Proses loading selesai, map: Magic Fantasy World.
Latar belakang dunia Glory memang sulit dikategorikan. Ada senjata api, senjata tajam, sihir, Benua Glory mengakomodasi terlalu banyak elemen. Jadi map pertarungan seperti Magic Fantasy World atau tempat parkir pun bisa ada.
Peta yang dipilih Fang Rui adalah dunia kecil yang penuh keanehan dan cahaya hasil sihir, salah satu map andalannya. Lin Jingyan pasti mengetahui hal ini, tapi Fang Rui tak perlu menghindarinya. Banyak map yang ia kuasai, meski Lin memberitahukan semuanya ke Dominant Hero, mereka tetap tak bisa menebak map mana yang akan digunakan Fang Rui dalam pertandingan ini, apalagi berlatih untuk setiap map. Inilah Keunggulan Kandang dalam pemilihan peta - lawan sekalipun punya informasi, tak mungkin menyusun strategi terfokus.
Pertandingan dimulai, karakter di kedua sudut mulai bergerak.
Song Qiying adalah yang belum pernah tampil, selain usia dan kelas, tak ada data apapun. Meski baru 17 tahun, Fang Rui tak berani meremehkannya. Han Wenqing telah menyelesaikan 10 musim penuh, jika dalam dua tahun ini karirnya belum berakhir, patut diteliti lebih lanjut.
Dominant Hero membutuhkan untuk naik level secara bertahap - ini tak perlu diragukan. Usia Song Qiying memang sangat cocok. Mulai bertanding sekarang, terus berkembang melalui latihan, dalam 2-3 tahun ke depan sudah bisa memegang kendali tim.
Meski Dominant Hero pernah salah menilai, seorang pemain inti yang dibina khusus tak bisa diremehkan. Setelah pertandingan dimulai, Fang Rui mengambil rute low profile, melakukan manuver mengelilingi dengan strategi posisi tempur.
Di map terdapat berbagai efek cahaya magis yang tidak dapat dihancurkan. Beberapa di antaranya bahkan bisa menyebabkan damage jika tersentuh. Fang Rui sangat menguasai distribusi magis di map ini, namun bagi pemain yang kurang familiar dengan peta, pertarungan akan menjadi sangat sulit.
Dari tiga pertandingan individual Xingxin, peta yang dipilih ketiga anggota tim memiliki ciri khas masing-masing. Su Mucheng memilih peta pemandangan dengan objek yang bisa dihancurkan, Ye Xiu memilih arena kosong tanpa fitur apapun, sementara Fang Rui memilih peta magis dimana semua objek tidak bisa dirusak.
Setelah melakukan manuver mengitari, Fang Rui yang telah mendekati area tengah map mulai mengamati sekeliling, namun tidak menemukan jejak Changhe Luori.
"Apa dia juga pakai strategi posisi tempur?" Fang Rui agak terkejut. Sebagai penerus Han Wenqing, meski gaya bermain pasti berbeda, namun jika memiliki kemiripan relatif akan lebih mudah dalam transisi. Jika memungkinkan, tim tentu berharap gaya inti yang sudah dikuasai bisa terus dipertahankan.
"Pake strategi posisi tempur? Berani beda ya!" Tak melihat lawannya, Fang Rui mulai melancarkan serangan omong kosong di channel publik.
Belum ada balasan dari lawan, para penonton sudah saling pandang bingung.
Karena mereka tahu Song Qiying tidak menggunakan strategi posisi tempur - dia sedang menuju tengah map, hanya saja pergerakannya benar-benar terlalu lambat.
Dalam kondisi tanpa lawan dan gangguan, Song Qiying mengoperasikan Long He Luo Yi dengan gerakan yang tertunda. Layar elektronik menampilkan kamera utama Song Qiying, semua orang bisa melihatnya terus memutar sudut pandang. Jika dikatakan waspada terhadap lawan, tidak mungkin dari awal sudah seperti ini? Lawan tidak bisa teleportasi sembarangan ke posisi mana pun di map, pertemuan kedua belah pihak membutuhkan segmen waktu dasar. Tapi Song Qiying seolah terus waspada terhadap sesuatu, berjalan perlahan seperti ini. Serangan omong kosong Fang Rui muncul, semua menantikan tanggapannya, namun hasilnya seperti batu tenggelam—sama sekali tidak merespons.
“Kenapa, malu bicara? Pemain baru yang pemalu, ini tidak seperti gaya Tim Dominant Hero!” Fang Rui terus menggodai.
“Pernyataan tidak perlu tidak perlu dijawab, buang waktu.” Song Qiying tiba-tiba membalas.
“Haha, lalu kenapa kamu bicara lagi? Secara logika, kalimat ini juga seharusnya tidak kamu jawab, tetap buang waktu!” Fang Rui membalas.
“Tidak, ini untuk menjelaskan sikap resmiku. Setelah ini, omongan tak bermakna tidak akan kujawab. Sekian.” Song Qiying berkata.
“Oh ya? Lalu apa yang dianggap perkataan bermakna?” Fang Rui bertanya.
Tidak ada jawaban.
“Masalah ini tidak dianggap bermakna? Mendiskusikan apa itu bermakna pun tidak dianggap bermakna—ironi yang terlalu besar.” Fang Rui hampir seperti mengucapkan tongue twister, tetap tidak ada jawaban.
“Anak kecil ini sangat teguh!” Fang Rui belum menyerah.
“Benar-benar tidak bicara?” Fang Rui bertanya.
“Sepertinya aku harus memikirkan pertanyaan yang benar-benar bermakna!” Fang Rui berkata.
“Hmm… Sudah makan malam?”
Penonton sudah gelisah. Fang Rui ini hanya sibuk mengumbar omong kosong, sementara Long He Luo Ri kini semakin mendekati posisinya. Itu pun dengan manuver mengelilingi, ingin mengstrategi posisi tempur Fang Rui, malah hampir terjebak dalam strategi lawan. Tapi dia masih asyik berlagak omong kosong. Bisa ngobrol sembari tetap menjaga operasional, kau pikir dirimu Huang Shaotian?
Pukulan keras!
Long He Luo Ri akhirnya sampai di posisi yang memuaskan. Memanfaatkan momen Fang Rui asyik mengolok, tiba-tiba melancarkan pukulan keras. Langkah cepatnya menyergap Hai Wu Liang, tinjunya menyambar.
Tapi Hai Wu Liang seperti sudah siaga, berguling dengan mudah menghindari serangan itu, sambil mengetik dua kata di channel: "Hehe".
Si pemalas ini!
Penonton terdiam. Ternyata Fang Rui sudah lama menyadari pergerakan Long He Luo Ri, tapi sengaja membiarkannya sambil terus memancing dengan omong kosong untuk mengelabui perhatian, memancing lawan mengambil inisiatif menyerang.
Pukulan meleset, Song Qiying tahu pasti Fang Rui sudah waspada. Di situasi seperti ini, kebanyakan pemain akan melanjutkan gempuran untuk melihat efeknya. Tapi Song Qiying justru melakukan dua backstep setelah serangan gagal, bukannya Serangan Mendadak malah mengambil posisi bertahan.
"Wah, keberanianmu kecil sekali ya, tidak membuatmu ketakutan kan?" Fang Rui kembali ngoceh di channel publik, namun sebenarnya hatinya sedikit terkejut. Dia tahu Song Qiying akan menyergap dengan manuver memutar, jadi sudah bersiap untuk melawan balik. Hanya menunggu saat lawan gagal melakukan serangan pertama lalu memaksakan serangan mendadak berikutnya. Tapi ternyata Song Qiying langsung mundur dengan backstep setelah gagal, menggagalkan semua rencananya.
Apakah si pemalas ini benar-benar pengecut sehingga tanpa sengaja lolos, atau dia membaca maksudku? Fang Rui mulai berpikir. Kedua karakter tentu tidak bisa diam menjaga jarak tiga langkah. Melihat lawan mundur, Fang Rui akhirnya memutuskan bertindak. Hai Wu Liang mengayunkan tinju, memulai dengan skill level rendah gelombang energi. Serangan sekaligus gangguan, diikuti gempuran bertubi-tubi.
Namun Changhe Luori tidak menghindar. Karakter itu merendahkan postur, dada sedikit terbuka, perisai kiri menutupi dada, tinju kanan berhenti di pinggang. Gerakan cepat ini langsung membeku seperti patung. Saat proyektil energi Hai Wu Liang menyusul, terlihat jelas Changhe Luori sengaja menahan serangan itu sambil mempertahankan posisi.
"Sial!" Fang Rui langsung sadar apa yang akan terjadi. Saat ingin melakukan penyesuaian, tinju kanan itu sudah melesat.
Pukulan yang terlihat biasa seperti serangan biasa, tetapi Fang Rui tahu apa yang akan terjadi. Gempuran yang telah dipersiapkan Hai Wu Liang hancur seketika di hadapan pukulan ini, menunjukkan kekuatan luar biasa dari Kekuatan Setara. Kemudian, tinju itu mendarat di dada Hai Wu Liang, energi dahsyat meledak dan menyemburkan tubuhnya terlempar jauh.
Fist of Overlord!
Sebuah pukulan yang terlihat biasa, namun menyimpan kekuatan dahsyat di dalamnya.
"Bocah brengsek!" Fang Rui yang biasa menyergap lawan kini malah terjebak taktik balik musuh, membuatnya geram. Tapi bisakah serangan lawan ini disebut licik? Sebuah pukulan yang terhormat dan tanpa rekayasa, adakah serangan yang lebih jujur dari ini?
Justru kejujuran inilah yang meruntuhkan semua strategi Fang Rui - gangguan, gerakan lanjutan, dan berbagai elemen kompleks dalam serangan Hai Wu Liang.
Satu kekuatan mengalahkan sepuluh kelicikan.
Menyadari hal ini, Fang Rui menenangkan diri. Ia harus mengamati dengan cermat setiap gerak-gerik lawannya dalam permainan kucing-tikus ini.
Master Bela Diri Chang He Luo Ri dan Ahli Tenaga Dalam Hai Wu Liang, dua kelas sejenis bertarung sengit.
Pada akhirnya, Fang Rui membuktikan keunggulannya dengan membunuh Chang He Luo Ri, meski nyawa Hai Wu Liang tinggal 14%.
Saat pertandingan berakhir, Fang Rui menghela lega. Ia merasa gerah - kemenangan di ronde ini tidak mudah diraih.
Setelah sejenak merenungkan pertandingan ini di kursi pertandingan, Fang Rui baru keluar untuk bersiap turun dari arena. Tanpa sengaja, dia melihat Song Qiying berdiri tepat di tengah arena, menatap ke arahnya.
"Ngapain? Berdiri di tengah arena, pose keren untuk ditonton semua orang?" Fang Rui bertanya-tanya sambil terus melangkah turun. Tiba-tiba, Song Qiying berjalan cepat mendekatinya.
"Mau mencariku?" Setelah bingung sebentar, Fang Rui berhenti. Menunggu Song Qiying mendekat, dia mengulurkan tangan kanannya.
Fang Rui bingung menjabat tangannya, lalu mendengar kalimat: "Terima kasih atas bimbingannya, Senior."
"Hmm." Fang Rui tidak banyak bicara. Menurutnya, Song Qiying pasti masih ada yang ingin disampaikan.
Ternyata tidak. Setelah mengucapkan itu, Song Qiying langsung berbalik dan pergi.
Fang Rui terdiam terpana. Kebetulan wasit datang memeriksa kursi pertandingan. Sambil lalu dia bertanya: "Ada apa dengan anak ini?"
"Kenapa?"
"Datang ke sini ngapain?"
"Jabat tangan dan berterima kasih, itu etiket pertandingan yang normal." Wasit menjawab datar.
Fang Rui tertegun. Memang seharusnya ada jabat tangan sebelum dan sesudah pertandingan. Tapi sekarang semua sudah tidak terlalu memperhatikan. Biasanya jabat tangan sebelum pertandingan, lalu tim besar saling jabat tangan setelah pertandingan tim. Untuk pertandingan individual atau arena pertandingan, langkah jabat tangan setelah pertandingan biasanya dihilangkan. Tapi anak ini tetap bersikukuh datang menjabat tangan Fang Rui.
“Apakah pertandinganku kali ini memberinya inspirasi besar?” Fang Rui merenungkan tindakan berbobot apa yang telah dilakukannya dalam pertandingan ini. Setelah kembali ke area pemain, ia langsung buru-buru mengkritik Ye Xiu: “Anak ini benar-benar tidak mirip sama sekali dengan Han Wenqing.”
“Benar.” Ye Xiu mengangguk, “Lebih mirip Zhang Xinjie.”
