“Banyak juga bagian tajam dari komentar Zuo Chenrui. Kebetulan, hari ini kita akan menganalisis pertandingan babak kemarin menggunakan ulasannya ini!” kata Ye Xiu sambil melambai-lambaikan koran yang diambil dari Fang Rui.
"Setelah itu, baik yang tampil maupun tidak di babak sebelumnya, semua menuju ruang strategi Xingxin. Mo Fan yang biasanya dingin dan pendiam, kali ini tampak lebih antusias, menjadi yang pertama masuk ke ruang strategi meski ekspresinya tetap datar.
Di ruang strategi, setiap orang kini telah memiliki posisi tetap. Mereka duduk berurutan, dan setelah Ye Xiu masuk, tak ada lagi obrolan santai.
Layar proyektor diturunkan. Ye Xiu duduk di depan komputer dan mulai memutar rekaman pertandingan sebelumnya.
"Pertandingan single player pertama... Hmm, ini tidak ada yang perlu dikatakan. Anak Hundred Blossoms itu terlalu gugup. Masalah ini..." Ye Xiu memandang rekan setimnya di Xingxin. Jika ada yang mengalami kegugupan di tim ini, pastilah hanya satu orang tertentu. Pandangannya berpindah, akhirnya tertuju pada sebuah laptop.
Musim baru dimulai pada September, bertepatan dengan pembukaan tahun ajaran baru. Luo Ji, lulusan universitas ternama jurusan matematika, merasa berat meninggalkan studinya untuk fokus di lingkup profesional Glory. Namun selama setahun terakhir, siswa Luo Ji ini telah jatuh cinta pada Glory - status sebagai pemain profesional juga sulit ditinggalkannya. Dalam dilema antara dua pilihan, Luo Ji sementara tetap berkuliah. Dia akan terbang ke arena pertandingan sesuai kebutuhan jadwal kompetisi.
Untung Glory adalah esports, meskipun Luo Ji tidak berada di tim, selama terhubung ke jaringan, dia masih bisa berlatih bersama semua anggota melalui koordinasi online. Tapi karena Luo Ji masih di kampus, tentu banyak waktu yang harus dialokasikan untuk urusan akademik, tidak bisa sinkron sepenuhnya dengan Xingxin. Xingxin pun hanya bisa mengatur hal-hal penting di waktu yang memungkinkan bagi Luo Ji untuk ikut, lalu berkomunikasi via internet. Seperti sekarang, meski Luo Ji tidak hadir fisik, di posisinya ada laptop yang sedang mengikuti rapat via video call, menciptakan atmosfer aneh.
"Masalah ini tidak bisa dijelaskan terlalu banyak, intinya harus diatasi sendiri. Menurut pengalamanku, saat bertanding usahakan untuk konsentrasi penuh, jangan terlalu banyak mikir, itu akan membantu." Kata Ye Xiu.
"Iya iya..." Suara Luo Ji keluar dari laptop. Semua yang melihatnya menunjukkan ekspresi aneh.
"Pertandingan kedua dimainkan oleh Baozi. Baozi, lihat penilaian orang terhadapmu: 10 sampai 0, tahu artinya?" Tanya Ye Xiu.
"Apa artinya?" Tanya Baozi.
"Artinya awalnya sangat bagus, tapi di akhir jadi jelek." Jelas Ye Xiu.
"Pantasan aku kalah!" Baozi tersadar, meninju telapak tangan kirinya dengan tangan kanan.
"Hmm... Mari kita tonton rekaman pertandingan Baozi!" Ye Xiu membuka rekaman pertandingan Baozi melawan Zhang Wei.
Di layar proyektor muncul adegan besar pertandingan Baozi. Bukan video biasa, ini file rekaman dari program internal Glory. Dengan pemutar khusus, sudut kamera dan kecepatan bisa diubah sesuka hati.
Ye Xiu langsung menarik rekaman ke bagian dimana Baozi bertemu Zhang Wei.
Zhang Wei memulai dengan Molotov Cocktail, Baozi langsung menerjang dengan Knee Strike Kuat...
Di paruh pertama, Zuo Chenrui memberikan nilai 10 untuk Baozi. Apa itu nilai 10? Performa sempurna tanpa celah sedikitpun baru bisa disebut 10. Jika penilaian ini dilakukan oleh siapapun, nilai 10 sangat mustahil muncul. Tapi bagi Zuo Chenrui yang bisa memberikan nilai 10.000 untuk kecantikan, apa arti 10? Di sisi ini dia sangat royal, setotal saat dia menghujat orang.
10 poin...
Ye Xiu memegang koran, sejenak bingung harus mulai dari mana. Baozi dan Tang Rou sama-sama pemain Glory baru yang mulai dari Server 10. Dua kanvas kosong yang Ye Xiu saksikan sendiri terisi penuh. Adegan Tang Rou jelas garisnya, logikanya terstruktur rapi. Setiap coretan Ye Xiu bisa melihat logika dan pemikiran di baliknya. Tapi Baozi... adegan Baozi adalah lukisan abstrak legendaris. Strategi dan logikanya jarang bahkan tak pernah mirip dengan pemain Glory normal, tapi kadang justru memberi efek tak terduga.
Seiring peningkatan skill Baozi, bahkan Ye Xiu pernah terkecoh saat latihan bersamanya. Ye Xiu terus berusaha memahami logika Baozi, seperti rutin menganalisis ulang rekaman latihan bersama, meminta Baozi menjelaskan bagian-bagian yang tak masuk akal.
Banyak bagian yang juga membuat Baozi menggaruk kepala, jelas sudah lupa pemikiran dan ide saat itu. Ini bukan karena Baozi aneh, duel Glory memiliki ritme sangat cepat, banyak operasional dilakukan tanpa berpikir, reaksi dan pertimbangan muncul secara bawah sadar. Pemain yang bisa mengingat setiap detail dalam duel secara utuh sangat langka. Di Xingxin, pemain yang mampu melakukan ini bernama Luo Ji, sama sekali bukan Baozi.
Meski tidak semua jawaban didapat, dari beberapa bagian yang bisa dijelaskan Baozi, setelah mendengarkan, Ye Xiu mulai merasa tenang secara bertahap.
Bukan berarti Baozi tidak memiliki logika, tapi logikanya lebih tidak terduga. Ini adalah imajinasi dan kemampuan observasi bawaan, sangat mirip dengan Wang Jiexi di masa lalu. Perbedaannya, Baozi baru mengenal Glory selama lebih dari setahun, sedangkan Wang Jiexi sudah bermain Glory jauh lebih lama sebelum menjadi atlet profesional, dasar Glory-nya jauh lebih solid dibanding Baozi.
Karena itu, ketidakpastian Wang Jiexi akurat, tajam, dan misterius sehingga dijuluki "Penyihir".
Sementara Baozi, terbatas oleh kemampuan dasarnya, terkadang imajinasinya terjebak dalam sudut pandang sempit, akhirnya melakukan kesalahan yang kekanak-kanakan.
Menyelesaikan masalah Baozi sampai tuntas membuat Ye Xiu tak bisa menahan desahan. Jika saja Baozi bisa mengenal Glory lebih awal dan memiliki periode pertumbuhan yang lebih panjang, pasti saat ini dia akan jauh lebih menakutkan. Namun memulai sekarang, dia tetap terbentur oleh permulaan yang terlambat. Meski Baozi punya bakat yang cukup baik, lingkungan ini bukan lagi game online. Dibandingkan Glory versi game online, Liga Profesional dipenuhi oleh para talenta berbakat. Sedangkan para pemain yang dijuluki "dewa" adalah yang terbaik di antara kumpulan talenta tersebut.
Setiap yang direkrut Ye Xiu ke Xingxin memiliki potensi tertentu. Namun di bidang Glory, masing-masing memiliki keterlambatan karena berbagai alasan. Sun Xiang, Tang Hao - Shen papan atas generasi baru liga - saat ini baru berusia 20 tahun, lebih muda dari Tang Rou dan Baozi. Namun mereka sudah menjadi pemeran utama era ini.
Ye Xiu juga kerap berpikir: Jika saja ditemukan lebih awal, atau mereka mulai tertarik pada Glory dan memulai latihan yang ilmiah dan sistematis sejak dini, mungkinkah saat ini mereka juga sudah menjadi bagian dari puncak piramida?
"Sayangnya, tidak ada 'jika', semua hanya bisa dibayangkan saja." Ye Xiu sekarang hanya bisa membantu para penerus ini tumbuh lebih cepat semampunya. Tapi untuk Baozi, bantuan yang bisa diberikan Ye Xiu semakin terbatas. Gaya bermain Baozi sangat unik, ini adalah bakat khususnya. Jika Ye Xiu memaksakan logika teknik standar Glory padanya, itu akan menghapuskan bakat alaminya. Membiarkan Baozi mengekspresikan keunikannya adalah hal yang bahkan Ye Xiu tidak bisa beri masukan. Seperti pepatah, selanjutnya tergantung pada takdir Baozi sendiri.
Jadi yang sering Ye Xiu lakukan sekarang adalah membantu Baozi mengurangi kesalahan. Situasi jelas yang terjebak dalam jalan buntu akan diingatkannya, agar tidak terulang lagi.
Dalam duel melawan Zhang Wei, paruh pertama Baozi bermain sangat kreatif, tapi paruh kedua kembali biasa-biasa saja dengan bertarung langsung. Saat ditanya alasannya, jawaban Baozi benar-benar tak terbantahkan.
"Aku HP-nya banyak!" kata Baozi.
Seluruh ruangan terdiam. Ingin tertawa, tapi merasa tidak ada yang lucu. Keunggulan di babak pertama menciptakan jarak HP, di babak kedua tidak menggunakan taktik lagi, langsung bertukar serangan frontal - ini logika yang sangat ilmiah dan ortodoks. Bahkan Master Aliran Licik Fang Rui juga menggunakan logika serupa saat melawan Zhou Guangyi di arena pertandingan: Setelah berhasil menggunakan skill besar CD dua kali untuk merebut keunggulan HP, langsung menghadapi Zhou Guangyi secara frontal.
"Hmm, ini..." Ye Xiu juga ragu sejenak, menunda pertandingan ke fase tengah. "Baiklah, mari kita lihat duelmu setelah HP-mu banyak dengannya."
HP masih banyak, tapi akhirnya kalah dari Zhang Wei, ini menunjukkan Baozi masih punya banyak masalah di tahap ini. Rapat strategi bukan sesi ceramah Ye Xiu, semua bebas berpendapat. Beberapa pemain baru dan Qiao Yifan lebih banyak diam, Su Mucheng lebih sering menyimak, baru angkat bicara kalau ada poin yang terlewat - hari ini belum ada kesempatan seperti itu. Ye Xiu juga bukan pembicara utama, setelah memulai analisis paruh kedua pertandingan, giliran Wei Chen dan Fang Rui yang berdebat seperti komedi duo.
"Di sini, di 2 menit 41 detik di sana, ragu-ragu! Langsung lempar bata ke kepala, benar kan?" Wei Chen menunjuk ke layar proyektor pertandingan, nada dan ekspresinya sama sekali tidak seperti sedang mendiskusikan teknik dan strategi, tapi lebih mirip mengajari cara berantem ala Rogue.
"Betul kata bos!" Baozi kembali meninju telapak tangan kirinya dengan tangan kanan, gerakan ini jadi kesukaannya belakangan.
"Ragu-ragu masih bisa dimaklumi, tapi kenapa malah backstep mundur? Harusnya langsung pakai Lan Shan Hu!" kata Fang Rui.
"Tidak juga, setelah backstep harus langsung pakai Knee Strike Kuat, juga sangat kuat," bantah Wei Chen.
"Knee Strike Kuat? Nanti langsung dibungkam Shadow Cloak lawan," kata Fang Rui.
"Makanya harus backstep dulu untuk menghindari Shadow Cloak, baru serang balik," jawab Wei Chen.
Fang Rui tertegun sejenak sebelum tersadar: "Sial, Knee Strike Kuat belum dipakai, mana mungkin ada Shadow Cloak?"
"Anak muda, taktik prediksi lawan itu dasar!" cetus Wei Chen.
“Dasar kau!” Fang Rui jelas tidak mau mengalah pada senior yang tidak tahu batas itu, “Baozi jangan didengerin, langsung Lan Shan Hu, pasti bisa ngejatuhin dia.”
“Cih!” Wei Chen meludah, “Baozi, percaya sama Lao Fu, di sini lakukan backstep dulu baru keluarin Knee Strike Kuat, perhatikan gerakan lawan, serang dengan memanfaatkan perbedaan waktu, pasti bikin mereka kaget setengah mati.”
“Kejutan, aku suka itu!” Baozi berseru girang.
“Hmm-hmm.” Wei Chen mengangguk dengan ekspresi puas, “Ritme, yang harus diperhatikan adalah ritme.”
“Baozi.” Ye Xiu memanggil.
“Hah?” Baozi menoleh ke bosnya.
“Di sini ragu-ragu, lain kali jangan begitu, reaksi harus lebih cepat.” Ye Xiu menasihati.
“Oke.” jawab Baozi.
“Hmm, cukup.” Ye Xiu mengangguk.
