Xingxin yang bertanding tandang meraih kemenangan pertama lewat Ye Xiu, unggul 1-0. Namun bagi pendukung setia Xingxin, kemenangan awal ini tak lagi membangkitkan semangat. Akhir-akhir ini ritme Xingxin selalu seperti ini: awal bagus, lalu perlahan mulai kalah, terutama di segmen besar pertandingan tim yang sejauh ini hanya berhasil direbut saat melawan Tim Hundred Blossoms.
Hari ini, bagaimana kelanjutannya?
Xingxin yang masih belum matang memang jarang punya pendukung saat bertanding tandang. Tapi Kota B adalah tempat mereka mengalahkan Jia Shi di Tantangan Rookie. Tian Qi dan kawanan guild-nya adalah warga lokal. Saat Tantangan Rookie dulu, mereka sudah membentuk grup kecil untuk memberi dukungan. Kini Guild Xingxin berkembang pesat, Tian Qi dan beberapa anggota utama guild pasti akan mengorganisir pemain guild untuk datang memberi semangat saat tim guild bertanding.
Pengaturan tempat duduk di liga profesional tidak seseragam saat Tantangan Rookie. Tim tamu khususnya diberi area terpisah yang terkonsentrasi untuk menghindari percampuran dengan fans tim tuan rumah, yang bisa memicu konflik jika terjadi perbedaan pendapat. Para pendukung Xingxin seperti Tian Qi kini duduk di area tamu stadion. Jumlah mereka cukup banyak, dan setelah Xingxin meraih kemenangan pertama, sorak-semangat mereka yang riuh menjadi sangat mencolok di tengah kepadatan fans tuan rumah yang sepi.
Dalam atmosfer seperti ini, pemain untuk pertarungan kedua di pertandingan individual naik ke panggung.
Xingxin: Qiao Yifan, karakter Ghostblade Yicunhui.
Yi Zhan: Zou Yunhai, karakter Elementalist Qianfang Gehai.
Karakter-karakter Yi Zhan ini awalnya dikembangkan oleh mereka sejak masih bermain di game online. Setelah masuk lingkup profesional, peralatan mereka pun diperbarui total. Berkat usaha Lou Guanning dkk, mereka berhasil mengumpulkan beberapa barang langka. Dari segi ini, equipment Yi Zhan sebenarnya cukup mumpuni karena fokus! Semua loot langka dijejalkan habis-habisan ke lima karakter utama mereka, sementara karakter pemain lain dibiarkan telanjang bulat tanpa perhatian. Konsentrasi sumber daya yang tidak biasa ini memang membuat karakter utama mereka sangat kuat, tapi sekaligus menciptakan kesenjangan yang menganga lebar dengan karakter non-inti.
Orang-orang Xingxin dan Yi Zhan sebelumnya sering bertahan dengan setengah hati saat bermain game, saling mengenal cukup baik. Setelah Qiao Yifan dan Zou Yunhai masuk ke arena pertandingan, mereka masih sempat mengobrol beberapa kalimat di channel, lalu mulai bertarung. Beberapa menit kemudian, Qiao Yifan menang. Performanya tetap mencerminkan gaya bermain yang stabil, meski tidak menunjukkan kelebihan dominan sepanjang pertandingan, ia berhasil menguasai situasi dengan aman. Saat Zou Yunhai turun dari panggung, ekspresinya agak muram, jelas duel yang berakhir sunyi ini membuatnya cukup kesal.
Persahabatan nomor satu, pertandingan nomor dua?
Ungkapan ini seringkali hanya sekadar basa-basi. Begitu masuk arena, siapa yang tidak ingin menang? Ketika pertandingan tidak berjalan mulus, munculnya emosi adalah hal yang wajar. Bahkan antar rekan setim sendiri, perselisihan kecil kerap terjadi saat latihan PK, apalagi dalam pertandingan resmi yang lebih memperhitungkan hasil akhir seperti ini.
Tentu saja, Zou Yunhai hanya merasa kesal, jauh dari tahap ingin bertengkar dengan Xingxin. Namun setelah kalah dua kali berturut-turut di kandang sendiri, atmosfer Yi Zhan perlahan mulai kehilangan keringkasan awal. Berpikir bahwa hubungan baik antar tim akan membuat pertandingan berakhir damai, ternyata terlalu naif.
Di sisi Xingxin, yang ketiga maju adalah Su Mucheng.
Di sisi Yi Zhan, Lou Guanning awalnya memanggil calon peserta berikutnya untuk memberikan penjelasan. Tapi begitu melihat sosok pemain All-Star ini, langsung tidak berkata apa-apa lagi. Ia hanya menepuk bahu pemain itu dan mengantarnya ke arena.
Menghadapi pemain All-Star, Lou Guanning mengakui masih ada jarak. Menurutnya, kemenangan hanya mungkin diraih melalui keberuntungan dan performa pribadi. Bagaimanapun, dia tidak bisa memberikan arahan penting tentang match point.
Pemain yang tampil di babak ini untuk Yi Zhan bernama Li Weiyi, yang sepenuhnya hanya menjadi pengisi kekosongan di Yi Zhan. Untuk pertandingan individual, dibutuhkan total enam pemain. Dari kelimanya, Zhong Yeli sebagai Pastor tidak bisa tampil, menyisakan empat orang. Mereka tetap membutuhkan dua orang lagi.
Slot ini tidak mereka rencanakan untuk merekrut pemain ternama. Posisi kelimanya mutlak tidak akan dikorbankan. Menambahkan bintang ternama hanya sebagai pelengkap, siapa yang mau menerima posisi seperti itu?
Akhirnya Lou Guanning mencari pemain dari sumber yang tidak jelas. Kemampuan mereka ada, tapi jika disebut kuat masih perlu dipertanyakan. Hasilnya di pertarungan ketiga, Su Mucheng menang dengan mudah. Xingxin meraih 3-0, memenangkan semua pertandingan individual. Menghadapi Li Weiyi yang kembali, Lou Guanning tak bisa berkata-kata. Memaksa pengisi slot untuk mengalahkan pemain All-Star jelas permintaan yang keterlaluan.
Manajemen Tim Yi Zhan sangat tidak wajar. Mereka sebenarnya mampu mengubahnya, tapi tidak mau. Tujuan awal mereka adalah memberi diri sendiri kesempatan dan platform bermain di liga profesional. Baru setahun bermain, mereka masih ingin terus menikmatinya, belum berpikir untuk memberikan kesempatan ini ke pemain profesional lain.
Setelah pertandingan individual, selama istirahat singkat, kedua tim bisa memperkirakan dan mempersiapkan arena pertandingan berikutnya. Dengan tiga pemain yang sudah tampil di pertandingan individual, susunan pemain untuk arena pertandingan sebenarnya sudah bisa diprediksi.
Namun urutan penampilan harus ditentukan sebelum pertandingan dan tidak bisa diubah secara mendadak. Pihak liga pernah mempertimbangkan untuk mengizinkan penyesuaian selama pertandingan sesuai situasi, tapi akhirnya memilih agar pemain fokus pada pertandingan daripada membuang waktu bermain politik di luar arena.
Karena hubungan baik, waktu istirahat sering diisi kunjungan antar tim. Pada prinsipnya liga tidak melarang interaksi antar pemain, namun wasit selalu mengawasi ketat setiap kontak untuk mencegah komunikasi tidak etis. Pertandingan Xingxin yang melibatkan taruhan dengan tim sahabat telah memicu banyak rumor. Personil liga mengawasi ketat setiap interaksi kedua tim.
Tapi kali ini yang berkunjung justru Yi Zhan yang baru kalah di pertandingan individual. Lou Guanning dengan wajah memelas mendatangi area Xingxin, akhirnya berkata pada Ye Xiu: "Shen kejam sekali! Kalian mengumpulkan kekuatan lalu menjadikan kami sasaran!"
"Haha." Ye Xiu tersenyum, "Tak bisa dipungkiri, pemahaman kami tentang kalian memang paling komprehensif."
Lou Guanning terdiam. Yang paling ditakutinya adalah sikap sok jago Ye Xiu Shen ini - sikap yang begitu meyakinkan sampai mustahil menyalahkannya, karena memang dialah yang benar!
"Tapi begini terus juga bukan solusi," lanjut Ye Xiu, "Meski teknik kalian terus berkembang, formasi tim besar yang itu-itu saja akan cepat dianalisis lawan."
“Menurutku……masih oke sih……” kata Lou Guanning.
“Itu karena pada dasarnya tidak ada tim yang menganggap kalian sebagai ancaman kan?” kata Ye Xiu.
“Shen……” Lou Guanning menangis, apa tidak bisa sedikit lebih diplomatis? Harus diakui sejauh musim ini, performa Yi Zhan menurutnya cukup memuaskan. Siapapun lawannya, mereka selalu bisa merebut beberapa poin. Di babak keempat bahkan berhasil mengalahkan Huangfeng 7-3 di kandang sendiri.
Itu Huangfeng loh! Meski sekarang bukan lagi langganan playoff, tetap saja mereka adalah tim berpengalaman dengan pemain All-Star. Mengalahkan mereka sangat meningkatkan kepercayaan diri anggota Yi Zhan. Semua merasa setelah satu tahun ditempa liga, mereka menjadi lebih matang dan kuat. Tapi di mata Shen, apakah mereka tetap "tidak layak diteliti khusus oleh tim lain"?
Ini bukan berarti meremehkan lawan. Liga punya 19 tim berbeda. Waktu semua terbatas, tentu harus memprioritaskan. Jika dipaksakan menangani semua, hasilnya malah tidak maksimal. Yi Zhan jelas termasuk yang prioritas rendah. Fakta ini tidak bisa dibantah Lou Guanning, membuatnya kembali mengadukan air mata mendengar perkataan Shen.
“Kau juga akan turun di arena pertandingan kan? Cepat bersiaplah. Biar kami tunjukkan betapa buruknya konsekuensi jika lawan memahami seluruh strategimu.” kata Ye Xiu.
Seberapa burukkah dimakan mentah-mentah oleh lawan?
Saat pertandingan benar-benar berakhir, Lou Guanning dan kawan-kawan baru menyadarinya.
Melawan Hundred Blossoms, mereka bisa meraih 2 poin. Melawan Blue Rain, juga bisa mendapat 1 poin. Melawan Huangfen, mereka menang dengan 7 poin. Bahkan melawan He Wu yang pernah mengalahkan Xingxin, mereka berhasil merebut 6 poin. Tim Yi Zhan musim ini lebih mahir memanfaatkan keunggulan kandang, dua kali meraih kemenangan besar, semuanya di kandang sendiri.
Tapi kali ini, di kandang sendiri menghadapi Xingxin, Yi Zhan akhirnya harus menelan kekalahan 0 poin.
10-0!
Tim Yi Zhan dikalahkan secara sempurna, disapu bersih oleh Xingxin - tim yang selama beberapa laga terakhir bahkan belum pernah meraih kemenangan.
Xingxin benar-benar tidak memberi ampun, meski sikap Yi Zhan juga profesional. Di arena pertandingan, Tang Rou berhasil mengalahkan satu lawan, kemudian kalah di tangan Wen Xiaobei - anggota kedua Yi Zhan yang juga seorang Battle Mage sepertinya.
1 vs 3? Empat babak telah berlalu, Tang Rou bahkan belum bisa melakukan 1 vs 2 seperti saat melawan Hundred Blossoms.
Kesempatan Yi Zhan juga telah hilang. Selanjutnya hanya ada pertandingan melawan Micro Grass. Bisakah melakukan 1 vs 3 di sana?
Ruan Cheng tersenyum.
Di konferensi pers pasca pertandingan, dia berhasil merebut posisi strategis. Dia yakin meski menang telak, suasana hati Xingxin mungkin tidak terlalu baik. Dalam jangka panjang, kegagalan Tang Rou menyelesaikan tantangan 1 vs 3 dan keluar dari tim akan menjadi kerugian besar bagi mereka - baik dari segi kekuatan maupun perhatian publik. Gadis cantik ini sekarang sudah punya base penggemar. Ruan Cheng sendiri sering dihujat karena berbagai kritik pedasnya terhadap sang nonak.
“Pemain Tang Rou tidak datang? Sayang sekali, seharusnya dia sedang berada di bawah tekanan besar ya?” Melihat tidak adanya Tang Rou dalam kehadiran Tim Xingxin di konferensi pers, Ruan Cheng bahkan tidak mengucapkan selamat atas kemenangan pertandingan, langsung menyodorkan topik taruhan yang selama ini dia gembar-gemborkan.
“Seluruh anggota tim selalu penuh keyakinan pada Tang Rou.” Ye Xiu berkata dengan tenang.
“Masih ada satu babak lagi, jangan terlalu cepat berkomentar. Mari kita tunggu bersama!” Walau mulut Ruan Cheng berkata “jangan terlalu cepat”, ekspresi penuh keyakinan dan sikap overconfiden-nya justru terlihat sangat menyebalkan. Lebih baik dia menunjukkan kegembiraan atas kesulitan orang lain yang tersembunyi di hatinya, itu akan terlihat lebih natural!
“Xiao Tang ini terlalu polos! Dengarkan, sebelumnya kita hanya membahas konsekuensi jika dia gagal. Tapi bagaimana jika dia berhasil? Bukankah kamu juga harus memberikan sesuatu sebagai bentuk apresiasi?” Fang Rui dari Tim Xingxin menantang Ruan Cheng.
“Aku akan memberikan ucapan selamat yang tulus padanya, sungguh.” Ruan Cheng memasang wajah sangat ikhlas, sama sekali tidak terpancing.
“Ambilkan aku ember!” teriak Fang Rui, “Aku mau muntah!”
