Sesi tanya jawab tentang Tim Jia Shi justru membuat suasana menjadi canggung. Hingga petugas media Liga mengingatkan untuk ketiga kalinya, akhirnya seorang wartawan berdiri.
“Kapten Ye Xiu, selamat siang. Ucapan Anda barusan membuat kami semua sangat yakin dengan masa depan Jia Shi. Tapi saya masih ingin mendengar pandangan pribadi Anda tentang peristiwa pencantuman Jia Shi di bursa penjualan ini. Terima kasih.”
Setelah pertanyaan ini dilontarkan, para wartawan baru tersadar.
Bukankah pertanyaan sebelumnya sebenarnya menanyakan hal yang sama? Namun jawaban Ye Xiu secara teknis sama sekali tidak relevan. Ia memberikan jawaban yang bukan untuk pertanyaan itu sendiri, namun menjadi kelanjutan logis dari masalah tersebut. Dengan lihai ia mengalihkan konsep pembicaraan, membuat semua orang terhanyut. Untungnya masih ada yang bisa menyadari permainan kata ini. Pertanyaan berulang dari wartawan ini membuat semua yang hadir menyadari: Ye Xiu, sang dewa yang belum pernah berurusan dengan media, ternyata lawan yang sangat tangguh.
"Eh..." Ekspresi Ye Xiu mulai berubah tidak nyaman: "Jujur saja, saya sangat sakit hati dan merasa sangat kecewa."
Mendengar jawaban ini, mata para wartawan langsung berbinar.
"Apakah rasa sakit hati dan kekecewaan yang Anda maksud merujuk pada keputusan pencantuman Jia Shi di bursa penjualan ini?"
"Benar." Ye Xiu mengangguk, "Jia Shi sedang berada di titik paling sulit. Justru di saat seperti ini malah diambil keputusan untuk menjualnya. Menurut saya, ini sudah sepenuhnya meninggalkan dan mengkhianati segala nilai yang pernah diperjuangkan sebelumnya. Dalam keputusan ini, Jia Shi telah direduksi menjadi sekadar komoditas, murni barang dagangan, tidak lebih dari itu."
“Dalam perkataan Ye Xiu, tidak ada penyebutan nama secara langsung. Tapi siapa lagi yang bisa membuat keputusan menjual seperti ini? Tentu saja Tao Xuan, bos Jia Shi.”
Tapi sebagai wartawan, mereka ingin mendapatkan konfirmasi yang lebih jelas. Segera ada yang bertanya: "Orang yang membuat Anda kecewa dan sedih sebenarnya adalah Tao Xuan, bos Jia Shi, bukan?"
“Benar.” Ye Xiu mengangguk. “Jika tujuannya untuk memastikan kelangsungan hidup dan perkembangan tim, apapun metodenya - benar atau salah - saya akan berusaha memahami. Karena setiap orang punya sudut pandang berbeda dalam melihat masalah, cara penanganannya pun pasti berbeda. Tapi keputusan menjual tim ini, maaf saya tidak bisa memahaminya.”
“Tapi Anda baru saja mengatakan, bagaimanapun juga, Jia Shi tidak akan runtuh.”
“Benar, Jia Shi tidak akan runtuh. Tapi ada orang yang sudah jatuh.” Kata Ye Xiu.
Kali ini, tak ada wartawan yang berani mengkonfirmasi siapa orang yang dimaksud. Setelah tanya jawab ini, semua semakin memahami maksud Ye Xiu. Jia Shi memang milik Tao Xuan secara komersial. Tapi dari sudut pandang esports, tim Jia Shi telah melekat di hati setiap orang. Bahkan Tao Xuan sebagai pemilik sah hanya bisa mengendalikan Jia Shi versi komersial. Ketika dia membuat keputusan menjual saham, saat itu juga dia telah sepenuhnya meninggalkan Jia Shi yang sesungguhnya dalam hati publik.
Paham. Kali ini, para wartawan benar-benar paham. Ada yang merenung, ada yang membuka laptop dan mengetik dengan cepat, yang terbiasa mencatat manual pun mulai menulis dengan gesit.
Para wartawan telah menguasai bahan yang layak ditulis. Banyak yang seolah takut kehilangan ide, langsung mulai menyusun naskah dengan lupa diri pada momen ini.
Petugas humas Liga yang telah menghadiri ratusan konferensi pers dan jumpa pers pun terkejut. Situasi di mana semua wartawan tiba-tiba lupa protokol dan langsung menulis di lokasi benar-benar pertama kali terjadi. Bahkan dia sempat terdiam beberapa saat sebelum akhirnya tersadar: "Ehem, apa masih ada yang mau bertanya?"
Suaranya membangunkan para wartawan yang asyik menulis. Semua menyadari tindakan impulsif mereka sendiri, lalu buru-buru merapikan alur pikiran yang sudah berkobar. Saat petugas humas bertanya lagi, banyak yang duduk tegak dan memandang serius ke podium tempat Ye Xiu berada.
Konferensi pers ini sudah memberikan hasil memuaskan. Tapi di podium duduk Ye Xiu - sosok yang pertama kali muncul di jumpa pers setelah bertahun-tahun. Tak boleh dilepas begitu saja. Selama ini, jutaan pertanyaan tentang detail kehidupan Ye Xiu telah menumpuk. Meski tak ada pertanyaan besar, mengajukan pertanyaan kecil tak bermakna untuk memperpanjang sesi pun jadi pilihan.
Dengan pikiran ini, beberapa wartawan langsung mengacungkan tangan. Yang terpilih secara acak tampak belum menyiapkan pertanyaan. Setelah berdiri dan menghela nafas, dia akhirnya mendapat ide: "Setelah final Tantangan Rookie, Tim Xingxin tidak menghadiri jumpa pers. Bisa dijelaskan alasannya?"
Para wartawan serentak menatapnya.
Masalah ini, para wartawan yang ditipu tentu sangat ingin tahu alasannya. Tapi masalahnya, para wartawan ini tidak begitu patuh dan diam menunggu sampai hari ini. Sejak pekan lalu ketika konferensi pers Xingxin bubar paksa, mereka sudah mendesak Liga untuk memberikan penjelasan.
Alasan ketidakhadiran Xingxin di konferensi pers itu sudah dijelaskan oleh Liga, jadi sebenarnya ini bukan masalah baru. Pertanyaan yang diulang ini sangat tidak teknis! Pejabat media Liga yang pernah menjelaskan masalah ini sedang berdiri di sana. Kalian sudah tidak ada pertanyaan lagi? Baik, bubar saja! Ini tidak boleh!
Untungnya masalah ini sudah ditangani bagi media dan Liga, tapi bagi Xingxin, pertanyaan ini tidak mengejutkan. Kali ini bukan Ye Xiu, melainkan Chen Guo yang menjawab.
"Pertama-tama kami mohon maaf kepada teman-teman media yang hadir waktu itu." Chen Guo mencoba berbicara resmi, "Seperti diketahui, Xingxin adalah tim akar rumput biasa. Kami belum pernah ikut kompetisi kelas profesional, sama sekali tidak punya pengalaman menghadapi hal seperti ini. Waktu itu meski dapat pemberitahuan hadir konferensi pers, setelah menjuarai kompetisi, karena terlalu senang akhirnya lupa sama sekali. Sungguh kami minta maaf."
“Penjelasan ini pada dasarnya sesuai dengan pernyataan resmi dari Liga.” Namun sang wartawan yang melihat ke atas panggung tiba-tiba merasa ada yang janggal, memandang ke arah Ye Xiu di sebelah kanan: “Tapi, Shen Ye Xiu...” Baru beberapa kata terucap, tiba-tiba ia terhenti. Ye Xiu yang tersenyum menyambut dengan pertanyaan: “Ada apa denganku?”
“Ti-Tidak ada...” Wartawan ini awalnya ingin mengatakan bahwa Shen Ye Xiu memiliki pengalaman kelas profesional, namun kemudian teringat: meskipun Ye Xiu berpengalaman bertanding, tapi acara konferensi pers seperti ini pernah diikutinya? Sama sekali tidak! Melihat senyum penuh makna darinya, ia memutuskan untuk tidak melanjutkan topik ini.
Pertanyaan itu segera ditinggalkan. Seorang wartawan lain dipersilakan bertanya: “Bisakah Xingxin membahas rencana konkret untuk musim depan? Misalnya tentang jendela transfer musim panas ini, apakah Xingxin akan melakukan langkah tertentu?”
“Saat ini kami sudah mengamankan satu transfer,” ujar Chen Guo dengan serius.
“Bisakah dijelaskan lebih detail?”
“Su Mucheng telah memastikan akan melakukan transfer bebas ke Tim Xingxin di musim depan,” jelas Chen Guo.
Para wartawan dengan penciuman tajam mereka sebenarnya sudah mengantisipasi hal ini. Namun pengumuman resmi ini tetap memiliki makna penting. Dengan demikian, Tim Xingxin tak lagi hanya mengandalkan Ye Xiu sendirian. Akankah kombinasi terbaik Liga terwujud kembali di Xingxin?
“Kontrak seperti apa yang akan ditandatangani Su Mucheng dengan Xingxin, bisakah dibocorkan sedikit?” Pendapatan atlet profesional juga menjadi topik hangat, jadi detail kontrak tentu sangat menarik minat para wartawan. Secara logika, atlet berlevel All-Star seperti Su Mucheng mustahil bisa dipertahankan oleh tim dadakan yang cuma mengandalkan pendapatan warnet seperti Xingxin. Tapi di sini sudah ada "dewa" yang lebih besar, membuat orang tidak bisa lagi menilai Xingxin dengan logika biasa.
“Ehm, beberapa detail masih dalam proses negosiasi, sementara belum bisa diungkapkan.” Pengaturan kata-kata Chen Guo cukup sopan, namun ekspresi canggung sesaat itu berhasil ditangkap oleh kewaspadaan para wartawan. Masalah gaji dan tunjangan memang selalu menjadi momok bagi Chen Guo. Tantangan Rookie satu tahun bisa diatasi dengan sekadar menyediakan makan dan tempat tinggal, tapi kini di Liga Profesional dimana semua adalah atlet profesional, tentu tidak mungkin lagi hanya mengandalkan itu. Kontrak seperti apa yang harus diberikan? Pikiran Chen Guo langsung pusing – benar-benar tidak ada pengalaman, karena dalam sejarah belum pernah ada tim akar rumput yang langsung lolos ke Liga Profesional.
Seperti gaji admin jaringan yang hanya seribu perak per orang? Ini pasti tidak cocok! Tapi kalau pakai standar atlet profesional? Chen Guo sudah tahu sedikit. Saat ini, gaji tertinggi di lingkup profesional adalah Han Wenqing, Kapten Tim Dominant Hero, dengan kontrak 3 tahun senilai 30 juta, rata-rata 10 juta per tahun, 200 ribu per minggu. Di benak Chen Guo, Ye Xiu lebih tinggi levelnya daripada Han Wenqing. Tapi jangankan lebih tinggi, standar Han Wenqing saja sudah bisa membuat Chen Guo menangis darah.
Tapi kontrak Han Wenqing akan berakhir tahun ini. Perpanjangan mungkin tidak masalah, tapi gajinya mungkin turun drastis mengingat sudah melewati puncak karir sebagai veteran. Namun rekor gaji tertingginya ini kemungkinan besar akan dipecahkan musim panas tahun ini.
Pola kontrak 3 tahun yang umum digunakan liga. Generasi Emas yang masuk di musim ke-4, setelah melewati musim panas musim ke-9, banyak yang kontraknya habis. Para pemain ini masih di puncak karir, ditambah Glory yang semakin berkembang pesat dan kondisi finansial tim-tim yang baik. Musim panas ini mungkin akan tercipta rekor gaji baru berturut-turut.
Di tengah latar belakang seperti ini, Tim Xingxin malah mengatasi masalah tunjangan pemain dengan mengurus makan & tempat tinggal. Ini jelas sangat tidak ilmiah.
Kecanggungan Chen Guo berhasil ditangkap dengan tajam oleh para wartawan. Mereka segera mengajukan pertanyaan baru yang kali ini akhirnya tidak lagi berfokus pada Ye Xiu, melainkan memusatkan serangan terkonsentrasi ke Tang Rou di atas panggung - pemain yang telah menarik perhatian tak terhitung Tim dan dianggap bernilai luar biasa di mata banyak orang.
"Bisa kami tanyakan, Nona Tang Rou, apakah Anda memahami kondisi pendapatan pemain di lingkup profesional Glory saat ini?" tanya para wartawan.
