Tao Xuan dulunya juga membuka warnet?
Jawaban ini membuat Chen Guo terkejut. Terhadap Tao Xuan, dia sama sekali tidak memiliki sedikit pun kesan baik, malah setelah tahu orang ini ternyata pernah satu profesi dengannya, tiba-tiba merasa sangat terhina.
“Sama sekali tidak terlihat.” Ucap Chen Guo dengan nada lesu.
Ye Xiu tersenyum, tidak berkomentar.
“Lalu bagaimana selanjutnya?” Chen Guo mendesak lagi, karena tiba-tiba ia menyadari bahwa cara memulai Jia Shi dulu mungkin memiliki banyak pelajaran berharga untuk mereka saat ini.
“Lanjutannya? Ya kami berkeliling mengikuti pertandingan. Waktu itu Liga Profesional memang sudah berdiri, tapi masih sangat baru dan belum memiliki pengaruh sebesar sekarang. Masih banyak kompetisi Glory sejenis, kami mendaftar semuanya - baik yang online maupun offline. Asalkan tidak bentrok jadwal, tidak ada satu pertandingan pun yang kami lewatkan.” Jelas Ye Xiu.
“Untuk melatih tim?” Tebak Chen Guo.
“Tidak… Untuk memenangkan bonus agar tim tetap bertahan, dan para anggota bisa terus hidup.” Jawab Ye Xiu.
Chen Guo tertegun. Meski usianya lebih tua dari Ye Xiu, masa kontaknya dengan Glory tidak selama Ye Xiu. Dari sekadar main-main untuk membuang waktu, hingga akhirnya menjadi fans Glory yang mulai mengikuti liga profesional, saat itu liga sudah cukup besar skalanya. Tim dan pemainnya pun sudah terlihat mewah. Setidaknya di seberang Xingxin, Klub Jia Shi sudah berdiri dengan lambang tim yang berkilauan, sama sekali tidak seperti gambaran tim yang harus bertanding ke mana-mana dan bergantung pada bonus untuk bertahan hidup seperti yang disebutkan Ye Xiu.
"Berapa banyak pertandingan yang diikuti tahun itu, berapa bonus yang dimenangkan, dan berapa bonus yang seharusnya dibayarkan tapi akhirnya tidak diterima, aku sudah lupa. Tapi Liga Profesional Glory adalah kompetisi dengan operasi paling stabil saat itu dan bonus akhir tertinggi. Setahun kemudian, kompetisi ini sudah mendapat perhatian luas. Semakin banyak sponsor yang didapat, semakin banyak siaran langsung, dividen dan bonus akhir yang diterima tim pun semakin besar. Dengan siklus positif ini, tim dan liga akhirnya tumbuh pesat bersama," kata Ye Xiu.
Chen Guo mengangguk. Ia sudah sepenuhnya memahami, bahkan termasuk beberapa hal yang tidak diungkapkan Ye Xiu. Jia Shi, juara liga tiga tahun berturut-turut, tak diragukan lagi adalah pemegang keuntungan terbesar selain liga itu sendiri di masa awal. Berkat inilah Jia Shi bisa berubah dari tim yang berasal dari warnet dan terdengar memprihatinkan, menjadi klub elite papan atas di liga.
Lalu bagaimana dengan Xingxin sekarang?
Chen Guo tiba-tiba menyadari, tahap tersulit Xingxin ternyata sudah berhasil dilalui tanpa disadari. Mengingat kembali perjalanan mereka, dari nol hingga harus menghadapi raksasa seperti Jia Shi di Tantangan Rookie, betapa mustahilnya misi ini? Namun mereka berhasil. Apakah masih ada hal yang lebih berat dari ini di masa depan?
Merebut gelar juara liga?
Tentu saja itu tujuan utama, tapi setidaknya kegagalan merebut gelar takkan sampai mengancam eksistensi sebuah tim. Tim Xingxin bahkan sudah melewati masa hidup-mati. Bukankah jalan ke depan akan lebih mulus?
Seketika itu juga, keyakinan Chen Guo semakin membaja. Ia segera meninggalkan area perumahan dan kembali ke warnet. Mulai saat ini, ia akan fokus mengelola tim dengan sepenuh hati.
Sebelumnya, meski cenderung ingin mengubah seluruh lantai dua warnet menjadi pusat pelatihan, hatinya masih diliputi kecemasan. Bagaimanapun, warnet adalah sumber pendapatan paling stabil mereka. Tapi sekarang, Chen Guo sama sekali tak ragu. Xingxin yang sudah sampai di tahap ini, tak punya alasan untuk gagal.
Di perjalanan, Chen Guo sudah menelepon kontraktor renovasi untuk survei lokasi. Setelah kembali ke Xingxin, ia menyambut kedatangan mereka lalu bersama-sama naik ke lantai dua. Sambil meninjau area, ia menjelaskan kebutuhan dan konsepnya kepada para profesional. Setelah berdiskusi seharian, kontraktor pulang untuk membuat desain. Chen Guo, setelah melangkahkan kaki pertama, segera melanjutkan dengan langkah kedua yang tak kalah mantap.
"Xiao Chang? Ini Chen Jie!" Chen Guo mengambil inisiatif menelepon pos wartawan (Esports Home) di Kota H.
Dua orang wartawan lokal di Kota H dari (Esports Home), sekarang bisa dibilang satu di langit, satu di neraka.
Glory, saat ini merupakan cabang olahraga elektronik terbesar di Tiongkok. Meski (Esports Home) adalah media esports yang komprehensif, fokus utamanya tetaplah pada Glory sebagai proyek terbesar. Pendirian pos wartawan di Kota H juga sepenuhnya karena adanya Tim Jia Shi di sini.
Secara teori, dengan tereliminasinya Jia Shi di musim ini, pos wartawan Kota H seolah tak perlu ada lagi. Namun, tak ada yang meragukan bahwa Jia Shi akan segera kembali ke Liga melalui Tantangan Rookie, bahkan (Esports Home) pun tak meragukannya. Maka pos wartawan Kota H dipertahankan. Wartawan senior Cao Guangcheng yang tahun ini hidup dalam kesepian, tak kehilangan semangat. Dia menunggu hari Jia Shi kembali ke Liga.
Hasilnya, tak ada yang menyangka Jia Shi justru tersungkur. Yang membuat Cao Guangcheng semakin canggung, pihak yang mengalahkan Jia Shi adalah Xingxin - tim yang dianggap berharga oleh Chang Xian namun sangat diremehkannya.
Kehadiran Ye Xiu di Tim Xingxin seharusnya tak boleh diremehkan. Tapi Cao Guangcheng tetap meremehkannya, karena menurutnya dia lebih tahu daripada siapapun bahwa ada atau tidaknya Ye Xiu sama saja, sebab orang ini toh tak bisa diwawancarai. Jika tak bisa mewawancarai Ye Xiu, apa nilai Tim Xingxin? Mungkinkah mereka jadi favorit memenangkan Tantangan Rookie?
Tapi keajaiban justru terjadi.
Xingxin menjadi juara Tantangan Rookie, dengan Chang Xian menguasai sumber daya Xingxin. Naskah-naskahnya terus muncul di (Esports Home). Dia bahkan pernah mendapatkan wawancara eksklusif dengan Ye Xiu. Meski sekarang semua orang tahu Ye Xiu tidak lagi menghindari hal seperti ini, tapi kenapa dia tidak menunjukkan sikap seperti ini lebih awal? Jika sejak awal tahu dia mau menerima wawancara, apakah dirinya akan dengan mudah menyerahkan jalur Xingxin ke Chang Xian? Tentu tidak!
Sayangnya, tidak ada 'jika'.
Jia Shi yang diikuti dan diandalkan Cao Guangcheng, kini menghadapi masalah apakah akan bubar. Sementara Xingxin, karena mengalahkan Jia Shi, menjadi sorotan berita besar. Sikap Chang Xian padanya tetap tidak berubah, masih menghormatinya sebagai senior. Tapi Cao Guangcheng sangat paham, identitas mereka berdua telah berubah. Ke depan, pos wartawan Kota H akan dipimpin Chang Xian. Karena jika pos wartawan Kota H masih dipertahankan, tentu untuk Xingxin. Kedekatan Chang Xian dengan Xingxin bahkan sudah menjadi rahasia umum di seluruh lingkaran. Cao Guangcheng juga menggunakan hubungan di kantor untuk menyelidiki - pihak atasan tampaknya tidak bermaksud mengganti Chang Xian, malah terus memujinya.
Selama periode ini Xingxin menjadi sorotan berita, dan dalam pelaporan terkait Xingxin, (Esports Home) selalu unggul lebih dulu. Ini semua berkat usaha Chang Xian. Manajemen kantor sangat puas dengan Chang Xian, sama sekali tidak ada niat untuk menggantinya.
Cao Guangcheng putus asa, bahkan di kantor pun tidak ada yang menemukan kesempatan untuk mengambil keuntungan. Keinginannya menggantikan posisi Chang Xian tampaknya semakin mustahil. Melayani mantan anak buah ini dengan setia? Cao Guangcheng benar-benar merasa harga dirinya tercabik. Dia sudah mengajukan permohonan ke kantor untuk pindah pekerjaan dengan alasan Jia Shi tidak ada lagi.
Permohonan Cao Guangcheng ke (Esports Home) belum disetujui, tapi dia sudah bulat tekad tidak akan bekerja di Kota H lagi. Beberapa pekerjaan yang seharusnya dia tangani, mulai dialihkan ke Chang Xian.
"Ah, Chen Jie ya! Halo halo!!"
Suara Chang Xian menerima telepon menusuk telinga Cao Guangcheng. Dia tahu siapa yang disebut "Chen Jie" itu: Bos Tim Xingxin, Chen Guo.
Ternyata bos tim sendiri yang menelepon. Xiao Chang memang hebat. Meski tahu kondisi Xingxin saat ini membuat bos harus turun tangan langsung, Cao Guangcheng tetap tidak bisa menahan diri untuk tidak menjadi sedikit iri.
"Oh, barang-barang ini? Di pihak kami mungkin ada. Saya bantu cek dulu, nanti saya menghubungi Anda ya?"
"Baik, sampai di sini dulu. Sampai jumpa, Chen Jie."
Telepon ditutup. Dari percakapan terdengar Chen Guo meminta bantuan Chang Xian mencari sesuatu.
"Xingxin butuh apa?" Cao Guangcheng bertanya sembarangan. Biasanya pertanyaan ini mengindikasikan dia menyadap pembicaraan Chang Xian - meski Chang Xian tidak sengaja menghindari, tapi bagi wartawan hal ini tetap tabu. Tapi Cao Guangcheng yang sudah semangat terkikis ini tak lagi mempedulikan etiket.
"Oh, Kak Cao, aku juga mau nanya ke kamu. Tanya kamu mungkin lebih gampang daripada cari sendiri," kata Chang Xian.
"Apa?" tanya Cao Guangcheng.
"Xingxin mau tanya, sponsor-sponsor yang ada di pihak Jia Shi itu ada perusahaan apa saja, baik besar maupun kecil, semakin detail semakin bagus," kata Chang Xian.
"Ini? Ini perlu kita cari tahu?" Cao Guangcheng langsung tertawa mendengarnya. Sponsor itu apa? Mereka yang memberi dana lalu kita bantu promosi. Jadi daftar sponsor Jia Shi pasti dipublikasikan lewat berbagai kesempatan. Masih ada yang belum tahu?
"Uh, dia mau tahu semua sponsor dari dulu sampai sekarang, termasuk yang sudah keluar di tengah jalan. Jadi kayaknya harus cek arsip," kata Chang Xian.
"Ah, ini aku juga nggak ingat detailnya. Kamu cek saja!" kata Cao Guangcheng. Tujuan Xingxin minta data ini jelas bagi mereka berdua - mencari sponsor baru dengan mengambil alih sponsor-sponsor Jia Shi yang akan bubar, strategi yang sangat cocok.
Tapi... Apakah Xingxin terlalu menyederhanakan segalanya? Sponsor yang memilih Jia Shi mewakili suatu sikap resmi. Tapi sekarang, Xingxin mengalahkan Jia Shi, menghalangi mereka masuk ke Liga, membuat mereka di ambang krisis pembubaran. Xingxin adalah musuh bebuyutan Jia Shi. Sponsor yang baru saja mendukung Jia Shi, lalu langsung beralih ke kalian? Perusahaan punya citra untuk dijaga. Tindakan seperti ini sama saja dengan "siapa pun yang memberi susu adalah ibu". Citra propaganda seperti ini, siapa yang mau?
Gagasan mengambil alih sponsor Jia Shi sebenarnya bagus.
Tapi Bos Besar Chen Guo dari Xingxin, sepertinya kamu belum paham. Glory adalah cabang olahraga esports. Investasi di bidang ini punya keunikan tersendiri. Terutama sponsor lokal, beralih ke Xingxin yang baru saja mengalahkan Jia Shi saat mereka baru tumbang - ini keputusan yang sangat sulit!
"Ngomong-ngomong..." Cao Guangcheng teringat sesuatu, tiba-tiba membuka topik, "Kalau Xingxin mau menarik sponsor, aku punya rekomendasi."
"Hah? Sponsor mana?" Chang Xian bertanya.
"Ming Qian Lü." Kata Cao Guangcheng sambil menyembulkan senyum tipis yang sulit dideteksi. Sekarang dia sudah tidak ingin merebut apa-apa lagi. Tapi, menyaksikan Xingxin menjadi bahan tertawaan setidaknya bisa meredakan rasa kesalnya.
