Xiao Ge Ziruo langsung menerima pukulan berat.
Hundred Blossoms Spectacle milik Zhang Jiale bukan hanya ahli membuat efek cahaya untuk melindungi rekan. Setelah Sun Zheping pensiun, ia harus berperan ganda sebagai pemain penyerang utama sekaligus pelindung, sendirian memikul beban Hundred Blossoms di pundaknya. Kini dengan dukungan rekan setim yang andal untuk mengalihkan perhatian, Zhang Jiale yang fokus menyerang bisa langsung menghujamkan output DPS yang luar biasa besar.
Tak seorang pun menyangka, Lun Hui langsung terkoyak celah dan menjual Healer mereka. Jiang Botao segera memutar Wu Lang untuk menyelamatkan, namun saat menyaksikan pertandingan Lun Hui, baik penonton maupun cuplikan siaran langsung, selalu secara tak sadar mencari seseorang.
Bagaimana dengan Zhou Zekai?
Dimana dia dan Yiqian Chuanyun-nya?
Zhou Zekai tentu masih ada. Yiqian Chuanyun-nya juga sudah dash kembali, bantuan pada Healer jelas menjadi prioritas utama Lun Hui saat ini. Tapi di bawah gempuran strategi Hundred Blossoms, serangan jarak jauhnya sangat melemah. Ia tak bisa menentukan posisi target dengan jelas, hanya mengandalkan intuisi dan kesadaran untuk menembak. Dibandingkan, Wu Lang milik Jiang Botao lebih dekat, dan skill Soulblade baik pedang gelombang maupun Wave Array memiliki jarak dan radius, meski target tak jelas, skill tetap bisa menyapu area.
Saat Wu Lang berbalik, sesuatu terlihat di batas bawah visi. Setelah menurunkan kamera, sebuah granat ternyata sudah menggelinding ke dekat kakinya.
Jiang Botao buru-buru melakukan operasional backstep. Wu Lang terdorong mundur oleh gelombang kejut ledakan granat, diikuti rentetan tembakan yang menghujani peluru ke arahnya.
Zero Below Nine Degrees?
Kapan dia bisa berada di sisi ini?
Jiang Botao merasa kaget, sebuah perasaan aneh muncul di hatinya.
Tiba-tiba dia menyadari, setelah Zero Below Nine milik Qin Muyun menembak dua kali saat kedua tim bersentuhan, apa yang dilakukan karakter tersebut selanjutnya sama sekali tidak meninggalkan kesan. Keberadaan yang begitu samar seperti ini seharusnya tidak muncul di panggung final kejuaraan. Di acara seperti ini, setiap orang berjuang mati-matian untuk menunjukkan performanya, masak ada yang hanya jadi penonton?
Namun saat ini, yang tiba-tiba muncul dan menghalanginya untuk memberikan bantuan pada Healer justru Zero Below Nine milik Qin Muyun. Kapan karakter itu bisa berada di posisi serangan yang begitu strategis, Jiang Botao sama sekali tidak menyadarinya.
Satu gelombang tekanan tembakan memaksa Jiang Botao mundur, disusul Desert Dust dan Leng An Lei yang langsung meninggalkan dua karakter yang baru saja mereka serang, bersama-sama menerjang ke arah sini. Serangan Zhang Jiale hanyalah pembuka, gempuran sesungguhnya baru akan dimulai. Dominant Hero tampaknya berencana langsung menghabisi Healer Lun Hui dalam satu serangan.
Mana mungkin kami membiarkan kalian berhasil dengan sangat mudah!
Wu Lang milik Jiang Botao mengayunkan gelombang pedang retakan bumi, memotong jalur kedua karakter tersebut. Desert Dust seketika mengubah arah dan langsung menerjang ke arah Wu Lang.
Meski Soulblade mengenakan plat armor dengan pertahanan tertinggi dan merupakan kelas pedang, pertarungan jarak dekat sama sekali bukan keahliannya. Begitu Desert Dust mendekat, Wu Lang secara refleks mundur dua langkah. Ternyata gerakan maju Desert Dust hanyalah tipuan - begitu melihat Wu Lang mundur, ia langsung memanfaatkan momen ini untuk berpindah posisi. Lin Jingyan tak ketinggalan, karakter Leng An Lei-nya bahkan berlari lebih mulus daripada Desert Dust.
Tertipu!
Tapi Han Wenqing yang selama ini dikenal frontal ternyata bermain begitu licik! Bukan hanya Jiang Botao yang terjebak, banyak penonton terperangah melihat taktik "mengalihkan perhatian ke timur lalu menyerang barat" ini - sama sekali tak sesuai dengan gaya Dominant Hero sang raja sebelumnya.
Demi satu gelar juara ini, berapa banyak sebenarnya yang rela dikorbankan para pemain Dominant Hero?
Zhang Jiale rela menanggung cap buruk, Lin Jingyan melepaskan seluruh ambisi sebagai anggota inti, bahkan Han Wenqing pun meninggalkan gaya frontal membandel yang dipertahankannya bertahun-tahun...
Mereka semua berubah. Satu-satunya yang tetap tak berubah adalah hati seorang juara!
"Maju!!!"
Dua kelas petarung itu menerjang masuk formasi. Tapi Hundred Blossoms Spectacle milik Zhang Jiale justru berbalik arah, laras senjatanya berkilat mengarah ke Yiqian Chuanyun milik Zhou Zekai. Koordinasi Tim Dominant Hero terlihat sempurna, mengendalikan ritme pertandingan sepenuhnya.
Dominant Hero bertarung dengan gigih, tapi sama sekali tidak ceroboh.
Pertarungan jarak dekat yang begitu cepat, bagi tim yang bermain di tandang terkesan terburu-buru. Namun kecepatan Dominant Hero bukanlah kecepatan biasa, melainkan kecepatan ekstrim yang mencapai puncak. Kedua belah pihak langsung terlibat dalam pertempuran massal. Apa keunggulan kandang Lun Hui? Kemampuan memanfaatkan map dengan baik. Tapi dengan pertempuran yang meledak secepat ini, klimaks pertarungan langsung tercapai. Lun Hui sama sekali tak punya waktu untuk memanfaatkan map dalam menjalankan strategi, mereka hanya bisa mengandalkan insting kesadaran dalam duel strategi. Inilah pentingnya menguasai inisiatif. Dalam pertandingan ini, Dominant Hero memberikan pelajaran berharga bagi semua tim: cara merebut kendali secara cepat dan dominan, tak ada yang bisa melakukannya lebih total daripada ini.
Pada menit ke-4 detik ke-47 pertandingan tim besar, Pastor Xiao Ge Ziruo dari tim tuan rumah tumbang. Ini di luar perkiraan siapa pun. Peran Healer dalam perang tim besar sangat krusial dan vital, mutlak menjadi pusat perlindungan. Di medan perang tingkat tinggi lingkup profesional, menyerang Healer juga merupakan strategi penting. Namun taktik ini biasanya hanya untuk mengalihkan perhatian, jarang ada yang benar-benar berhasil menghabisi Healer sekaligus dalam sekali serangan.
Hasilnya, di panggung paling puncak final kejuaraan ini, Tim Dominant Hero berhasil mencapainya. Pada menit ke-4 detik 47 pembukaan - apakah ini sebuah rekor? Untuk sementara masih perlu diverifikasi. Tapi di kandang Lun Hui kini hening sepi, semua penonton terpana mulut menganga. Healer dibawa pergi, semua sangat paham implikasinya. Jika ini pertandingan biasa, seluruh tim mungkin sudah mengucapkan GG dan menarik diri dari pertandingan tanpa ragu. Tapi ini final kejuaraan, panggung akhir perjuangan setahun penuh, takkan ada yang memilih menyerah begitu cepat.
Tanpa healer, Lun Hui justru lebih lincah. Setidaknya tak ada lagi match point yang harus terus dijaga. Saat Xiao Ge Ziruo tumbang, Lun Hui langsung melancarkan gelombang serangan balik. Semua anggota tim bermain tanpa beban, segera meraih hasil nyata: satu anggota Tim Dominant Hero tumbang, Qin Muyun dengan karakter Zero Below Nine Degrees.
Tapi perasaan ganjil kembali menyergap Jiang Botao.
Saat Zero Below Nine Degrees masih ada, ia tak merasakan kehadirannya. Kini karakter itu benar-benar hilang, tapi situasi di lapangan pun tak menunjukkan perubahan signifikan. Ini kan pembunuhan karakter! Terobosan sebesar ini, tapi sama sekali tak terasa?
Perasaan ini benar-benar mengusik ketenangan.
Jiang Botao berusaha tetap tenang, menganalisis situasi dengan saksama. Tanpa healer, mereka harus menyelesaikan pertarungan dengan cepat. Tapi serangan kilat pun butuh metodologi. Bagaimana? Apa mereka sudah mulai?!
"Yiqian Chuanyun milik Zhou Zekai sama sekali tidak berniat mengatur ritme saat ini, malah terus melancarkan serangan gila-gilaan dengan kecepatan yang menurut Jiang Botao sudah keterlaluan. Tapi, sedetik kemudian, pandangannya berubah setelah melihat situasi yang mulai jelas - Tim Dominant Hero ternyata sudah menyelesaikan konsentrasi formasi dan sepenuhnya bertahan."
"Tim Lun Hui perlu bermain cepat, namun Tim Dominant Hero sengaja menghalangi mereka. Zhou Zekai yang sudah menyadari hal ini justru terus meningkatkan kecepatan tanpa melakukan penyesuaian, berusaha mengacaukan ritme Dominant Hero."
"Bisakah berhasil? Berkali-kali serbuan Zhou Zekai berhasil membuka jalan bagi Lun Hui. Tapi kali ini, menghadapi pertahanan solid empat veteran Dominant Hero, meski serangan Zhou tetap ganas, tetap gagal membuka celah. Strategi Hundred Blossoms Zhang Jiale sangat mengganggu gaya serangan Sharpshooter yang membutuhkan presisi mutlak. Mendekat dan menggunakan Gun Fu untuk membuka jalan? Zhou Zekai pernah melakukannya. Tapi di formasi Dominant Hero saat ini ada Han Wenqing dengan Desert Dust-nya yang merupakan jagonya pertarungan jarak dekat di Glory. Menggunakan Gun Fu dalam situasi ini jelas bukan langkah bijak."
"Kelemahan Tim Lun Hui... terbongkar..." Ye Xiu tiba-tiba bersuara saat menyaksikan pertandingan.
"Apa?" Chen Guo buru-buru bertanya.
"Mereka kekurangan penyerang terkuat yang bisa membuka jalan frontal," jawab Ye Xiu.
“Eh, bukannya ada Lv Buoyuan, Wu Qi, dan Du Ming?” Chen Guo bertanya.
“Kelas Yudo tidak memiliki skill pendukung pergerakan yang terlalu baik, tapi harus benar-benar menempel pada target untuk mengoptimalkan kekuatan tempur. Hanya urusan pergerakan mendekat saja sudah cukup melelahkan.”
Sementara Ye Xiu menjelaskan, Chen Guo kembali memperhatikan pertandingan. Ternyata benar, Cloudy Mountain milik Lv Buoyuan terlihat sangat kesulitan. Yudo sebenarnya adalah kelas leather armor dengan pergerakan yang relatif lincah, namun dengan pergerakan biasa seperti ini, melakukan serangan kavaleri dalam situasi saat ini benar-benar penuh rintangan.
“Sedangkan kelas Assassin tidak perlu kujelaskan lagi kan? Ini bukanlah peran penyerang terkuat yang bisa diandalkan di garis depan,” kata Ye Xiu.
Assassin Wu Qi yang bernama Cruel Silence justru terlihat lebih canggung daripada Cloudy Mountain. Ia berusaha mencari celah, namun Dominant Hero sama sekali tidak memberinya kesempatan. Alhasil, ia terlihat seperti tidak ada kerjaan, hanya mondar-mandir di sekitar area pertempuran.
“Soal Du Ming... kekuatannya masih sedikit kurang.” Kali ini masalahnya bukan pada kelas karakternya, tapi pada performa pemainnya. Ye Xiu sebenarnya sedang bersikap sopan - jika kata "sedikit" dihilangkan, mungkin itu lebih tepat menggambarkan situasi. Blade Master Du Ming sudah terlihat panik bukan main sejak mulai bergerak mendekat. Setelah susah payah menempel, terkena serangan bata hitam dari Lin Jingyan lalu dihujani pukulan keras oleh Han Wenqing. Jika bukan karena skill kaburnya yang cukup tinggi, mungkin karakternya sudah hancur dalam formasi Dominant Hero.
Tim Dominant Hero dengan santai bermain menguras stamina melawan Lun Hui. Beberapa anggota Lun Hui yang berusaha menyerang bolak-balik sama sekali tidak bisa menggoyang pondasi formasi Dominant Hero. Ketika Elementalist Luo Ta milik Bai Yanfei, orang keenam Dominant Hero, tiba di lokasi, formasi mereka semakin kokoh. Akhirnya, Lun Hui yang sudah tidak punya pilihan lagi melancarkan serangan bunuh diri dalam gelombang, berusaha mencari kemenangan dalam kekacauan. Tapi Dominant Hero berhasil mempertahankan formasi, skor akhir kill dalam pertandingan berhenti di angka 6-2. Dominant Hero berhasil membalikkan kekalahan di arena pertandingan secara signifikan, merebut kemenangan pertama di kandang lawan.
Juara?
Menang di tandang terlebih dahulu lalu bertanding di kandang sendiri, situasi seperti ini sangat menguntungkan. Bahkan banyak media dalam laporan pasca pertandingan langsung 'menganugerahi' gelar juara kepada Dominant Hero. Tanda tanya setelah kata 'Juara' di judul tersebut terkesan setengah hati.
Siapa sangka tiga hari kemudian, di Kota B markas Dominant Hero, Lun Hui justru mengalahkan mereka dengan skor agregat 11-7.
