyesalan tak terelakkan. Mereka pasti sangat menyesal karena seharusnya tidak membiarkan Ye Xiu pensiun dan pergi dengan begitu mudahnya.” 　　Komentator Pan Lin, setelah menyadari juga langsung cepat masuk ke peran. Kemenangan Xingxin memang tak terduga, tetapi banyak aspek yang layak dipuji juga sangat banyak, Pan Lin cepat-cepat merapikan logika sambil pamer kelincahan bibir. 　　Saat ini, setelah pertandingan segera dilakukan upacara penghargaan, semua pemain Xingxin saat ini akan naik ke panggung untuk berpartisipasi dalam penganugerahan. Meski Chen Guo adalah bos, tetapi sekaligus juga pemain terdaftar Tim Xingxin, meski belum pernah bertanding sekali pun, kepemilikan kualifikasi ini jelas tidak diragukan. Chen Guo dengan bangga dan penuh kebanggaan berjalan menuju arena pertandingan bersama yang lain. Di arena pertandingan, pemain dari kedua belah pihak juga telah keluar dari area pemain. 　　Ye Xiu, Tang Rou, Baozi, Wu Chen, Qiao Yifan, An Wenyi... 　　Pandangan semua orang di lokasi tertuju pada orang-orang ini. Selain Ye Xiu, anggota lainnya sama sekali tidak dikenal, namun baru saja mereka bersama-sama menciptakan keajaiban - mereka benar-benar mengalahkan Tim Jia Shi dalam Tantangan Rookie dan meraih satu-satunya slot masuk ke Liga Profesional. 　　Arena ini bukanlah wilayah kekuasaan Jia Shi. Saat ini, tepuk tangan bergemuruh. Hasil akhir telah ditentukan. Mereka yang menantikan kemenangan underdog dan kemenangan Xingxin akhirnya tidak perlu menyembunyikan dukungannya lagi. Mereka bisa mengekspresikan dukungan dan penghormatan tanpa ragu. 　　Bagaimana dengan sisi lain? Bagaimana dengan area pertandingan Jia Shi? 　　Sun Xiang, Xiao Shiqin, Zhang Jiaxing, Shen Jian, Wang Ze, Qiu Fei. 　　Kecuali Qiu Fei, semua adalah figur terkenal di lingkup profesional, bahkan termasuk Shen level tertinggi. Tapi saat ini, mereka adalah pecundang. Panggung ini bukan lagi milik mereka. Tanpa keinginan untuk menyaksikan lawannya dinobatkan sebagai juara, mereka turun dari arena dengan diam-diam dari sisi berlawanan. 　　Area pemain Jia Shi masih membisu. Menghadapi rekan setim yang kembali, tak seorang pun mengambil inisiatif untuk menghibur. Justru bos mereka Tao Xuan, seperti Haolong Pojun yang dash, menyerbu ke depan Sun Xiang. 　　"Pertandingan belum berakhir! Mengapa menarik diri?!!" Tao Xuan menggeram ke arah Sun Xiang. 　　"Tidak bisa menang." Sun Xiang menggelengkan kepala. 　　"Bagaimana kau tahu sebelum mencoba? Meski tidak bisa menang, dengan membunuh satu orang kita bisa seri, bisa menunda ke babak overtime!" teriak Tao Xuan. 　　“Tidak bisa dilakukan, karena Glory bukanlah permainan satu orang.” Kata Sun Xiang. 　　“Kau…” Tao Xuan terpaku, ini jelas adalah perkataan Ye Xiu kepada Sun Xiang di arena tadi, tapi sekarang justru dipakai Sun Xiang untuk melawannya. 　　Ye Xiu... 　　Tao Xuan menatap sosok itu di arena pertandingan. Jaraknya cukup jauh, membuatnya kesulitan melihat wajah Ye Xiu dengan jelas. Tapi sebagai partner paling dekat di masa lalu, seharusnya dia bisa membayangkan senyum dan suara temannya tanpa harus melihat. Mengapa sekarang bayangan di pikirannya justru kabur? Setelah bertahun-tahun mengelola tim esports, apa sebenarnya yang telah ia dapatkan? Apa yang hilang? 　　Glory... Bukankah ini permainan satu orang? 　　Tampaknya kalimat ini tidak hanya berlaku di arena pertandingan saja! 　　Tao Xuan terdiam lama, lalu lunglai kembali ke kursinya. Matanya menyapu sekeliling, mayoritas penonton sedang memberikan tepuk tangan untuk Xingxin. Dia tahu masih banyak fans Jia Shi di lokasi, tapi sekarang di mana mereka? Perasaan seperti apa yang mereka rasakan menghadapi hasil seperti ini? 　　Tim Jia Shi... 　　Pandangan Tao Xuan tertuju pada lambang Tim Jia Shi yang berdiri di area pemain mereka. Di panggung tanpa pencahayaan, lambang itu terlihat begitu suram. 　　Upacara penghargaan sudah dipersiapkan sebelumnya, hanya berbeda penerima piala juaranya saja. Saat upacara dimulai, Pembawa acara live tentu perlu mewawancarai beberapa pemain Xingxin sebelum piala dan lainnya dibawa ke atas panggung. 　　"Xingxin menjadi juara, ini merupakan kejutan dan keajaiban besar bagi banyak orang. Bagaimana pendapat kalian sendiri tentang hal ini?" Pembawa acara melemparkan pertanyaan kepada Kapten Xingxin yang juga mantan kapten Jia Shi, Ye Xiu. 　　"Jia Shi sangat kuat, tapi Xingxin memenangkan pertandingan. Kami adalah juara, ini adalah Glory milik kami." Kata Ye Xiu. 　　Lawan sangat kuat, tapi kami memenangkan pertandingan. 　　Ini lebih mirip basa-basi di dunia profesional, tapi di sini tidak ada yang menganggapnya sebagai ucapan formal. Karena Jia Shi memang jauh lebih kuat daripada Xingxin, tapi Xingxin memenangkan pertandingan. 　　Ya, sesederhana itu. 　　Inilah pertandingan, inilah Glory. 　　Kalian lebih kuat dari kami, tapi kamilah yang menang. 　　Karena itu, kami adalah juara.