Serangkaian transfer awal Juli hampir semuanya terkait Jia Shi. Orang-orang kini yakin penjualan Jia Shi bukanlah isapan jempol. Bahkan Yizhiyeqiu sudah dikorbankan, harapan terakhir fans Jia Shi akhirnya hancur berantakan. Protes sebanyak apapun takkan mengubah keputusan Jia Shi.
Siapa yang bisa menyelamatkan Jia Shi?
Judul besar ini muncul di setiap sudut komunitas Glory. Ribuan fans Jia Shi mengadakan petisi tanda tangan. Tapi kemana harapan ini harus disalurkan? Setiap fans Jia Shi kebingungan, hanya bisa menunggu pasif dengan setia.
Yang mereka lihat hanyalah pemain yang pergi, karakter yang dijual.
Su Mucheng, Sun Xiang, Xiao Shiqin, Zhang Jiaxing...
Muyu Chengfeng, Yizhiyeqiu, Sheng Ling Mie...
Selanjutnya, pusat pelatihan Klub Jia Shi juga mulai dikunjungi berbagai pihak untuk inspeksi lapangan. Bagi Jia Shi, ini adalah pusat pelatihan mereka. Namun bangunan tak memiliki nyawa. Dengan sedikit renovasi, tempat ini bisa berubah menjadi gedung perkantoran, pusat perbelanjaan, atau aset apapun yang dibutuhkan masyarakat.
Penjualan bagian ini tampaknya sudah tidak terkait dengan lingkup Glory. Lambang tim mulai dilepas dari gerbang klub.
Semua tulisan terkait Glory mulai dihapus dari sini. Satu-satunya yang belum berubah mungkin adalah arena pertandingan Jia Shi. Fasilitas yang relatif lebih profesional ini memiliki ruang penjualan terbatas. Tapi ketika Jia Shi sendiri sudah tiada, apa arti keberadaan arena ini? Mungkin masih akan ada pertandingan di sini, namun yang ditonton penonton bukan lagi tim yang familiar, bukan lagi pertandingan yang mereka nantikan.
Masa depan Jia Shi - atau apakah Jia Shi masih memiliki masa depan - tidak ada yang tahu. Yang terlihat oleh semua orang adalah aset-aset Jia Shi yang perlahan pudar: pemain dan karakter yang ditransfer, fasilitas klub yang diubah. Di game online, pemain Guild Dinasti Jia juga menemukan material di gudang guild yang terus berkurang hari demi hari. Ini adalah material berbagai jenis yang terakumulasi selama bertahun-tahun oleh Guild Dinasti Jia, simbol kemakmuran Jia Shi. Kini semuanya bergerak menuju arah kepunahan total.
"Penjualan material-material ini jelas tidak akan dilaporkan secara detail. Dari sisi media, perubahan serangkaian yang dilakukan Jia Shi saat ini menjadi dasar untuk memprediksi bahwa akhir dari Jia Shi mungkin sudah tak terelakkan."
Pada tahap ini, bahkan fans Dominant Hero yang dulunya merupakan rival Jia Shi, akhirnya tidak bisa lagi terus-menerus mengejek dan mencemooh. Mereka ingin melihat Jia Shi terus dikalahkan oleh mereka, ingin melihat Jia Shi terus terjatuh, tapi tidak pernah menginginkan kehancuran total Jia Shi seperti ini.
Tanpa Jia Shi, dunia akan kehilangan banyak warna.
Keluh kesah seorang fans Dominant Hero ini mencerminkan perasaan banyak orang. Tapi apa yang bisa dilakukan? Penyesalan, kekesalan, dan desahan - emosi-emosi ini tidak akan menyelesaikan masalah apa pun.
Di sisi Xingxin, renovasi lantai dua warnet telah selesai dan sepenuhnya bisa digunakan.
Seluruh lantai dua dibagi menjadi lima area: ruang latihan, ruang rapat strategi, teknik logistik, Guild Xingxin, dan ruang istirahat. Dibandingkan dengan tim profesional mana pun, tata letak ini terbilang sangat sempit. Tapi meski kecil, semua fasilitas penting tersedia. Di lantai dua yang mini ini, terkandung semua departemen inti yang harus dimiliki sebuah tim profesional. Tentu saja, jika skalanya diperbesar, pasti akan muncul departemen seperti SDM, keuangan, dan propaganda. Tapi untuk Xingxin yang masih dalam tahap awal, semua tanggung jawab ini mungkin harus dipikul sendiri oleh Bos Besar Chen Guo.
"Bagaimana? Cukup bagus, kan?" Chen Guo dengan semangat memandu semua orang berkeliling.
“Rasanya kayak markas rahasia banget! Benteng luar angkasa, ada nggak?” kata Baozi.
Semua orang tertawa.
"Teknologi Logistik." Guan Rongfei berdiri di depan pintu ruang teknologi logistik, membaca papan nama di pintu, lalu memutar gagang pintu hingga terbuka.
"Iya, di sinilah tempatmu..."
Bang!
Chen Guo yang sedang menjelaskan hendak mengajak semua melihat-lihat Departemen Teknologi Logistik mereka, tapi Guan Rongfei sudah masuk dan melemparkan pintu hingga ucapan Chen Guo terpotong.
Chen Guo membeku. Untungnya Guan Rongfei sudah bergabung beberapa waktu, jadi agak paham. Sejak menerima materi analisis Payung Qianji, pria ini benar-benar fokus total. Bahkan saat Ye Xiu memintanya membuat program latihan profesional, si pemalas ini awalnya enggan, baru setengah hati menyetujui.
Begitu mulai bekerja, material yang dimiliki Xingxin menghilang dengan kecepatan luar biasa. Chen Guo sakit hati setengah mati. Ye Xiu buru-buru mengingatkan: "Sekarang bukan di Jia Shi, jangan boros-boros. Lebih banyak teori, jangan langsung praktek!" Setelah itu konsumsi material stabil, tapi bagi Chen Guo tetap mengkhawatirkan. Ia baru sadar: memelihara pengembang teknologi sehebat ini, uang mungkin bukan masalah utama, tapi apakah bisa menyediakan sumber daya yang cukup?
Tekanan terbesar tentu ada di departemen guild yang menjadi tanggung jawab Wu Chen. Beberapa hari terakhir mereka bekerja siang-malam, memanfaatkan momentum popularitas Tim Xingxin untuk mati-matian menarik anggota baru di game online dan memperkuat kekuatan guild dengan cepat. Semakin banyak anggota, semakin banyak pula masalah sepele yang muncul. Wu Chen yang belum punya asisten harus mengerjakan semuanya sendiri. Chen Guo menyadari ini tidak berkelanjutan – mengelola guild profesional tidak mungkin dilakukan sendirian. Mereka mulai berdiskusi tentang seleksi personil di guild, sementara Chen Guo mengalokasikan dana 2 juta yuan untuk Wu Chen. Orang yang memimpin guild tidak bisa hanya mengandalkan semangat – semuanya perlu kontrak resmi.
Melihat Guan Rongfei langsung menyelami ruang teknik logistiknya, Wu Chen merasa tak boleh ketinggalan. Ia melangkah cepat ke depan pintu bertuliskan "Guild Xingxin": "Ini tempatku ya?"
"Eh..." Chen Guo baru saja berseru ketika Wu Chen sudah masuk. Ia berdiri terpaku di koridor dengan mulut menganga, sementara para anggota saling pandang bingung. Namun tak lama, kedua pihak keluar bersama.
"Tidak ada jaringan?"
"Iya, teknisi baru bisa pasang sore nanti. Kita pakai jalur lain dulu," jawab Chen Guo dengan ekspresi tak tahu harus tertawa atau menangis.
Guan Rongfei dan Wu Chen menghela napas, tetap mengikuti rombongan.
"Di sini ruang rapat strategi kita. Ayo masuk semua, silakan duduk dan berdiskusi bebas," kata Chen Guo memandu semua orang masuk ke ruang rapat taktis.
Ruang rapat memiliki jendela yang cukup besar, ruangan terang benderang. Baru saja semua orang masuk ke dalam, tiba-tiba terdengar suara "Dentuman!" yang menggema.
"Ada apa?" seseorang bertanya heran, ikut mendekati jendela bersama yang lain. Mereka semua mendengar suara itu berasal dari luar.
Saat melihat ke luar jendela, semua orang terdiam membisu.
Sumber suara berasal dari seberang jalan. Tembok Klub Jia Shi baru saja dirobohkan. Ini bukan kerusuhan, jelas proses akuisisi fasilitas Jia Shi telah selesai. Mungkin pemilik baru sedang merombak area tersebut.
"Jia Shi... benar-benar bubar ya..." Chen Guo juga merasakan banyak emosi di hati. Warnet Xingxin-nya sejujurnya banyak diuntungkan oleh keberadaan Jia Shi. Bagi warnet yang berseberangan langsung dengan klub tersebut, banyak fans Jia Shi merasa nyaman berkumpul di sini untuk bermain Glory bersama.
Tapi setelah membentuk Tim Xingxin yang menggaungkan slogan "Kalahkan Jia Shi", hubungan kedua pihak menjadi benar-benar bermusuhan. Bisnis Xingxin pun terpukul berat, terutama banyak pelanggan lama yang sebelumnya seperti teman bagi Chen Guo, tak pernah lagi muncul.
Kini Xingxin masih bertahan, tapi Jia Shi malah akan lenyap selamanya. Ke mana perginya para pelanggan setia itu? Di manakah mereka sekarang?
Di tengah pikiran yang melayang-layang, tembok pembatas Jia Shi sudah berantakan. Belum sempat orang-orang memberikan protes, tiba-tiba suara admin jaringan warnet terdengar dari luar ruang rapat: "Di mana bosnya? Ada yang nyari."
"Siapa yang nyari?" tanya Chen Guo sambil berjalan keluar.
"Katanya marga Xia, sekarang lagi menunggu di lantai bawah," jawab admin jaringan.
"Marga Xia?" Chen Guo tertegun, sepertinya tidak punya teman dekat bermarga Xia.
"Aku turun dulu." Setelah memberi tahu semua orang, Chen Guo mengikuti admin jaringan menuruni tangga. Tampak banyak orang berkumpul di depan Xingxin, sedang menonton kekacauan di seberang kompleks Jia Shi.
"Itu orangnya." Admin jaringan menunjuk ke arah seorang pria yang membelakangi mereka. Chen Guo mendekat dan terkejut lagi - Xia yang dimaksud ternyata Xia Zhongtian.
“Xia… Manajer, halo.” Chen Guo menyapa.
Xia Zhongtian berbalik, melihat Chen Guo lalu mengangguk: "Halo."
Chen Guo kemudian menyadari ada seorang remaja berdiri di samping Xia Zhongtian - bukankah ini Qiu Fei dari Jia Shi? Secara samar, Chen Guo mulai menyadari sesuatu.
"Mari masuk, kita bicara di lantai atas." Chen Guo yakin mereka bukan sekadar lewat menyapa, pasti ada urusan penting. Sambil menyapa orang untuk naik ke lantai atas, dia memerintahkan admin jaringan: "Cepat panggil Ye Xiu ke ruang istirahat!"
Di lantai dua, Ye Xiu yang sedang menuju ruang istirahat setelah mendapat pesan tiba-tiba melihat Chen Guo membawa Xia Zhongtian dan Qiu Fei naik tangga, membuatnya tertegun.
“Senior.” Kali ini giliran Qiu Fei yang lebih dulu menyapa.
“Bagus!” Ye Xiu melambaikan tangan, mengikuti empat orang masuk ke ruang istirahat.
“Jia Shi akan kuterima.” XIA Zhongtian jelas bukan tipe yang suka omongan kosong, langsung bicara setelah masuk.
“Oh, itu bagus!” Ye Xiu tersenyum.
“Selamat ya.” Chen Guo juga berkata, lalu menunjuk ke jendela: “Ini mau diubah seperti apa?”
“Saya hanya menerima Jia Shi, tidak termasuk fasilitas ini.” XIA Zhongtian menjawab.
“Apa?” Chen Guo tak mengerti.
“Pengambilalihan Jia Shi adalah tindakan pribadi saya. Dengan modal finansial saya, tak mungkin mengambil alih semua fasilitas Jia Shi. Yang bisa saya jamin hanyalah nama Jia Shi tidak akan pudar.” XIA Zhongtian menjelaskan.
“Masih ada beberapa pemain berprospek cerah!” Ye Xiu menatap Qiu Fei sambil tersenyum.
“Xiao Qiu hampir pindah ke Micro Grass. Untung saat itu saya sudah berhasil total bernegosiasi dengan Jia Shi, lalu berusaha keras membujuknya tetap tinggal.” XIA Zhongtian berkata.
“Luar biasa.” Kata Ye Xiu, “Kalian berdua sama-sama hebat.”
“Memuji kami juga percuma. Dendam Xingxin pasti akan kami balas!” XIA Zhongtian menegaskan.
“Hmm?”
“Tapi kali ini juga berkat protesmu sebelumnya. Jia Shi tidak akan berhutang budak pada Xingxin.” XIA Zhongtian mengeluarkan setumpuk berkas dari tas kantongnya dan menyodorkannya.
“Ini sponsor 1,4 juta yuan dari Mingqianlv yang berhasil kumerebut untuk kalian. Prosedur sudah selesai, tinggal tanda tangan saja.”
“Semua sudah selesai?” Ye Xiu menerima dan melihat sekilas, “Bagaimana kalau kami menolak?”
"Xia Zhongtian kelopak matanya berkedut dua kali, Chen Guo langsung merebut: "Bercanda, tentu harus." Setelah itu buru-buru menandatangani.
"Kontrak hanya satu tahun, tahun depan bisa diperpanjang atau tidak, tergantung kalian sendiri." Kata Xia Zhongtian.
"Kami? Bukankah tergantung padamu?" Ye Xiu tersenyum.
"Saya? Saya sudah tidak di Ming Qian Lü lagi, saya akan memimpin Jia Shi untuk mengalahkan Xingxin!" Ujar Xia Zhongtian.
"Kamu mau turun ke lapangan?" Ye Xiu bertanya.
Kelopak mata Xia Zhongtian berkedut lagi, sayangnya dia tidak bisa membalas dendam sendiri, levelnya hanya bisa dihancurkan Ye Xiu 10 kali dalam 5 menit.
"Senior, lain kali, bertemu di lapangan." Qiu Fei berkata pada Ye Xiu yang hendak pergi.
"Lapangan bertemu." Ye Xiu tersenyum.
"Pergi." Xia Zhongtian sudah keluar pintu.
"Sudah pergi? Sebagai pemain baru tidak mau belajar pengalaman manajemen canggih Xingxin kami?" Kata Ye Xiu.
Xia Zhongtian melirik tata letak sempit dua lantai ini, lama kemudian mengeluarkan "lumayan" dari sela gigi, lalu berbalik pergi.
Jia Shi, belum runtuh.
