"Dia menolak?" Melihat Ye Xiu menutup jendela obrolan QQ sambil menghela napas, Su Mucheng bertanya.
"Hmm." Ye Xiu mengangguk, nada suaranya penuh penyesalan.
Dalam pencarian pemain Ahli Tenaga Dalam, orang pertama yang dihubungi Ye Xiu adalah Guo Yang. Mantan pemain Jia Shi yang bergabung dengan Tim Typhoon setelah Jia Shi tereliminasi.
Kemampuan pemain yang pernah menjadi anggota utama di Jia Shi tidak perlu diragukan. Ye Xiu dan Su Mucheng adalah rekan setim lamanya, saling memahami satu sama lain. Integrasi Guo Yang ke Xingxin juga lebih mudah dibanding orang biasa. Meski Chen Guo tidak tertarik dengan pilihan ini, dia harus mengakui bahwa Guo Yang secara teori merupakan pilihan yang bagus.
Tapi sayang, Guo Yang dengan tegas menolak undangan Ye Xiu. Dibanding Xingxin, dia lebih yakin dengan prospek cerahnya di Typhoon. Meski sebelumnya tidak mendapat peran penting di Typhoon, sekarang setelah Fang Rui memastikan akan pergi dan Liu Hao - rekan lamanya di Jia Shi - bergabung, Guo Yang merasa masa kejayaannya segera tiba.
“Xingxin? Lebih baik tidak usah!” Undangan Ye Xiu ini ditanggapi Guo Yang dengan sikap tak acuh. Meski Hai Wu Liang adalah godaan yang menarik, menurutnya hal ini masih jauh dari cukup untuk meyakinkannya. Dia berasal dari klub elite, dengan karakter Qi Chong Yun Shui yang pernah dipakainya dulu sangat kuat. Perspektifnya tinggi, ambisinya pun besar. Yang dia harapkan bukan sekadar karakter bagus, tapi juga rekan setim dan karakter-karakter hebat di tim utama. Howling yang sekarang sangat cocok dengan kriterianya, sementara Xingxin? Menurutnya tak perlu merendahkan diri dengan pindah ke tim baru. Punya Hai Wu Liang pun tak berarti apa – dia bukan karakter kecil yang tak tahu dunia.
“Bagaimana kalau mendekati Song Xiao?” Guo Yang akhirnya menyarankan pada Ye Xiu.
Rekomendasi ini membuat Ye Xiu terpaksa menutup jendela obrolan dengan pasrah. Dia paham betul nada sarkas dalam ucapan Guo Yang. Song Xiao memiliki posisi kokoh di Blue Rain dengan karakter kuat dan prospek cerah. Mustahil dia mau mencoba peruntungan di Tim Xingxin, makanya Ye Xiu tak pernah mempertimbangkannya.
Tapi Guo Yang sengaja menyebut nama itu, jelas ingin menyamakan situasinya dengan Song Xiao – seolah pendekatan Xingxin padanya sama tak masuk akalnya. Di titik ini, Ye Xiu tak bisa berkata-kata lagi. Howling adalah tim semifinal musim lalu yang sedang menanjak. Transfer dari tim semacam itu ke pendatang baru di Liga memang tak logis. Awalnya Ye Xiu mengira Guo Yang mungkin tak dihargai di Howling, tapi melihat keyakinannya akan prospek di sana, percuma saja berdebat lebih lanjut.
Zhao Yang pensiun, Song Xiao tidak perlu dipertimbangkan, Guo Yang dengan yakin menolak, dengan demikian, pemain ahli tenaga dalam yang masih aktif di Liga tersisa tiga orang: Ning Yuan dari Tim Yi Zhan, Zhao Bin dari Tim He Wu, Sun Haowen dari Tim Zhaohua.
Ketiga tim ini memiliki hubungan baik dengan Xingxin di game online, tapi di level tim profesional situasinya berbeda. Tentu saja Yi Zhan merupakan pengecualian karena kedekatan dengan Lou Guanning, transaksi dengan Yi Zhan relatif lebih mudah dilakukan. Masalahnya, tim Yi Zhan ini sebenarnya adalah tim teman dekat, lima teman Lou Guanning mengisi lima posisi inti. Bahkan super bintang seperti Zhou Zekai, Huang Shaotian, atau Wang Jiexi sekalipun, jika bergabung dengan Yi Zhan hanya akan menjadi orang keenam.
Ning Yuan? Ye Xiu bahkan tidak tahu dari mana Lou Guanning menemukan orang ini, kemungkinan besar hanya untuk memenuhi kuota. Sepanjang musim ini tidak pernah muncul di arena pertandingan, mungkin baru akan bermain jika kelima anggota utama Yi Zhan "tangan patah" sekaligus. Jika Xingxin benar-benar meminta, Ye Xiu memperkirakan Lou Guanning akan mengirimkannya secara gratis. Bagaimanapun juga, kemungkinan lima orang sekaligus mengalami "tangan patah" sangatlah kecil.
Tapi pemain seperti ini mana berani digunakan Xingxin? Lihatlah dia, menjadi cadangan tanpa prospek di Yi Zhan tapi tetap tenang-tenang saja. Sepertinya sangat menyadari statusnya sebagai pengisi kekosongan, sama sekali tidak punya ambisi berlebihan. Dengan mental seperti ini, tidak ada yang berani mempercayakan masa depan tim di tangannya.
Zhao Bin dari Tim He Wu, Sun Haowen dari Tim Zhaohua, sebagai pemain dari tim kecil-menengah, tak terhindarkan sering diabaikan. Namun kedua orang ini memang tidak punya banyak ide yang menarik perhatian. Tapi bagaimanapun, setidaknya mereka pilihan yang lebih bisa dipercaya dibanding Ning Yuan.
Tapi jika berbicara tentang tim yang bercita-cita menjadi juara, kualitas selevel "lebih baik dari Ning Yuan" jelas masih jauh dari cukup!
Chen Guo menatap Ye Xiu, bertanya-tanya apakah dia masih punya rencana lain. Menurut teori sebelumnya tentang persaingan ketat, pemain Ahli Tenaga Dalam berbakat mungkin terkubur. Tapi sekarang sepertinya terkubur terlalu dalam, sampai-sampai di lingkup profesional pun tidak ada kandidat yang cocok. Apakah Ahli Tenaga Dalam unggul justru terkubur di game online karena tidak ada kebutuhan dari tim?
Atau mungkin di akademi pelatihan klub tertentu ada bibit unggul?
Contohnya, Jia Shi?
Ye Xiu pasti sangat familiar dengan akademi pelatihan Jia Shi. Ditambah lagi mereka pernah punya Ahli Tenaga Dalam sebagai anggota utama. Jika menemukan bakat Ahli Tenaga Dalam berbakat, pasti akan direkrut. Sekarang meski Jia Shi telah bubar, tapi bibit-bibit unggul itu pasti masih ada. Ini seharusnya juga bisa menjadi strategi alternatif?
Sejak awal Chen Guo selalu yakin, Ye Xiu tidak baru mulai merencanakan setelah mendapatkan Hai Wu Liang. Sejak berniat menguasai Hai Wu Liang, dia pasti sudah punya gambaran. Guo Yang adalah pilihan pertama, sayang ditolak. Tapi Ye Xiu pasti tidak akan terus-terusan menggantungkan diri pada satu opsi saja.
“Apa yang akan terjadi selanjutnya?” Chen Guo tidak bertanya, dia hanya berjalan tenang ke samping Ye Xiu. Saat ini, Chen Guo setidaknya lebih sabar dibanding sebelumnya, tidak langsung panik sebelum situasi benar-benar jelas.
Ye Xiu sedang menggeser daftar teman QQ-nya, tapi setelah lama mencari, hati Chen Guo mulai merasa dingin.
Jangan-jangan... benar-benar berada di jalan buntu, tidak ada pilihan lagi?
Saat khawatir seperti ini, tiba-tiba Ye Xiu menoleh dan bertanya pada Su Mucheng: “Apa kamu punya kontak Song Xiao?”
“Song Xiao? Ini tidak mungkin kan?” Saat Su Mucheng berkata, Chen Guo sudah terpana. Bukankah Song Xiao sejak lama dianggap sebagai kandidat yang mustahil? Jangan-jangan Ye Xiu punya solusi?
Meski bingung, Su Mucheng segera menjawab: “Tidak, tapi mungkin ada di grup?”
“Oh iya.” Ye Xiu bergumam, menemukan Tao Luo Sha Ming dari Blue Rain di grup atlet profesional. Dia membuka jendela obrolan sementara dan menyapa, tapi tidak ada respon. Chen Guo lalu melihatnya menarik-narik daftar teman, tak lama kemudian akun Troubling Rain muncul.
Huang Shaotian, rekan setim Song Xiao di Tim Blue Rain.
Chen Guo merasa pusing, lalu melihat Ye Xiu mengirim pesan: “Song Xiao ada? Suruh dia buka QQ.”
“Song Xiao? Ngapain kamu cari dia? Kok tanya aku? Sial lu beneran nggak! Ngapain? Mau ngapain? Mau incar Song Xiao? Mabok kali ya? Mana mungkin Song Xiao, mending cari Guo Yang, kalian kan saling ngerti. Dia di Howling juga kurang cocok.” Balasan Huang Shaotian gesit, obrolan dengannya ritmenya cepat. Soal efektivitas waktu, itu tergantung penilaian masing-masing. Misal saran dia sekarang, bukan cuma Ye Xiu yang udah pernah coba, faktanya di lingkaran pro udah basi, pada nganggap Guo Yang cocok banget.
“Banyak bacot, dia ada atau nggak?” Ekspresi Ye Xiu sama sekali nggak kayak orang minta tolong.
“Cih, biar kamu nggak ngarep. Tunggu ya!” teriak Huang Shaotian. Tak lama, dia mengirimkan undangan ke Ye Xiu. Ternyata si pemalas ini bikin grup diskusi, Song Xiao masuk tapi dia juga ikut nongkrong buat nonton.
Ye Xiu langsung to the point: “Gimana Song Xiao, minat gabung buat jadi juara bareng aku?”
“Hahaha, juara? Ini belum yang paling keren lho. Song Xiao dengerin lanjutannya!” kata Huang Shaotian.
“Lingkungan Xingxin enak, tenang banget,” kata Ye Xiu.
“Guling-guling guling guling guling!” Huang Shaotian buru-buru nyaut lagi.
“Haha, hampir saja tergoda!” Hasil kali ini, Song Xiao juga membalas, tentu saja, "hampir tergoda" artinya tetap tidak tergoda, masih menolak. Tapi kata-kata ini jelas menusuk hati Huang Shaotian. Kali ini Huang Shaotian lama tak mengirim pesan, Ye Xiu curiga jangan-jangan di sisi lain sedang berkelahi.
Tentu saja, Ye Xiu menghubungi Song Xiao bukan tanpa alasan. Dia memang ingin mencoba kemungkinan ini. Grup diskusi tidak terlalu serius, faktanya di jendela obrolan sementara dengan Song Xiao, upaya pembujukan masih berlanjut.
"Pertimbangkan kemungkinan Xingxin menjadi juara, mungkin menurutmu ini seru," kata Ye Xiu.
Murni sumber daya, Xingxin memang tak punya apa-apa untuk diadu dengan Blue Rain. Yang ada mungkin hanyalah kemungkinan mengejutkan ini. Mungkin benar-benar ada orang dengan rasa penasaran ekstrim yang mau mencoba petualangan ini?
"Hehe, agak menarik, tapi aku lebih antusias dengan kemungkinan Blue Rain jadi juara!" Fakta membuktikan Song Xiao lebih realistis, rasional, dan tidak terlalu nekat.
"Tidak mau ikut menciptakan sejarah?" tanya Ye Xiu.
"Sejarah?"
"Tim baru yang baru masuk Liga langsung jadi juara, tidak terasa menggelegar dan keren?" kata Ye Xiu.
"Uh, lebih baik tidak usah!"
"Anak muda, harus punya semangat! Jangan seperti orang tua!" hardik Ye Xiu.
"Aku sudah nyaman begini, sungguh..." kata Song Xiao.
"Pikirkan matang-matang. Jika tertarik, hubungi aku kapan saja," tutup Ye Xiu.
“Sejujurnya, ada satu momen di mana jantungku benar-benar berdebar kencang, tapi aku lebih takut akan penyesalan.” Song Xiao yang jujur tidak menyembunyikan perasaannya. Namun karena penjelasannya yang gamblang, penolakannya pun tegas tanpa basa-basi – inilah sosok yang mampu mengendalikan mentalnya sendiri dan tidak terbawa arus.
“Sayang sekali...” Ye Xiu mengungkapkan penyesalannya, tanpa memaksa lebih lanjut.
“Gagal lagi.” Ye Xiu menggelengkan kepala sambil menghela napas.
“Ini bukan kecelakaan, kan?” Chen Guo bertanya, meski harus mengakui ketika Ye Xiu melemparkan konsep "menciptakan sejarah", hampir saja ia terbawa keyakinan bahwa kemustahilan akan menjadi mungkin. Retorika semacam ini memang mudah memicu impulsivitas.
“Memang tidak bisa dianggap demikian.” Ye Xiu mengangguk, mengakui bahwa upayanya hanyalah taktik "mengobati kuda sekarat" sebagai upaya terakhir.
“Sekarang, bagaimana?” Akhirnya Chen Guo mengutarakan pertanyaan ini.
“Hmm...” sambil bersahutan, Ye Xiu memanfaatkan grup yang masih terbuka untuk membuka jendela obrolan sementara baru.
“Fang Rui si Licik, pernah pertimbangkan ganti kelas? Bagaimana dengan Ahli Tenaga Dalam? Kami menunggumu!” tulis Ye Xiu di jendela obrolan baru.
