Tim Xingxin, setelah Tang Rou, tiga pemain All-Star juga memulai latihan tim yang keras setelah mempelajari rekaman. Tim-tim lain kesulitan beradaptasi dengan kelas Loner Qianji San yang belum pernah mereka temui sebelumnya. Mereka hanya bisa mengumpulkan EXP dari sedikit pertempuran langsung, rekaman duel, dan imajinasi. Tapi Xingxin bisa berkolaborasi langsung dengan Loner Qianji San yang turun tangan sendiri untuk memahami, beradaptasi, dan mengenal kelas asing ini.
Menariknya, dalam hal ini Su Mucheng dan Fang Rui justru terlihat lemah. Tang Rou, Baozi, Qiao Yifan, bahkan Mo Fan memiliki lebih banyak kesempatan berinteraksi dengan Jun Moxiao. Khususnya Tang Rou dan Baozi, bagi mereka, entah orang lain punya Loner seperti ini atau tidak, yang pasti di sisi mereka selalu ada kelas ini yang bertempur bersama. Mereka paling cepat berintegrasi dengan Loner, bahkan saat ini menjadi pemain yang memiliki chemistry terbaik dengan Ye Xiu dalam kerja sama tim.
Qiao Yifan, yang berasal dari latar belakang sistem, sudah memiliki basis dan kemampuan teknik yang cukup ketika bergabung dengan Xingxin. Loner merupakan konsep yang sama sekali baru baginya, namun penerimaannya mengharuskan penghancuran sistem Glory yang sudah mapan dalam pikirannya. Meski sering bertempur di samping Jun Moxiao, chemistry-nya masih relatif lebih lemah dibandingkan Tang Rou dan Baozi.
Selanjutnya, ada Luo Ji dan An Wenyi. Luo Ji sebenarnya seperti kanvas kosong yang bisa menerima Jun Moxiek, namun masalahnya adalah keterampilannya yang tertinggal sejak awal membuatnya tak mampu bertarung sejajar. An Wenyi yang bergabung lebih terlambat menghadapi masalah serupa dengan Qiao Yifan - harus menghancurkan persepsi mapan untuk menerima kelas baru ini, ditambah kelemahan teknis yang memperlebar jarak.
Yang ketiga tentu saja Mo Fan, pahlawan penyendiri ini. Butuh usaha ekstra untuk membuatnya beradaptasi dengan kerja tim, apalagi menyesuaikan diri dengan Jun Moxiek. Masih panjang jalan yang harus ditempuh.
Namun semua ini masih lebih baik dibandingkan Su Mucheng dan Fang Rui yang baru resmi bergabung dengan Xingxin di musim ini.
Tapi kemampuan teknik, EXP, dan kesadaran kedua orang ini memang tak diragukan. Setelah mulai intensif berlatih di bidang ini, penguasaan mereka berkembang sangat pesat.
Tang Rou sedang berlatih keras, tiga All-Star juga berlatih keras, anggota lain apa alasan untuk bersantai? Seluruh tim Xingxin mulai berlatih intensif. Luo Ji yang tidak berada di markas tim karena harus mengurus studi, terpecah konsentrasinya dan sama sekali tidak bisa mengikuti ritme latihan Xingxin saat ini, membuatnya sangat cemas. Sebaliknya, An Wenyi yang juga memiliki tanggungan kuliah justru lebih tegas - dia bahkan mengajukan cuti studi untuk fokus menjadi atlet profesional.
"Bagaimana cara meyakinkan orang tuamu?" Chen Guo pernah bertanya, menurutnya keputusan seperti ini bagi seorang pelajar, bagian tersulit mungkin justru mendapatkan persetujuan keluarga.
"Menyerahkan bonus Tantangan Rookie kepada mereka," jawab An Wenyi.
Tenang, rasional, akurat!
Inilah ciri khas An Wenyi yang tekniknya biasa-biasa saja tapi ditemukan kembali oleh Ye Xiu dari game online.
Seluruh tim sibuk berfokus, waktu latihan Glory meningkat secara signifikan. Hal ini membuat Guan Rongfei gelisah. Sang teknisi yang biasanya jarang keluar kamar ini sekarang sering mondar-mandir ke ruang latihan, bergoyang-goyang di belakang Ye Xiu sambil sesekali membersihkan tenggorokan. Dia juga ingin segera menyelesaikan penelitian Qianji San, seringkali membutuhkan akun Jun Moxiao untuk mempelajari senjata itu. Namun peningkatan waktu penggunaan akun untuk latihan Ye Xiu telah mengurangi waktu risetnya, membuatnya semakin frustasi.
Inilah alasan mengapa klub elite sering membuat dua atau bahkan tiga Equipment silver - untuk memudahkan penelitian departemen teknis tanpa mengganggu kedua belah pihak.
Dengan latar belakang keuangan Xingxin, tingkat konsumsi material Qianji San, membuat produksi cadangan khusus untuk penelitian jelas tidak realistis.
Di hari-hari tanpa akses ke kartu akun untuk meneliti Qianji San, Guan Rongfei terpaksa mengalihkan lebih banyak perhatiannya ke kelas-kelas lain. Peralatan kelas lain jauh lebih sederhana baginya dibanding Qianji San. Terutama seperti Muyu Chengfeng yang equipment silver-nya telah ia teliti bertahun-tahun. Musim lalu, atas instruksi klub, strategi peningkatan ke level 75 dihentikan. Tapi sekarang, ia kembali melanjutkan penelitian ini hampir tanpa perlu melihat kartu akun. Untuk equipment yang familiar, imajinasinya saja sudah cukup.
Satu minggu lagi berlalu cepat, babak keempat pertandingan akan segera dimulai. Xingxin menyambut kandang kedua mereka musim ini, dengan penantangnya adalah Tim Dominant Hero yang juga menjadi pusat gosip saat ini.
Latihan seminggu tidak serta-merta menghasilkan lompatan kualitas dramatis. Efek latihan meresap secara diam-diam melalui peningkatan bertahap. Tapi melalui pelatihan intensif ini, setidaknya semangat dan penampilan Xingxin terlihat sangat berbeda - setiap anggota tim bersinar penuh vitalitas.
Latihan intensif ternyata tidak banyak berpengaruh pada anak-anak muda.
Chen Guo memandang semua anggota sambil berpikir.
Tapi, bagaimana denganmu!
Chen Guo menatap Ye Xiu.
Kamu bukanlah orang muda. Untuk membuat semua orang cepat berkoordinasi, kamu juga ikut latihan intensif bersama mereka. Latihan keras seperti ini, apa pengaruhnya terhadap pemain profesional di usia seperti ini? Wei Chen tidak mengikuti ritme latihan seperti itu. Ini membuat Chen Guo tahu, pemain yang sudah berumur mungkin benar-benar tidak bisa dipaksa sekeras itu.
Chen Guo sangat takut. Dia bahkan tidak berani bertanya. Karena dia tahu bertanya pun tidak berguna, meskipun tidak cocok, Ye Xiu tetap harus melakukan ini. Karena Loner hanya bisa dikendalikannya, ini adalah kelas yang tidak bisa menemukan pelatih pendamping.
Selain memberikan doa, Chen Guo tidak bisa melakukan apa-apa lagi.
26 September.
Sehari sebelum pertandingan Babak Keempat Musim Kesepuluh Liga Profesional.
Tim Xingxin masih terus melakukan latihan intensif, tidak seperti tim-tim lain yang melakukan latihan relaksasi sehari sebelum hari pertandingan. Ini agar pemain bisa beristirahat cukup untuk menjaga spirit mereka, sekaligus tetap kontak dengan permainan sehingga tidak canggung.
Xingxin masih berlatih, dengan intensitas tinggi seperti biasa. Relaksasi? Bagi mereka ini tidak bermakna. Saat ini yang mereka butuhkan adalah peningkatan nyata. Satu hari latihan ekstra berarti satu langkah kemajuan. Tanpa kemajuan cukup, beristirahat sehari sebelum pertandingan hanya untuk mengambil napas pun tidak bisa mengubah dinamika pertandingan.
Chen Guo mengamati sejenak di ruang latihan.
Cuaca belakangan ini hanyalah mendung atau hujan lebat singkat. Suhu terkesan tidak tinggi, namun lembap dan pengap. Dua unit AC berdaya besar di ruang latihan menghembuskan angin dingin dengan gila-gilaan, namun beberapa orang di dalamnya sudah berkeringat di dahi meski hanya berlatih.
Ini hanyalah gerakan mengoperasikan keyboard dan mouse. Bagian tubuh yang bergerak pada dasarnya hanyalah dari sendi bahu ke bawah. Tak perlu berlari, tak ada benturan fisik yang melelahkan. Jika sampai berkeringat di dahi, ini sudah termasuk hal yang belum pernah terdengar.
Bunyi ketukan keyboard dan klik mouse bagai rinai mutiara jatuh ke lantai. Atmosfer tegang berirama tinggi di ruang latihan membuat Chen Guo merasa sesak napas. Bertahan menontun sebentar, diam-diam ia mundur dari ruang latihan.
Saat turun ke lantai satu warnet, Chen Guo mendengar suara bertanya di depan kasir: "Apakah Ye Xiu ada di sini?"
Menuruni beberapa anak tangga lagi, Chen Guo melihat ekspresi ketakutan dan panik di wajah gadis resepsionis. Tiba-tiba teriakan shock bergema di warnet, disusul satu demi satu.
Chen Guo keluar dari lorong tangga. Di depan kasir terlihat empat orang berdiri, sementara tamu warnet yang tak terhitung jumlahnya sudah membondong meninggalkan komputer mereka.
Han Wenqing, Zhang Xinjie, Zhang Jiale, Lin Jingyan... Tim Dominant Hero, empat pejuang handal yang dijuluki secara klise sebagai Empat Raja Langit, membelalak berdiri di depan meja resepsionis Warnet Xingxin.
Tamu warnet yang mengenali mereka langsung menjadi gila.
Hal semacam ini, jika terjadi dua tahun lalu, pasti tidak akan pernah terwujud.
Pada masa itu, Chen Guo masih merupakan penggemar berat Jia Shi, Warnet Xingxin masih jadi tempat favorit penggemar setia Jia Shi. Pemain Dominant Hero berani muncul di depan kasir warnet Xingxin? Jika fans serbuk bertindak impulsif, akibatnya tak bisa diprediksi.
Tapi sekarang berbeda. Sejak Chen Guo beralih dari penggemar menjadi anti, Warnet Xingxin bukan lagi basis penggemar Jia Shi. Yang masih datang hanyalah fans tenang dan rasional, bertemu orang Dominant Hero pun tak akan bermasalah.
Kini, mayoritas pengunjung warnet Xingxin justru fans Xingxin sendiri. Hal ini memaksa Chen Guo menambah pintu di tangga menuju lantai dua, serta membangun pintu keluar di belakang gedung yang langsung menghubungkan markas lantai atas dengan jalan.
Menjadi penggemar itu membahagiakan, tapi kadang juga menyebalkan!
Setelah Su Mucheng resmi pindah ke Xingxin, pernah ada pria tak dikenal membawa buket mawar untuk mengungkapkan cinta, sampai Chen Guo hampir menelepon polisi. Di saat seperti ini, Wei Chen yang beraura dunia persilatan dan Baozi justru memberi rasa aman pada Chen Guo.
Empat Raja Langit Dominant Hero langsung dikepung fans bersemangat.
Tampil terbuka di warnet, empat dewa ini terlalu ceroboh.
Untungnya tak ada tindakan berlebihan. Kebanyakan hanya menonton, yang berani mencoba minta tanda tangan, yang rakus minta foto bersama. Semua akhirnya kembali ke tempat masing-masing setelah Han Wenqing mengerutkan kening.
“Chen Guo baru menyadari, para veteran Dominant Hero berani muncul langsung di warnet bukan tanpa alasan. Skill intimidasi Han Wenqing tidak punya cooldown, bisa dipicu kapan saja.”
Ini pertama kalinya Chen Guo bertemu Kapten Dominant Hero yang telah membimbing tim selama sepuluh tahun dari jarak sedekat ini. Dua tahun lalu, pria ini adalah musuh bebuyutan yang membuatnya sakit hati! Empat gelar berturut-turut Jia Shi tumbang di tangannya, benar-benar sosok yang paling dibencinya.
Tapi sekarang, Jia Shi sudah jadi angin lalu. Semangat para veteran Dominant Hero juga dia kagumi. Musim lalu saat dikalahkan Lun Hui, dia hampir menitikkan air mata.
Saat berinteraksi dengan orang lingkup profesional, Chen Guo selalu mengingatkan diri untuk menjaga aura sebagai bos Xingxin. Tapi di hadapan Han Wenqing ini, lebih baik tidak usah paksakan aura. Inilah orang yang berani menyuruh bos minggir dari ruang latihan.
“Cari Ye Xiu ya?” Chen Guo menyapa duluan.
“Hmm, apa dia ada?” Han Wenqing bertanya.
“Ikutlah aku!” Chen Guo mengajak keempat orang naik ke lantai atas, sambil mengamati ketiga Shen lainnya. Zhang Xinjie, rambut dan pakaiannya sangat rapi, berkacamata, tatapannya fokus ke depan tanpa melirik sembarangan. Zhang Jiale, tampak enerjik namun menyimpan aura melankolis - apakah karena terlalu sering jadi runner-up? Pikiran Chen Guo tak bisa menghindar. Lin Jingyan, mantan Rogue Nomor Satu, justru terlihat sangat sopan berbeda dari Wei Chen atau Baozi yang beraura dunia persilatan. Saat menyadari pandangan Chen Guo, ia tersenyum dan mengangguk ramah.
