Baru beberapa saat serangan dimulai, hanya tiga kali serangan digunakan. Di atas lukisan pemandangan pedesaan indah itu kini sudah ada tembok compang-camping berlubang besar, tumpukan api membara, plus awan jamur yang naik-turun.
Matahari terbenam di barat, pemandangan tenang senja yang indah, dalam sekejap sudah lenyap. Penampilan Leng An Lei milik Lin Jingyan yang merangkak keluar dari kepulan asap dengan wajah memelas, semakin menambah nuansa tragis pada lukisan tersebut.
Tapi semuanya belum berakhir, serangan Muyu Chengfeng datang bertubi-tubi, mendorong Leng An Lei melompat-lompat dan berlarian menghindar. Tak lama kemudian, empat lokasi di map hancur berantakan. Map ini sebenarnya sangat indah, tapi Artillery God justru menjadi elemen perusak di sini – padahal ini adalah map favorit Su Mucheng...
Lin Jingyan sekarang bahkan tak sempat mengkritik. Situasinya terlalu pasif, sambil terus berputar-putar di map, nyaris tak menemukan tempat persembunyian yang layak untuk sekadar mengambil napas. Segala sesuatu di map ini seolah tak berarti di hadapan tembakan meriam Artillery God.
Desa kecil yang rapuh!
Ini satu-satunya kekaguman yang tersisa di benak Lin Jingyan sekarang.
Akankah kalah seperti ini?
Lin Jingyan tak bisa menepis pikiran itu. Jika kalah, media, wartawan, kritikus, pemain – banyak orang akan kembali menyoroti "ketuaannya".
Sebenarnya, perlu kalian ikut campur? Kondisi diri sendiri, jauh lebih kusadari daripada siapapun. Tua? Tua apanya? Aku bahkan belum 30 tahun!
Sifat Lin Jingyan cenderung tenang. Menghadapi berbagai tuduhan dan provokasi, ia biasanya tidak memberikan respons yang keras. Namun, diamnya bukan berarti tidak ada pikiran. Lin Jingyan merasa dirinya masih mampu, masih bisa bertarung.
Apakah benar masih bisa bertahan, atau... ketidakrelaan yang mendorongku membuat pernyataan seperti ini? Terkadang Lin Jingyan sendiri tidak yakin, tapi ia tetap mempercayai instingnya saat bertanding.
Pertarungan kali ini sangat sulit. Tapi, ini sama sekali bukan karena masalah usianya.
Gempuran yang diluncurkan Su Mucheng di peta ini sangat terkoordinasi. Setiap sudut adegan berpotensi menjadi pendukung serangannya. Sementara Lin Jingyan memang kurang familiar dengan peta ini. Tapi sekarang, familiaritas sudah tak berguna. Adegan di peta ini hampir seluruhnya hancur.
Pasti Fang Rui si bocah itu. Lin Jingyan bisa menebak, tapi "pengkhianatan" seperti ini wajar. Ia juga memberikan banyak informasi tentang Fang Rui ke pihak Dominant Hero, mungkin lebih banyak daripada info Fang Rui tentang dirinya. Bagaimanapun, ia menyaksikan Fang Rui tumbuh dari mentah yang berliku-liku memilih kelas Thief. Memandang dari atas selalu melihat lebih banyak daripada memandang ke atas.
Benarkah tidak ada celah yang bisa dimanfaatkan?
Lin Jingyan belum menyerah, mengerahkan seluruh kebijaksanaan Glory yang terakumulasi selama delapan tahun lebih.
Asap pekat, asap pekat, asap pekat...
Area yang dihancurkan oleh Artillery God dipenuhi asap tebal.
Lalu, arah angin di peta ini...
Lin Jingyan mengamati setiap detail. Di belakangnya, tembakan terus menggema, Su Mucheng mengejar dengan ketat.
Lin Jingyan mengoperasikan Leng An Lei melewati asap tebal. Seperti efek Smoke Bomb, Leng An Lei yang melewati kabut itu tiba-tiba menghilang dari pandangan.
Su Mucheng segera menyesuaikan posisi Muyu Chengfeng.
Di area ini, dua titik membentuk garis lurus... Lin Jingyan menghitung sambil terus menggerakkan Leng An Lei.
Masih belum terlihat?
Su Mucheng menggeser Muyu Chengfeng untuk memperluas sudut pandang, tapi Leng An Lei tetap tak terlihat.
Langkah selanjutnya, bisa lewat sini... terhantam setengahnya, agak rendah, jika jongkok... akan terlihat kepala. Sayang tidak bisa pakai selip meluncur Penembak! Baiklah, harus boros skill...
Tiba-tiba Leng An Lei mengeluarkan Overpowering Combo Fist ke arah kosong tanpa target.
Skill ini akan menjatuhkan lawan ke tanah lalu menghujani pukulan. Gerakan awal berupa dorongan maju untuk menjatuhkan target. Gerakan terjang ini seperti merangkak maju, mengantarkan Leng An Lei melewati sisa tembok setengah hancur.
Lalu ke sisi ini...
Lin Jingyan terus menghitung dengan cermat.
Su Mucheng kehilangan jejak Leng An Lei, terkejut.
Hilang begitu saja di depan mata? Su Mucheng bingung, hanya bisa mencari tanpa arah.
Penonton adalah yang paling paham situasi. Perspektif penonton memungkinkan mereka tahu bahwa Leng An Lei sedang mengitari ke belakang. Tapi mengapa rute yang dipilih Lin Jingyan tidak terdeteksi oleh Su Mucheng? Meski layar elektronik menampilkan sudut pandang utama Su Mucheng, tanpa kemampuan visualisasi spasial, mustahil memahami prinsip di baliknya.
Dengan ketekunan luar biasa, Lin Jingyan akhirnya berhasil menyelinap ke belakang.
Sorotan kekaguman memecah arena. Fans kandang tersentuh, sementara fans Dominant Hero bersorak seperti memenangi undian, meneriakkan yel-yel semangat.
Sebenarnya meski berhasil menyelinap, Lin Jingyan masih jauh dari kemenangan. Sekali serangan dari belakang pun belum tentu mampu menutup jarak kekuatan antara dirinya dan Su Mucheng saat ini.
"Terlalu lama pasif!" Lin Jingyan sadar betul. Kesempatan langka ini dihargainya mati-matian. Dengan hati-hati, Leng An Lei bergerak sunyi tanpa suara.
Knee Strike Kuat!
Serangan akhirnya dilancarkan. Leng An Lei yang menghilang dari pandangan Su Mucheng tiba-tiba muncul di belakang Muyu Chengfeng. Lutut menghantam punggung, sementara tangan kanan sudah mencengkeram bata - setelah benturan, bata menghujam. Muyu Chengfeng kehilangan HP dan terkena efek pusing.
Kombo dimulai!
Segmen pertama, kedua, ketiga...
Statistik sistem menunjukkan lonjakan jumlah kombo. Lin Jingyan bermain dengan presisi. Akurasi operasional sang veteran masih cukup terjamin. Meski gerakan tangannya lambat, justru lebih stabil.
Segmen kombo yang dinilai sistem bisa langsung mengeliminasi lawan? Itu terlalu berlebihan. Mungkin terjadi jika atlet profesional melawan pemain biasa, tapi mustahil dalam pertarungan setara.
Karena itulah pseudo combo muncul. Dalam menyambungkan serangan, peran pseudo combo sangat krusial.
Kemampuan pseudo combo Lin Jingyan memang luar biasa. Kombo sudah terinterupsi dua kali, tapi berkat sambungan pseudo combo yang cerdik, momentum serangan tetap terjaga.
Face Slap, Upper Hook, Sand Toss, Lan Shan Hu, lalu melempar botol bensin...
Lin Jingyan menyesuaikan gaya serangan sesuai situasi.
Tapi setelah Sand Toss, Lan Shan Hu berikutnya diarahkan ke Muyu Chengfeng yang tiba-tiba menembakkan meriam di udara.
Recoil kuat mengubah posisi udara Muyu Chengfeng. Namun Lan Shan Hu datang cepat, lengan mengayun menyambar Muyu Chengfeng yang melayang.
Sebuah granat meluncur dari tangan Muyu Chengfeng.
Lin Jingyan mengabaikannya. Dia takkan menghentikan gempuran hanya untuk menghindari serangan ini.
Lan Shan Hu harus mengenai target!
Lin Jingyan menggigit giginya, mouse digerakkan cepat, lengan Leng An Lei berkelebat.
Dor!
Efek ledakan granat menelan tubuh Leng An Lei.
Tidak kena... Serangan Lan Shan Hu ini akhirnya meleset, granat meledak di sekitar Cold Dark Thunder, serangan Muyu Chengfeng menyusul, kontra-serangan dimulai.
Lin Jingyan merasa agak sedih di hati.
Tidak berhasil menahan?
Jika dulu...
Ya, dikalahkan oleh Su Mucheng di awal pertandingan bukan karena masalah usia. Tapi kali ini, kegagalan Lan Shan Hu ini justru karena reaksi dan kecepatan tangannya yang mulai menurun...
Upper Hook, Sand Toss lalu Lan Shan Hu - kombo ini sudah mulai meninggalkan celah?
Menyadari ketidakmampuan diri sendiri dalam pertempuran sungguhan adalah hal yang menyedihkan. Terutama ketika ketidakmampuan itu tak lagi bisa diperbaiki, menyadarinya mungkin berarti selamanya takkan mampu. Ini akibat waktu, tak ada yang bisa membalikkan jarum jam.
Cold Dark Thunder mulai terpojok lagi.
Lin Jingyan yang menyadari kelemahannya mulai kehilangan fokus. Dia gagal merebut kembali kendali, pertandingan individual pertama dimenangkan oleh Su Mucheng.
Gemuruh tepuk tangan memenuhi stadion.
Penggemar yang tidak terorganisir pun bisa bersatu padam menyalurkan semangat di momen seperti ini.
Su Mucheng turun panggung, melambaikan tangan ke penonton.
Lin Jingyan turun dengan senyum pahit.
Kali ini, bahkan jika dicaci, tak ada alasan untuk membela diri.
Benarkah sudah tak mampu? Lin Jingyan menengok ke papan skor di atas stadion. Dominant Hero 0, Xingxin 1.
Hanya 1 poin.
Jaraknya tidak terlalu besar juga!
"Masih awal!" Tiba-tiba Lin Jingyan menyadari, karena kombo ini memiliki celah, harus lebih berhati-hati saat menggunakannya di masa depan. Adakah cara untuk memperbaiki celah ini? Saat melawan berbagai kelas, bagaimana pengaruh celah ini? Dalam pertempuran tim besar, apakah perlu mengingatkan rekan setim untuk koordinasi perlindungan...
Pulang nanti harus menganalisis ini dengan detail!
Lin Jingyan berpikir sambil kembali ke area pemain.
"Pergerakanmu bagus." Zhang Jiale memujinya.
"Haha!" Lin Jingyan tertawa. Benar, segmen pergerakan tadi memang sangat baik. Saat kehilangan sesuatu, dia juga mendapatkan sesuatu baru! Bisakah dia membuat pergerakan seperti itu ketika masih bisa menyelesaikan kombo cepat Upper Hook, Sand Toss, dan Lan Shan Hu tanpa celah?
"Sekarang giliranku!" Zhang Jiale mengacungkan jempol ke Lin Jingyan yang langsung membalasnya.
Pertandingan individual kedua.
Pemain Dominant Hero: Zhang Jiale, karakter Expert Amunisi Hundred Blossoms Spectacle.
Pemain Xingxin: Ye Xiu, karakter Loner Jun Moxiao.
"Wah, ternyata kamu." Zhang Jiale berkata saat bersalaman sebelum pertandingan.
"Takut? Tunduklah!" kata Ye Xiu.
"Sebentar lagi kita lihat siapa yang menunduk." balas Zhang Jiale.
"Keyakinan diri yang tidak jelas." Ye Xiu menggelengkan kepala sambil mendesah.
Sebagai Shen sejati, mana mungkin keyakinan diri tidak berdasar? Sindiran Ye Xiu jelas tanpa dasar.
“Sialan.” Namun hasilnya Zhang Jiale menggerutu kesal. Karena dia tahu, jika hanya mengandalkan duel satu lawan satu, tingkat kemenangannya memang tidak terlalu tinggi.
Strategi Hundred Blossoms-nya digunakan untuk membingungkan lawan sekaligus melindungi diri. Tapi Ye Xiu adalah Ensiklopedia Hidup Glory, skill Expert Amunisinya juga luar biasa. Dibanding pemain lain, dia jauh lebih mudah membaca komposisi skill strategi Hundred Blossoms Zhang Jiale, lalu menemukan celah di balik ilusi yang dibuat.
Dulu bisa datang sendirian dan menghancurkan Pemandangan Darah dan Bunga, tentu ada alasannya.
Tapi masa lalu adalah masa lalu, sekarang adalah sekarang.
Belum bertanding, siapa yang tahu?
Zhang Jiale mengangkat bahu, lalu masuk ke kursi pertandingannya.
Pertarungan individual kedua dimulai.
