Semua serangan berawal dari formasi posisi. Formasi posisi sendiri diwujudkan melalui pemilihan posisi dan pergerakan. Menghalangi dan membatasi pergerakan lawan sama dengan mengacaukan gempuran mereka dari akar kehidupan. Logika ini sesederhana itu.
Masalah sudah dianalisis dengan jelas oleh Ye Xiu, tetapi Mo Fan di lapangan jelas belum menyadari poin penting untuk memecahkan situasi ini. Mo Fan yang fokus pada aktivitas memulung telah mengasah kesadaran dan teknik yang diperlukan dalam proses memulungnya dengan cukup baik, namun aspek lain masih terkesan tertinggal. Setelah bergabung dengan Xingxin, karena masalah sifat yang kurang komunikatif, ia hanya mengandalkan pembelajaran mandiri. Sekalipun kini telah menjadi atlet profesional terdaftar dengan teknik yang cukup menonjol, namun dalam hal pengetahuan teori, Mo Fan masih banyak kekurangan.
Ditambah lagi, keunggulan Qin Muyun terletak pada dasar-dasar seperti pemilihan posisi - hal yang mudah diabaikan. Hingga kini tidak ada laporan tentang Qin Muyun yang menyoroti keunggulan ini. Ye Xiu dan kawan-kawan dalam persiapan terbatas mereka juga sama sekali tidak menyadarinya, baru terlihat jelas saat pertandingan live ini.
Susah sekali, tidak bisa lepas!
Konsep yang samar-samar ada di benak Mo Fan saat ini: Mengapa sulit? Mengapa tidak bisa lepas? Ia tidak menemukan jawabannya, bahkan tidak memiliki kesadaran untuk mencari tahu.
Kesadarannya sangat sederhana: terus berusaha melepaskan diri. Destroying Immortality terus berlari, namun Minus Nine Degrees bagai satelit yang selalu mengikuti di sekitarnya, menekannya dengan rentetan tembakan yang membuatnya sangat tidak nyaman.
“Si bodoh ini!” Chen Guo melihat dengan terburu-buru, taktik permainan Mo Fan saat ini adalah bersaing pergerakan dengan Qin Muyun. Ye Xiu bahkan berani berkata bahwa dalam hal ini Qin Muyen akan menjadi invincible, menunjukkan betapa besar jarak antara kedua belah pihak. Jika terus bersaing seperti ini, jangan-jangan Qin Muyun bisa menghabisi Mo Fan hanya dengan sisa HP segitu?
Kekalahan Tang Rou di ronde pertama sudah sangat memalukan secara pribadi, karena targetnya adalah menyelesaikan 1 vs 3. Tapi dalam pertarungan arena, kekalahan dengan menyisakan 11% HP lawan sebenarnya tidak terlalu memalukan. Namun sekarang pemain kedua Xingxin yang maju bertanding bahkan tidak bisa mengatasi 11% ini, ini benar-benar memalukan.
"Jangan buru-buru, si pemalas ini tidak sebodah yang kamu kira." Ye Xiu mengamati pertandingan sambil berkata.
"Kenapa?" Chen Guo tidak mengerti.
"Dia sedang menahan skill." Jawab Ye Xiu.
"Hmm? Mau ngapain ini?" Chen Guo tidak menebak, langsung bertanya.
Mo Fan menjawab dengan aksinya.
Serangan kuat! Serangan frontal langsung.
Meski kelas ninja sebenarnya lebih ahli dalam penyergapan dan pembunuhan diam-diam, sekarang justru bertindak seperti penyerang terkuat, melakukan dash frontal.
Smoke Jade, Kawarimi no Jutsu, Jutsu Bunshin, Shuriken Angin Topan!
Satu Ninja Tool, satu skill gangguan, satu skill gabungan gangguan dan pergerakan, satu prop terbang. Destroying Immortality memanfaatkan momen emas untuk melancarkan empat skill secara beruntun. Namun pergerakan Minus Nine Degrees tetap tak terbendung. Mo Fan bahkan tak menyadari bahwa akar masalahnya terletak pada pergerakan Minus Nine Degrees. Tujuan penggunaan tiga skill ini sama sekali bukan untuk itu.
Tiga skill, hanya demi merebut celah pertahanan.
Ninjutsu·Shadow Dance!
Ketiga skill tadi hanyalah persiapan untuk skill besar ini.
Destroying Immortality tiba-tiba menyergap ke dekat Minus Nine Degrees. Meski terkepung, Minus Nine Degrees berhasil lolos dari serangan Shadow Dance berkat posisi strategis dan pergerakan briliannya. Dalam pertahanan, posisi yang tepat kadang menjadi segalanya.
Tapi dia harus mengorbankan sebagian HP-nya yang sudah tipis.
Gempuran Destroying Immortality belum berakhir. Serangan, serangan, dan serangan lagi tanpa henti.
HP kedua pihak terus menyusut. Meski Destroying Immortality kehilangan lebih banyak, nyawa Minus Nine Degrees yang lebih tipis berada di ujung tanduk.
"Metode yang konyol!" Ye Xiu menggeleng kagum.
"Hmm?" Chen Guo tak paham.
"Dia meniru Xiao Tang," jelas Ye Xiu.
Chen Guo tertegun, lalu tersadar setelah melihat lebih seksama.
Qin Muyun tetaplah dirinya yang biasa. Meski menang dalam duel frontal melawan Tang Rou, HP-nya nyaris habis (90% terkikis). Ini membuktikan strategi agresif Tang Rou memberi tekanan psikologis yang luar biasa.
Mo Fan tidak bisa melihat kunci masalah, tapi setelah menonton pertandingan sebelumnya, dia tahu strategi seperti ini pada akhirnya bisa menguras HP lawan. Maka dia menahan skillnya, lalu mulai melakukan serangan kuat. Meski tidak sehebat Tang Rou, tapi HP Minus Nine Degrees sekarang sudah tinggal sedikit.
Ternyata ini metode yang konyol... pikir Chen Guo sambil melirik Tang Rou di sampingnya. Analisis Ye Xiu tentang cara Mo Fan menghadapi pemain seperti Qin Muyun, bukankah juga ditujukan untuk telinga Tang Rou?
Akhirnya, Mo Fan meraih kemenangan. Tapi HP Destroying Immortality terkuras hampir setengah, sementara Minus Nine Degrees hanya kehilangan 11% HP. Secara objektif, Xingxin sebenarnya masih kalah dalam pertarungan ini.
Pemain kedua Dominant Hero, Bai Yanfei, maju ke arena.
Sebagai anggota Dominant Hero, mustahil tidak punya aura dominan. Elementalist Bai Yanfei seharusnya tidak diberi nama Rota - karakter ini lebih mirip meriam raksasa berjalan.
Jarak serang Elementalist memang kalah dari Artillery God, tapi radius serangan skill magic mengalahkan senjata teknologi. Dengan empat elemen: Cahaya, Gelap, Api, Es, Rota khusus mempelajari skill map cannon. Setelah dash ke tengah map dan tidak menemukan Destroying Immortality, dia mulai menembakkan map cannon ke segala arah. Langkah Destroying Immortality akhirnya terpaksa terungkap setelah dibombardir, lalu dihujani serangan sampai HP-nya habis...
HP Rota nyaris tidak berkurang. Xingxin harus mengandalkan Baozi sebagai penjaga terakhir. Beberapa ide cemerlang sempat muncul di kepala Baozi, tapi akhirnya dia gagal menuntaskan misi 1 vs 2. Di babak arena, Dominant Hero merebut kembali 2 poin.
Fans Dominant Hero akhirnya memiliki alasan yang jelas untuk bersorak, teriakan terorganisir mereka sekali lagi menyerbu arena kandang Xingxin. Pertandingan tim yang paling dinanti-nanti akan segera dimulai, sorak-semangat yang bergemuruh terus bergema hingga para pemain tim turun ke arena.
Xingxin: Ye Xiu, Su Mucheng, Fang Rui, Qiao Yifan, An Wenyi, Tang Rou.
Formasi inti ini sepertinya sudah menjadi pilihan utama Xingxin dalam pertandingan tim. Hingga pertandingan keempat, belum ada pemain lain selain enam orang ini yang tampil di pertandingan tim Xingxin.
Dominant Hero: Zhang Xinjie, Lin Jingyan, Zhang Jiale, Qin Muyun, Song Qiying, Bai Yanfei.
Tidak ada Han Wenqing!
Saat susunan tim Dominant Hero diumumkan, seluruh arena gempar - termasuk fans mereka sendiri.
Pergantian pemain dalam pertandingan tim memang hal biasa, tapi sangat jarang terjadi pada core player. Esensi core player adalah peran tak tergantikan dalam tim, di mana seluruh strategi bertumpu padanya.
Namun kini, Dominant Hero justru tidak menurunkan kapten legendaris mereka Han Wenqing yang telah memimpin selama sepuluh tahun. Wawancara pasca pertandingan ketiga memang menyebutkan rencana rotasi, tapi tak ada yang menyangka rotasi itu dimulai dari Han Wenqing!
Song Qiying, pemain rookie pengganti dengan kelas yang sama dengan Han Wenqing. Meski kalah di pertandingan single player, performanya cukup menjanjikan dan layak dinantikan.
Spekulasi pun merebak: Apakah Dominant Hero sedang mempersiapkan regenerasi dari core player lama ke yang baru?
“Jika bahkan Han Wenqing sudah mulai perlahan mundur, bagaimana dengan Zhang Jiale? Bagaimana dengan Lin Jingyan?”
Di tengah gemuruh bisikan seluruh arena, pemain dari kedua tim bertemu di tengah lapangan, berjabat tangan sebagai salam.
“Lao Han kok tidak naik, takut ya?” Ye Xiu tersenyum.
“Sistem shift.” Zhang Xinjie menjawab singkat. Setiap ucapan darinya pasti akurat dan faktual.
“Anggota inti juga di-shift?” Ye Xiu mengungkapkan pertanyaan krusial. Shift normal, tapi memutar anggota inti hanya dilakukan saat darurat.
“Urusanmu apa!” Zhang Jiale membalas. Zhang Xinjie pun diam, membenarkan pandangan Zhang Jiale dengan sikap diamnya. Karena bukan urusan lawan, penjelasan pun tak diperlukan.
“Baiklah, ayo mulai!” Ye Xiu tak bertele-tele. Kedua tim kembali ke posisi. Akhirnya, Xingxin yang telah menjalani latihan intensif seminggu tetap kalah berpengalaman dari Dominant Hero. Ditambah strategi sempurna sang master strategi Dominant Hero, Xingxin gagal menciptakan kejutan. Di pertandingan tim, Dominant Hero mengalahkan Xingxin +5 poin. Setelah kehilangan 3 poin di pertandingan individual, mereka menyapu bersih arena dan pertandingan tim, akhirnya menang 7-3 atas Xingxin.
Kegembiraan fans Dominant Hero sudah pasti tak perlu dijelaskan lagi. Teriakan dan sorakan terdengar riuh. Di sisi Xingxin, kekecewaan memang tak terhindarkan, tapi semangat pasukan tidak terlalu jatuh. Bagaimanapun, tidak ada adegan memalukan yang muncul dalam pertandingan. Satu-satunya hal yang mungkin membuat orang merasa canggung adalah pernyataan Tang Rou tentang 1 vs 3 yang justru kalah di pertarungan pertamanya. Namun... saat ini popularitas Tang Rou di kalangan fans Xingxin juga mulai menurun. Melihatnya jatuh, banyak yang sama sekali tidak merasa tidak nyaman, sehingga jumlah orang yang benar-benar merasa dipermalukan sebenarnya tidak banyak.
Konferensi pers pasca pertandingan seperti yang diduga masih didominasi topik 1 vs 3. Jawaban dari pihak Dominant Hero sangat sesuai dengan gaya khas mereka - memberikan sikap mendukung terhadap pernyataan berani Tang Rou. Jawaban ini jelas bukan yang diharapkan media. Saat ini hampir tidak ada media yang masih mendukung Tang Rou, mengumpulkan lebih banyak ejekan dari tim-tim lain terhadapnya justru dianggap sebagai keuntungan.
Dalam konferensi pers Xingxin, Tang Rou tidak hadir, namun pertanyaan ini tetap tak bisa dihindari. Tapi para wartawan benar-benar kewalahan menghadapi beberapa anggota yang naik ke panggung hari ini. Terutama Wei Chen yang sama sekali tidak tampil dalam pertandingan, namun dikirim untuk menghadiri konferensi pers. Duduk di kursi panel sambil berbicara lancar tanpa beban, pertanyaan tentang 1 vs 3 entah bagaimana dialihkan ke pembahasan tentang Liga era dulu. Omong kosongnya selama sepuluh menit membuat para wartawan terdiam terpana...
Pertandingan Xingxin vs Dominant Hero meninggalkan beberapa momen spektakuler, namun gagal menghasilkan titik ledak baru yang mengejutkan. Justru Dominant Hero, dengan seorang rookie dan kapten inti yang tidak tampil di pertandingan tim, tiba-tiba menjadi pusat perdebatan panas.
Pertarungan paling dinantikan babak ini antara Blue Rain vs Lun Hui telah usai. Blue Rain yang bertandang ke markas Lun Hui akhirnya tak mampu menghentikan dominasi Lun Hui musim ini, skor akhir tertahan di 3-7. Blue Rain mengambil 1 poin di pertandingan individual dan 2 poin di arena pertandingan.
Dua babak beruntun, menghadapi dua raksasa liga secara home-away, Lun Hui telah melewati ujian nyata. Siapa yang bisa menghentikan langkah perkasa Lun Hui menjadi topik diskusi baru. Dominant Hero kalah, Blue Rain tumbang, selanjutnya siapa? Micro Grass atau Typhoon?
