Tanpa persiapan, tanpa uji coba. Dua karakter bertemu, menggunakan skill, jurus-jurus saling bertabrakan, langsung mencapai klimaks.
Penonton di lokasi sama sekali tidak memiliki persiapan psikologis seperti ini, tak ada yang menyangka kedua belah pihak langsung bertarung begitu spektakuler saat bertemu, bahkan sampai lupa bersorak dan bertepuk tangan sejenak.
Swordsman Ganas, Battle Mage, keduanya adalah kelas dengan sifat ofensif yang sangat kuat.
Greatsword, tombak perang, dua senjata berat dengan serangan fisik tertinggi.
Tapi saat ini, di bawah operasional berkecepatan tinggi kedua pemain, Tombak Pemakam di tangan Falling Flower Palm dan Fire Dance Flow di tangan Han Yanrou telah berubah menjadi dua gumpalan efek cahaya yang spektakuler, saling berbenturan dengan ritme begitu cepat sampai banyak penonton bahkan tak bisa melihat skill apa yang sebenarnya digunakan kedua karakter.
Yu Feng adalah pemain top berlevel All-Star, seharusnya menunjukkan kinerja puncak. Tapi saat ini, Tang Rou yang mampu melakukan parry terhadap kinerja puncak ini justru lebih menarik perhatian.
Memang pantas jadi Battle Mage didikan Ye Xiu!
Banyak orang yang menyaksikan duel ini sekarang sedang berpikir demikian. Meski saat ini belum ada pernyataan resmi bahwa Tang Rou adalah murid Ye Xiu, tapi seorang pemain Battle Mage yang terungkap oleh Ye Xiu dan bertumbuh di bawahnya, bagaimanapun juga tak bisa melepaskan hubungan dengan Ye Xiu.
Faktanya memang demikian adanya.
Pengalaman dan teknik Battle Mage, Ye Xiu menularkan semuanya tanpa ragu ke Tang Rou selama dibutuhkan. Kemudian di atas dasar itu, dia membantu Tang Rou membangun gaya khasnya sendiri.
Tang Rou adalah seorang, seorang yang tak kenal takut, yang akhirnya membentuk gaya berani di lapangan, hingga membuat banyak orang tidak percaya bahwa seorang Battle Mage sehebat itu ternyata berasal dari gadis cantik seperti ini.
Battle Mage Ye Xiu juga sangat ganas, kalau tidak, dia tidak akan dijuluki Dewa Perang. Tapi keberaniannya berbeda dengan Tang Rou. Keberaniannya tidak bisa ditiru oleh Tang Rou. Karena selain Battle Mage, Ye Xiu juga seorang master yang menguasai semua kelas. Keganasannya muncul dari dasar penguasaan Glory yang komprehensif dan solid. Tekniknya mungkin terlihat biasa, tapi dalam pertempuran sebenarnya, sulit untuk dihadapi karena apapun cara lawan merespons, hasilnya tetap dalam kendali serangannya. Kemudian, serangan tanpa henti inilah yang mengukuhkan gelar Dewa Perang-nya.
Bisa dikatakan, dulu Ye Xiu memilih Battle Mage sebagai kelas utama, sehingga Yizhiyeqiu akhirnya menjadi Dewa Perang. Tapi jika dia memilih kelas lain, mungkin gelar Dewa Perang sekarang akan menjadi milik karakter lain.
Dengan caranya sendiri, Tang Rou menarik perhatian semua orang karena lawannya adalah Yu Feng, seorang top player berlevel All-Star. Ada alasan apa lagi untuk tidak bersorak untuknya ketika seorang bisa bertarung sengit melawan ahli top?
Tapi, apakah benar-benar sengit?
Ritme super cepat membuat penonton sulit membaca situasi, tapi Yu Feng sendiri diam-diam panik karena menyadari dirinya ternyata sedang ditekan.
Dalam kelas Swordsman Ganas, telah muncul banyak pemain dengan gaya permainan liar. Mulai dari Sun Zheping sang Swordsman Ganas nomor satu di masa lalu, hingga banyak pemain saat ini. Namun Yu Feng adalah pengecualian di antara mereka. Swordsman Ganas-nya juga sangat ofensif, tapi tidak sekasar Swordsman Ganas tradisional. Dalam keganasannya, terdapat presisi khusus yang ia bangun. Bisa dikatakan, Yu Feng telah menciptakan gaya baru dalam aliran Swordsman Ganas yang kaku, meski belum menjadi aliran resmi, setidaknya dialah Swordsman Ganas sejati nomor satu saat ini.
Saat ini Tang Rou bertarung dengannya dengan kecepatan ekstrim, menentukan pemenang dengan kekuatan mentah. Sejujurnya, ini bukan metode andalan Yu Feng. Tapi Tang Rou hanyalah rookie, sedangkan dia adalah kapten Hundred Blossoms, anggota inti, pemain top berlevel All-Star. Menghadapi tantangan frontal dari rookie yang begitu agresif, mundur atau menghindar terasa tidak bisa diterima oleh Yu Feng, lagipula dia bukan pemain aliran licik.
Akhirnya dia memutuskan menghadapi serangan rookie ini langsung. Setelah berbenturan, mata Yu Feng membelalak menyadari semangat pasukan rookie ini melebihi imajinasinya. Jika terus seperti ini, bisa-bisa dia justru tumbang secara tak terduga.
Perlu merebut kembali ritme permainan.
Yu Feng langsung menangkap inti masalahnya.
Demi menjaga citra identitas dan semangat pasukan Hundred Blossoms di hadapan para pemain baru, Yu Feng langsung masuk ke ritme permainan Tang Rou untuk mengalahkannya. Namun setelah bertarung, ia menyadari ini tidak semudah yang dibayangkan. Pertandingan harus ditarik ke ritmenya sendiri. Bagaimanapun, kekalahan akan menjadi pukulan terbesar bagi citra, harga diri, dan semangat pasukan.
Setelah memutuskan strategi, Yu Feng segera beralih dari taktik serang-balik ke prioritas pertahanan.
Saat Longya menusuk ke arahnya, alih-alih menghindar dengan Falling Flower Palm atau membalas dengan pedang, Yu Feng menggunakan teknik parry serangan untuk menangkis tusukan ini.
Namun tiba-tiba Longya berhenti, lalu menusuk sekali, dua kali - berubah menjadi Combo Thrust. Perubahan terlalu cepat, jarak tombak sudah sangat dekat. Yu Feng tak sempat memparry, terpaksa menggunakan skill Blokir.
Dang! Dang!
Dua serangan bertubi-tubi dari Combo Thrust berhasil diblokir. Falling Flower Palm tergelincir mundur sementara Yu Feng memanfaatkan momentum untuk backstep, berusaha menjaga jarak dan memperlambat ritme.
Mundurnya sudah cepat, tapi Han Yanrou lebih agresif. Seolah terus maju, bahkan sebelum efek serangan Longya dan Combo Thrust terlihat jelas.
Phantom Dragon Tooth!
Skill berikutnya segera menyusul. Pergelangan tangan Han Yanrou bergetar halus, tusukan tombaknya mirip Longya namun dengan beberapa bayangan ilusi.
Beberapa?
Yu Feng membelalak...
Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan!
Delapan bayangan?
Phantom Dragon Tooth seperti Langkah Bayangan Pedang Blade Master, membutuhkan presisi operasional untuk mempertahankan bayangan. Jumlahnya bergantung pada kecepatan tangan dan akurasi kontrol.
Phantom Dragon Tooth dengan delapan bayangan?
Seorang pemain baru operasionalnya sudah sehebat ini?
Phantom Dragon Tooth, bahkan dengan skill block sekalipun sulit ditangkis. Yu Feng tak ingin menjual darah untuk serangan mendadak. Ia perlu mengambil kembali ritme permainan, hanya bisa terus menghindar.
Delapan bayangan menghembuskan aliran udara yang jelas, menyamarkan tusukan asli. Yu Feng terpaksa menghindari semua bayangan seolah nyata. Dengan greatsword Burial Flower, Falling Flower Palm melesat menggunakan Triple Slash - skill khas Blade Master.
Triple Slash bukan skill level rendah yang dibagi kelas pedang. Fakta Falling Flower Palm bisa menggunakannya membuktikan gaya Yu Feng berbeda dari Swordsman Ganas biasa. Skill mobilitas Blade Master ini dipilihnya untuk fleksibilitas serangan.
Di bawah drag skill, Langkah Falling Flower Palm mengejar kilatan pedang dan menyelesaikan pergerakan seketika. Delapan tusukan Longya yang ilusif semuanya meleset. Yu Feng masih merencanakan untuk memutar Triple Slash dan mulai melawan balik, namun Tang Rou sudah menyelesaikan Longya lebih dulu. Tombak perang diangkat, Haolong Pojun langsung menyambar ke arah Falling Flower Palm yang sedang melakukan Triple Slash mundur.
Yu Feng terkejut, buru-buru memutar pedangnya. Namun kali ini jarak terlalu dekat. Kecepatan Haolong Pojun ditambah daya yang dahsyat, meski tidak kena tepat, tetap membuat Falling Flower Palm terpelanting.
Yu Feng segera melakukan Ukemi. Falling Flower Palm berguling bangun, namun terdengar suara splash! di udara. Saat mengangkat kamera, Han Yanrou sudah datang lagi. Kali ini serangan udara dengan Naga Terbang dari Lautan. Energi sihir pertempuran seperti percikan air langsung mengunci Falling Flower Palm.
Kena!
Kali ini, Yu Feng tidak sempat menghindar. Jurus "Naga Terbang dari Lautan" menghantam tepat di dada Falling Flower Palm. Tang Rou bahkan tidak menunggu Han Yanrou mendarat. Jurus kedua langsung menyusul: "Naga Murka Menembus Hati" kembali menancap di dada Falling Flower Palm. Energi jurusnya terlihat jelas menembus tubuh Falling Flower Palm. Falling Flower Palm terlempar mundur. Han Yanrou segera mengejar, Longya dan Tianji mengalir deras. Efek magis dari kombo jurusnya mulai beterbangan tak henti mengincar Falling Flower Palm. Seluruh arena terpaku membisu.
Para penonton sudah cukup puas melihat ketegasan Tang Rou yang berani menghadapi top player level jauh di atasnya secara frontal. Sebagai, publik selalu lebih toleran. Proses pertandingan lebih dihargai daripada hasil akhir. Sekalipun akhirnya Tang Rou kalah dari Yu Feng, takkan ada yang banyak mencela. Seperti saat Mo Fan ditakdirkan tersingkir dengan pertukaran 2 kuning-1 merah yang seharusnya tidak terjadi, kritik keras nyaris tidak terdengar di lokasi.
Tapi saat ini, di arena ini, bahkan orang awam yang tak paham Glory pun bisa melihat siapa yang unggul dalam duel dua petarung ini.
Tang Rou... berhasil menaklukkan Yu Feng?
Di dalam stadion, setelah tertegun sejenak, suara teriakan yang mengejutkan seketika memecah keheningan. Bahkan jika Xingxin akhirnya meraih kemenangan, mungkin tidak akan menghasilkan efek sebegitu dahsyat. Ini bukan hanya membangkitkan semangat pasukan tim, bahkan penonton pun pada saat ini telah terpengaruh oleh kekuatan tempur Xingxin, sama sekali tidak meremehkan tekad dan prospek mereka.
Para pemain Hundred Blossoms semuanya terpaku. Bagaimana mungkin kapten mereka justru dikalahkan secara total dalam hal momentum oleh seorang rookie?
Ya, faktanya memang demikian.
Yu Feng saat ini dipenuhi rasa terkejut dan amarah. Dia benar-benar tidak menyangka daya ledak si rookie bisa sehebat ini. Dia mundur, mencoba membawa pertandingan ke ritmenya, namun langkah mundur ini justru seperti bendungan yang jebol - gempuran lawan datang bergulir seperti gelombang. Yu Feng kacau, benar-benar kehilangan kendali.
Awalnya hanyalah ritme yang tidak disukai dan tidak dikuasainya, tapi setidaknya dia masih bisa bertahan. Meski agak tertekan, hasil akhir masih belum pasti. Tapi langkah mundur ini malah memicu serangan 100 langkah lawan. Membangun ritme sendiri? Yu Feng sama sekali tidak punya kesempatan, serangan mendadak lawan mengejarnya hingga napasnya tersengal-sengal.
Akan kalah!
Seketika, pikiran ini telah jelas muncul di benak Yu Feng. Bagaimana mungkin seorang Atlet profesional tidak memiliki pemahaman dan pertimbangan yang jelas terhadap arena?
Tapi meski menyadari hal ini, apa yang bisa dilakukan? Yu Feng bertahan mati-matian, tidak lagi mencari ritme yang disukainya. Setidaknya bisa mengikuti ritme lawan, bertahan dulu!
Tapi... tidak bisa mengikuti!
Yu Feng membelalak menyadari, ritme Tang Rou sudah jauh lebih cepat dan lebih ganas dibandingkan awal pertandingan, dan ritme seperti ini justru diberikan lawannya sendiri karena langkah mundur yang dilakukannya...
Di hadapan lawan seperti ini, satu langkah pun tak boleh mundur!
Akhirnya, dengan kesadaran itu, Falling Flower Palm tumbang.
