Xia Zhongtian adalah sponsor Jia Shi yang juga pemain Glory. Karakternya tentu bukan rahasia bagi anggota Jia Shi. Sebagai mantan kapten Jia Shi, Ye Xiu sangat paham hal ini.
Saat ini, dengan meminjam komputer asisten Xia Zhongtian, dia mengambil sembarang kartu dan login ke game. Kemudian mencari langsung kamar Arena karakter Xia Zhongtian. Memanfaatkan momen lawannya mundur, Ye Xiu dengan tegas menempatkan karakternya di arena pertarungan.
Ye Xiu pakai identitas samaran yang mana lagi? Chen Guo sama sekali tidak mempedulikan karena ini tidak berpengaruh pada hasil akhir. Kelas karakter apa yang digunakan, bukankah bagi Ye Xiu ini cuma membully pemain biasa? Di momen ini, Chen Guo malah mulai merasa kasihan pada orang di kamar itu. Dibandingkan dengan omelannya sendiri, bukankah ini pukulan yang jauh lebih kejam? Chen Guo menduga Ye Xiu tidak akan bertanding dengan cara yang berperikemanusiaan.
Ternyata, aktivitas psikologis Chen Guo ini bahkan belum selesai, satu ronde pertandingan sudah usai. Chen Guo melirik jam, 30 detik? Atau kurang?
Sekejap mata ronde kedua sudah dimulai, Chen Guo tidak tega melihat prosesnya. Ini seperti menyaksikan orang dewasa memukuli anak-anak, orang berhati nurani tidak akan menikmati prosesnya, hanya akan merasa kejam dan tidak berperikemanusiaan.
Seketika ronde kedua berakhir, lalu ronde ketiga...
Chen Guo merasa seolah mendengar suara napas yang semakin geram dari dalam kamar.
Xia Zhongtian yang sudah bertahun-tahun menjadi fans Glory, meski tidak berbakat, skill-nya tidak mungkin terlalu compang-camping. Di game online, pasti tidak pernah kalah sehina ini. Dengan statusnya sebagai sponsor, mungkin pernah berinteraksi dengan atlet profesional Jia Shi. Tapi mengingat identitas sponsornya, jika pemain Jia Shi cukup tahu diri, seharusnya tidak bertanding sekejam ini.
Tapi sekarang... Ye Xiu benar-benar tanpa ampun!
Saat Chen Guo kembali tenggelam dalam aktivitas psikologisnya, Xia Zhongtian sudah kalah sampai ronde keenam.
“Chen Guo terus mengoceh mengalihkan perhatiannya, membuatnya kalah satu pertandingan dalam tiga menit. Tapi sekarang Ye Xiu yang turun langsung, dalam tiga menit Xia Zhongtian sudah kalah enam pertandingan. Ini membuktikan bahwa lebih banyak aksi daripada omong kosong memang benar adanya.”
Sekejap lima menit berlalu, Xia Zhongtian sudah kalah sepuluh pertandingan berturut-turut.
Lima menit, kalah sepuluh pertandingan.
Sebagai pemain Glory juga, Chen Guo bisa membayangkan perasaan Xia Zhongtian saat ini. Tapi orang ini memang keras kepala, meski sudah dihajar begitu parah dengan perbedaan skill yang mencolok, masih pantang menyerah, nongkrup di kamar tidak mau pergi, terus menantang bertarung.
Lalu lima menit lagi berlalu...
Derings telepon internal khusus bos di meja asisten berdenging keras, Ye Xiu menepok sembarangan: "Ngapain?"
“Mengapa makan siang belum juga datang!” Xia Zhongtian sepertinya tidak menyadari suara di telepon sama sekali bukan asistennya.
“Sudah kalah banyak, masih ada nafsu makan?” Ye Xiu bertanya.
Sunyi sejenak, Chen Guo mendengar suara kursi berderit, melongok ke dalam kamar melihat Xia Zhongtian akhirnya berdiri, berjalan keluar dari balik meja kerjanya yang besar dan deretan monitor.
“Barusan kamu yang main?” Xia Zhongtian keluar dari kamar, melihat Ye Xiu duduk di kursi asistennya dengan komputer yang masih menjalankan Glory. Meski tidak melihat nama karakternya, dia sudah bisa menebak - dia bukan orang bodoh.
Ye Xiu hanya tersenyum, tidak berkata-kata.
“Skillku sebobrok itu?” Ekspresi Xia Zhongtian penuh ketidakpercayaan.
“Nggak juga terlalu parah.” Kata Ye Xiu.
Chen Guo dan Xia Zhongtian terdiam, maksud tersirat dari perkataannya tentu adalah bahwa dia terlalu kuat. Ini sangat tidak rendah hati. Namun, ketidakrendahan hati yang membuat orang tak bisa berkata apa-apa. Ini adalah Ye Xiu, Shen papan atas Glory, jika dia merendah dan bilang "saya tidak bisa/saya tidak cukup hebat", itu sama saja dengan menampar muka semua pemain Glory. Kalau kamu tidak disebut hebat, lalu kami ini apa?
"Bos Xia masih mau lanjut?" Ye Xiu bertanya.
"Tidak perlu." Xia Zhongtian berkata, dia bukan seorang masokis.
"Lalu bagaimana dengan pembicaraan kita?" Ye Xiu bertanya lagi.
"Juga tidak perlu..." Xia Zhongtian malah melirik Chen Guo dengan ekspresi agak takut, sepertinya cerita keseharian Chen Guo tadi masih memiliki daya serang yang cukup besar padanya.
"Lagipula makan siangmu belum datang, lebih baik kita duduk lagi dan berbincang." Ye Xiu mengusulkan.
"Apa perlu? Menurutku kamu pasti sudah sangat paham, saya tidak mungkin mensponsori Xingxin. Aneh sekali kamu malah datang ke sini." Xia Zhongtian berkata.
"Jika sebagai Xia Zhongtian, tentu tidak mungkin. Tapi sebagai kepala departemen hubungan masyarakat Mingqianlv, menurutku ini kesempatan yang cukup bagus." Ye Xiu menjelaskan.
Xia Zhongtian tertegun sejenak, kemudian memahami maksud Ye Xiu.
Penolakan Xia Zhongtian untuk mensponsori Xingxin murni karena penolakan emosional pribadi. Tapi dari sudut pandang bisnis, perhatian yang sedang diterima Xingxin saat ini adalah pilihan sponsor yang sangat bagus, terutama bagi Mingqianlv.
Karena sponsor-sponsor Jia Shi lainnya murni kerja sama bisnis, mereka tentu berharap Jia Shi mempromosikan produk mereka sepenuh hati setelah memberikan sponsor. Namun Mingqian Lü berbeda, lebih didorong keinginan pribadi Xia Zhongtian sehingga skala sponsorship kecil dan respons terhadap permintaan Jia Shi minim. Bahkan banyak fans fanatik lokal mungkin tidak tahu perusahaan lokal terkenal Mingqian Lü sebenarnya termasuk salah satu sponsor tim favorit mereka.
Sponsorship Mingqian Lü ibarat belanja impulsif anak orang kaya. Setelah uang dikeluarkan, dia sudah puas tanpa ekspektasi lebih. Dampak sponsorship ini kecil, sehingga beralih mendukung Xingxin yang menjungkalkan Jia Shi saat ini bisa dicerna oleh Mingqian Lü, tidak seperti sponsor utama Jia Shi yang harus pertimbangkan matang-matang jika ingin pindah dukungan.
Sebagai kepala departemen hubungan masyarakat, Xia Zhongtian memiliki pertimbangan profesional. Namun ketika berhubungan dengan Glory dan Jia Shi, dia sering terbawa emosi. Setelah diingatkan Ye Xiu, dari sudut pandang profesional, Xingxin memang proyek sponsorship menarik saat ini. Laporan kelayakan profesional mungkin bahkan bisa disetujui dewan direksi.
Sekejap, Xia Zhongtian mulai mempertimbangkan kelayakan hal ini dari sudut pandang profesional. Namun begitu menyentuh aspek operasional nyata, ia teringat kembali pada krisis pembubaran yang dihadapi Jia Shi saat ini—semua ini dipicu langsung oleh tim ini dan pria di hadapannya. Rasionalitas Xia Zhongtian pun langsung terbakar habis.
"Saya menolak." Ucapnya tanpa sedikit pun emosi. Tujuannya memang membuat anggota Xingxin kesal. Meski pengaruhnya terbatas, setidaknya kalian takkan mendapat sponsor dari saya. Inilah satu-satunya pengorbanan yang bisa kubuat untuk kalian—begitulah pemikiran Xia Zhongtian.
"Begitu ya? Sungguh disayangkan, Anda telah melewatkan kesempatan propaganda yang bagus." Kata Ye Xiu.
"Tenang saja, Mingqianlv memiliki cukup banyak metode dan saluran propaganda." Jawab Xia Zhongtian dengan angkuh.
"Oh, lalu bagaimana dengan sponsor kalian di pihak Jia Shi? Bagaimana rencana penyelesaiannya?" Tanya Ye Xiu.
"Kau masih berani menyebut ini?!" Dingin di wajah Xia Zhongtian langsung menghilang, digantikan kemarahan menyala. Dalam hatinya, apapun penyebab kemerosotan Jia Shi, serangan mematikan Ye Xiu dan Xingxin-lah yang menjadi pukulan pamungkas. Serangan inilah yang membuatnya tak bisa memaafkan Ye Xiu dan Xingxin. Meski dari laporan ia tahu banyak detail yang membuatnya memandang rendah Tao Xuan, hal itu tak mengurangi dendamnya terhadap serangan fatal tersebut.
"Kompetisi memang seperti ini, usaha, hasil, apa yang memalukan?" kata Ye Xiu.
Xia Zhongtian terdiam oleh pertanyaan itu, sebenarnya maksudnya bukan itu. Ketidaksukaannya pada Ye Xiu dan Xingxin sebenarnya hanya karena mereka memberikan pukulan mematikan pada Jia Shi. Terhadap fakta bahwa Ye Xiu pernah menjadi bagian dari Jia Shi lalu berbalik menyerang, dia tidak punya perasaan khusus. Dengan kata lain, baginya dalam pertarungan ini Ye Xiu sama seperti pemain biasa, mereka menang, Jia Shi kalah, jadi dia membenci mereka, sesederhana itu.
Kemenangan Ye Xiu hanya terkait pertandingan, tidak ada yang lain.
Kebencian Xia Zhongtian sebenarnya juga hanya tentang pertandingan, bukan hal lain.
"Jia Shi sekarang butuh bantuan, mungkin kamu bisa mencari kesempatan," kata Ye Xiu.
"Saya?" Sentuh topik ini, Xia Zhongtian malah menjadi muram, "Saya juga berharap begitu, tapi sayangnya saya tidak punya kemampuan."
"Kamu akan punya, hanya butuh momen yang tepat," kata Ye Xiu.
"Maksudmu apa?" Xia Zhongtian tertegun.
"Jia Shi sedang dijual terpisah-pisah," Ye Xiu mengungkapkan berita yang merupakan mimpi buruk bagi semua penggemar setia Jia Shi, "Semoga bagian terpentingnya tidak bubar."
"Ayo kita pergi!" Ye Xiu menyapa Chen Guo.
“Oh…” Chen Guo mengangguk, agak kecewa. Di tengah pembicaraan, dia sempat melihat Xia Zhongtian mulai mempertimbangkan investasi ke Xingxin dengan serius dan rasional. Seberkas harapan sempat muncul, namun sayangnya akhirnya Xia Zhongtian tetap menolak. Si pemalas ini memang pantas disebut penggemar setia Jia Shi, tak bisa menerima fakta Xingxin menghancurkan Jia Shi. Terhadap hal ini, Chen Guo tak bisa menjelaskan. Karena Xia Zhongtian berpegang pada pertandingan itu sendiri, hasil akhir itu sendiri. Keputusannya berdasarkan hasil tersebut. Untuk mengubahnya, harus mengubah hasil pertandingan – sayangnya itu mustahil.
“Gagal di langkah pertama…” Setelah meninggalkan Mingqianlv, matahari tepat di atas kepala. Setelah 30 menit bibirnya tak berhenti bergerak, Chen Guo hampir kehausan. Membeli dua botol minuman di pinggir jalan, melemparkan satu ke Ye Xiu lalu langsung menenggak setengah botol. Baru kemudian melihat kemasannya – merek Mingqianlv.
Ye Xiu tak terlalu sok irit. Membuka tutup dan meneguk dua kali: “Tenang, sekarang kita tak punya alasan kekurangan sponsor. Cuma kamu langsung memilih misi yang mustahil, benar-benar cari masalah!”
“Xiao Chang si bocah ini, tunggu aku menghajarnya!” Chen Guo memindahkan aggro, langsung mengeluarkan ponsel bersiap mengkritik Chang Xian. Meski ditolak mentah-mentah oleh Xia Zhongtian dengan sikap merendahkan, akhirnya dia tetap tak bisa membenci orang ini.
Pada akhirnya, semuanya karena cinta. Cinta yang murni dan penuh, sama seperti yang dimiliki Chen Guo, Ye Xiu, dan setiap orang yang mencintai Glory.
