Diskusi tentang pemilihan posisi selesai. Selanjutnya, wasit memberi kartu kuning pada Mo Fan yang dingin dan tabah. Mo Fan mencoba menyesuaikan diri, tapi wasit menganggapnya sebagai gangguan. Kartu kuning kedua diberikan, dan Mo Fan diusir dari arena.
"Tentang aturan, sudah kau jelaskan padanya ya, Mu Cheng?" Tanya Ye Xiu.
"Sudah." Jawab Su Mucheng sambil tersenyum.
“Hmm, itu sudah cukup.” Ye Xiu mengangguk, tidak meminta Mo Fan untuk menyatakan sikap atau apapun, langsung mengakhiri pertandingan ini, "Kita lihat pertandingan berikutnya."
Pertandingan berikutnya adalah penampilan spektakuler Tang Rou dalam 1 vs 2. Karena ini pertandingan yang dimainkannya sendiri, kali ini partisipasi Tang Rou jelas lebih aktif. Dia tidak seperti Baozi yang bingung situasi. Logika yang jelas memungkinkannya menyerap pembelajaran terbanyak dari review pertandingannya sendiri.
Setelah Tantangan Rookie, dilanjutkan dengan pertandingan tim. Setiap konfrontasi di medan perang, kinerja setiap pemain - baik dari Xingxin maupun Hundred Blossoms - semuanya dianalisis dengan serius.
Proses review berlangsung sepanjang pagi, yang tergolong cukup cepat. Dalam pertandingan kali ini, memang ada beberapa ronde yang minim materi analisis. Seperti pertarungan Ye Xiu melawan pemain baru Hundred Blossoms Zeng Xinran, dua pertandingan Fang Rui, dan satu pertandingan Mo Fan - relatif lebih sedikit kontennya. Ditambah lagi ini adalah kemenangan telak Xingxin. Kemenangan biasanya berarti lebih sedikit masalah yang terungkap. Meskipun kesalahan lawan bisa jadi pelajaran, fokus utama tetaplah mengidentifikasi dan memperbaiki kelemahan internal. Seperti masalah kegugupan Zeng Xinran dari Hundred Blossoms, hal semacam ini tidak perlu terlalu ditekankan oleh Xingxin.
Sedangkan pertandingan babak pertama yang di-counter Lun Hui, masalah yang terungkap sangat banyak. Review untuk pertandingan babak pertama yang dilakukan Senin lalu, Xingxin mengerjakannya dari pagi sampai malam.
Pagi hari setelah evaluasi selesai, siangnya langsung latihan rutin. Hidup atlet profesional memang repetisi membosankan seperti ini, setiap hari melakukan hal yang kurang lebih sama. Gairah dan semangat membara harus disimpan untuk dilepaskan di malam Sabtu itu.
Di hari tanpa pertandingan, yang bisa dilakukan pemain hanyalah mengunyah kenangan dan berharap. Di babak kedua, pertarungan Xingxin vs Hundred Blossoms benar-benar menyedot perhatian. Namun secara objektif, pertandingan tandang Thunderclap melawan Void yang dipilih siaran langsung sebenarnya juga berkualitas tinggi.
Di pertandingan ini, Thunderclap sempat unggul di pertandingan individual melalui Dai Yanqi, tapi kemudian dengan cepat kalah di dua pertandingan individual berikutnya dan arena pertarungan.
Tertinggal 1-4 dengan kekalahan beruntun tanpa perbaikan, Thunderclap tampak di ambang kehancuran. Void sepertinya akan merampas kemenangan besar di tandang. Tapi tak ada yang menyangka, Thunderclap melakukan comeback epik di pertandingan tim, mengalahkan Void dan merebut 5 poin tim, akhirnya menang 6-4.
Proses dramatis seperti ini pantas mendapatkan siaran langsung, namun komentator malah setengah hati dalam menyiarkan, sering mengalihkan topik ke pertandingan Xingxin vs Hundred Blossoms. Tak heran beberapa penonton protes.
Komentar pasca pertandingan didominasi pembahasan Xingxin vs Hundred Blossoms. Namun media profesional seperti Esports Weekly tetap memberikan liputan komprehensif dengan ulasan mendalam tentang pertandingan Thunderclap vs Void.
Wartawan yang menulis laporan pertandingan ini dan komentator tamu sepakat menyoroti perubahan Tim Thunderclap musim ini: mereka menjadi lebih percaya diri.
Di pertandingan pembuka meraih 7 poin, lalu 6 poin di pertandingan ini, Thunderclap saat ini mengumpulkan 13 poin dan berada di peringkat 7 klasemen. Awal yang bagus. Jika bisa mempertahankan stabilitas ini, tiket masuk playoff sepertinya bukan masalah.
Yang khusus disoroti adalah performa Thunderclap dalam pertandingan tim. Sejak dipimpin master strategi Xiao Shiqin dulu, Thunderclap memang lebih unggul dalam pertarungan tim besar. Musim ini dengan kembalinya Xiao Shiqin, dia dengan mulus menyatukan rekan setim lama yang telah berkembang dan anggota baru, membentuk tim yang solid. Guild He Wu dan Void yang pernah bertanding mengakui pertarungan tim Thunderclap kini semakin sulit dihadapi.
Tentu ada juga yang berpendapat ini karena musim lalu Thunderclap tanpa Xiao Shiqin mengalami penurunan level tim. Perbandingan "peningkatan" ini relatif terhadap musim sebelumnya. Dibandingkan era Xiao Shiqin sebelumnya, belum tentu lebih baik.
Lingkup profesional selalu dipenuhi perdebatan tak berujung. Bahkan Xingxin yang menang telak di satu pertandingan, tetap ada yang membandingkan dengan performa tersapu bersih di babak pertama.
Satu ronde tersapu bersih, satu ronde menang telak - hasil yang fluktuatif ini menjadi bukti nyata ketidakstabilan performa!
Perdebatan ini membutuhkan jawaban dari pertandingan ketiga.
Seminggu berlalu, tibalah Liga babak ketiga. Dengan persiapan dari dua babak sebelumnya, babak ketiga terlihat jauh lebih ramai. Xingxin yang mengalami pasang surut besar, bagaimana performa mereka di babak ini? Sementara Howling yang tampil lebih solid dalam tim, bisakah mempertahankan kemenangan beruntun dalam pertarungan tim? Perhatian pada dua tim ini berlanjut dari dua babak sebelumnya, namun di babak ketiga, kedua tim ini pasti bukan jadi pemeran utama. Karena di babak ini, akhirnya muncul konfrontasi puncak yang tak terbantahkan. Seberapa banyak pun topik tentang Xingxin dan Thunderclap di dua babak awal, mereka takkan bisa mengalihkan perhatian orang dari pertandingan satu ini.
Liga Profesional Glory Musim Kesepuluh Babak Ketiga, Tim Lun Hui menjamu Tim Dominant Hero di kandang sendiri.
Juara musim lalu vs runner-up musim lalu, tabrakan dahsyat bak meteor menghantam bumi, sudah terjadi di babak ketiga liga! Adakah pertandingan yang bisa menyaingi duel ini? Tidak, sama sekali tidak!
Bahkan para atlet profesional sendiri banyak yang memantau pertandingan ini. Mereka memang kelompok yang paling mencintai Glory, tentu senang menyaksikan duel seru.
Sebelum pertandingan babak ketiga, di ruang persiapan Tim Micrograss, Liu Xiaobie asyik mengutak-atik ponselnya hingga akhirnya ketahuan oleh kapten Wang Jiexi.
Ekspresi Liu Xiaobie langsung berubah kaku. Dengan hati-hati ia berusaha menyembunyikan ponselnya tanpa menarik perhatian, gerak-geriknya penuh kecanggungan.
"Sedang apa?" Wang Jiexi akhirnya melontarkan pertanyaan itu.
Ruang persiapan tiba-tiba hening, banyak orang memandang ke arah sini. Apa yang ingin dilakukan Liu Xiaobie, beberapa orang sudah tahu. Si pemalas ini hanya ingin menonton pertandingan Lun Hui vs Dominant Hero di sela-sela laga, wajar saja semua penasaran dengan duel di pertandingan itu.
Tapi jika itu sang Kapten, meski penasaran pasti bisa mengendalikan emosi dengan baik. Dia takkan terganggu konsentrasinya saat sedang bertanding, dan tentu tak ingin melihat anggota Micro Grass terpecah fokus.
"Matikan ponselmu." Wang Jiexi tidak banyak bertanya, hanya memberi perintah dengan nada biasa.
Liu Xiaobie mengeluarkan ponsel dengan wajah lesu, lalu mematikannya.
Sorot mata Wang Jiexi menyapu setiap anggota tim satu per satu. Yang tertatap pandangannya spontan berdiri: "Lawan kita kali ini adalah Ming Qing, meski bukan tim kuat, kita tak boleh lengah sedikitpun."
"Siap!" serentak semua anggota menjawab.
"Baik, maju!" Perintah Wang Jiexi menggema. Pasukan Micro Grass berjalan keluar ruang persiapan. Liu Xiaobie meraba ponsel dalam saku, akhirnya melepaskannya sepenuhnya.
Fokus pada pertandingan!
Dia menguatkan hati sambil menegakkan postur, menyusul langkah rekan setim.
Tiap pertandingan yang berlangsung paralel seolah terpengaruh benturan puncak ini. Bahkan dalam konferensi pers pra-laga, wartawan kerap melontarkan pertanyaan menyimpang tentang pandangan atas duel ini.
"Konferensi pers pra-pertandingan Xingxin, ada wartawan yang meminta Ye Xiu membuat prediksi. Para veteran Dominant Hero tentu sangat familiar baginya. Bagaimana dengan Lun Hui? Akun Yizhiyeqiu dan ikatan dengan Ye Xiu, masih perlu dijelaskan lagi?"
"Coba prediksi skor akhirnya!" Wartawan itu terus mendesak Ye Xiu.
"10 banding 0." Jawab Ye Xiu.
"Wah!" Semua wartawan terkejut. Selisih poin sebesar itu, tim mana yang begitu diyakini Ye Xiu?
"Tim mana yang 10, mana yang 0?" Seseorang buru-buru bertanya, merasa ini pasti topik panas.
"Terserah." Ye Xiu tersenyum.
"Se... sesuka hati?" Semua orang terdiam, bingung dengan situasi ini.
"Ini... ini tidak bisa asal!" Protes wartawan yang tadi mendesak.
"Kamu sendiri yang bilang, cukup prediksi skor." Ye Xiu masih tersenyum.
"Aku..." Wartawan itu terpaku, hanya bisa melihat para pemain Xingxin meninggalkan ruang konferensi.
Lawan Xingxin kali ini adalah Tim Zhao Hua. Setelah dua babak, akhirnya bertemu lawan yang tidak terlalu kuat. Hasilnya langsung memicu komentar: "Emas asli perlu dibakar, pertandingan ini belum membuktikan apa-apa. Xingxin masih perlu diuji oleh tim kuat."
"Komenter macam apa ini!" Edisi Jumat Esports Weekly penuh prediksi semacam itu. Chen Guo geram sambil membanting koran, mengingat betul nama komentator tersebut: Cheng Jianbo.
“Ini tidak ada apa-apa!” Ye Xiu tersenyum melihat ketidakpuasan Chen Guo, "Setidaknya ini membuktikan di mata sebagian orang, kita sudah lebih kuat dari Tim Zhaohua. Tidak pantas lagi dibandingkan dengan mereka."
“Kekanak-kanakan!” kata Chen Guo.
“Benar, sangat kekanak-kanakan.” Ye Xiu mengangguk setuju, lalu memandang semua anggota di ruang persiapan.
“Dari analisis terhadap Zhaohua minggu ini, saya yakin kalian sudah melihat sendiri. Meski peringkat Liga mereka tidak pernah terlalu tinggi, mereka sama sekali bukan lawan yang mudah. Fokuslah pada pertandingan, jangan memikirkan hal lain.” Ye Xiu melanjutkan. Di babak pertama, Xingxin disapu bersih dan menjadi bahan perbincangan. Di babak kedua, kemenangan telak mereka kembali memicu diskusi publik. Akumulasi topik seperti ini sebenarnya membebani pemain, terkadang tanpa sadar mempengaruhi mental mereka - terutama bagi pemain baru yang masih minim pengalaman menghadapi tekanan seperti ini.
“Mengerti!” Saat ini, semua anggota tim menjawab Ye Xiu dengan penuh semangat.
Babak ketiga Liga, Tim Xingxin bertandang ke kandang Zhaohua. Setelah 1 jam 23 menit pertarungan sengit, skor akhir di papan skor elektronik kandang Zhaohua tertahan di angka 3-7.
“Maaf...” Tang Rou berbisik kepada rekan setimnya di ruang persiapan, sesaat sebelum konferensi pers.
