Bilah pedang menyambar, tapi... meleset!
Lalu, tubuh Flying Sword terlempar ke udara.
Domineering Smash!
Operasional Triple Slash segitiga Liu Xiaobie sudah sangat cepat, tapi bagaimana dengan Tang Rou? Kecepatannya tak kalah, mengubah Longya menjadi Domineering Smash, mengikuti perubahan arah serangan Triple Slash Flying Sword. Sebelum pedangnya jatuh, tombak perang yang disapukan sudah menghantam tubuh Flying Sword, melemparkannya ke samping.
Wah, hebat!
Liu Xiaobie cukup terkejut. Pada Tantangan Rookie Xingxin vs Jia Shi, ia sudah punya kesan mendalam akan kecepatan tangan Tang Rou. Xu Bin pernah bertanya bagaimana dibandingkan dengannya, Liu Xiaobie tak menjawab.
Kini, operasional perubahan skill Tang Rou setelah Triple Slash segitiganya, meski terlambat memulai tapi lebih dulu mengenai...
Meski dibandingkan, operasional yang harus dilakukan untuk menyelesaikan tiga segmen tiga level lebih banyak sedikit, namun ada satu hal lain yang tak bisa diabaikan: perbedaan kecepatan serang antara senjata tombak perang yang digunakan Han Yanrou dengan Light Blade milik akun Flying Sword Liu Xiaobie.
Biasanya, kecepatan serang tombak perang termasuk level rendah di antara berbagai senjata, kebanyakan bernilai 2; sedangkan Light Blade untuk Blade Master merupakan puncak kecepatan serang senjata, umumnya bernilai 10.
Standar kecepatan serang senjata dalam Glory menggunakan skala 1 sampai 10. Namun, perbedaan antara 1 dan 10 bukan berarti sepuluh kali lipat sebegitunya, faktanya selisih kecepatan serang 1 dan 10 hanya sekitar 20%.
Karena Glory sangat mengandalkan skill operasional, kecepatan serangan sebenarnya ditentukan oleh APM (Actions Per Minute) pemain. Namun sistem memaksa ada perbedaan 20% antara senjata kecepatan serang 1 dan 10, artinya untuk menyamai kecepatan senjata kecepatan 10 dengan senjata kecepatan 1, APM pemain harus 20% lebih cepat.
Dari sini bisa disimpulkan, senjata dengan kecepatan serang lebih tinggi selalu lebih menguntungkan. Tapi dalam setingannya, senjata dengan kecepatan lebih rendah biasanya memiliki damage fisik yang lebih kuat. Jadi menemukan keseimbangan dalam memilih menjadi pertimbangan setiap pemain. Untuk kelas Blade Master, Light Blade dan tachi paling populer, tapi ada juga aliran greatsword dan Pedang Besar.
Senjata yang digunakan oleh karakter Han Yanrou dan Flying Sword:
Han Yanrou, tombak Fire Dance Flow, kecepatan serang 4. Dalam kategori tombak perang, ini sudah termasuk senjata cepat yang langka. Ditambah atribut tambahan +1 kecepatan serang, total kecepatan serangan mencapai 5.
Flying Sword, Light Blade Soul Chaser, kecepatan serang 10. Atribut tambahan juga memiliki bonus kecepatan serang +2.
Akhirnya, Soul Chaser dengan kecepatan serang 12 mengungguli Fire Dance Flow (kecepatan 5) sebanyak 7 poin - selisih 14%.
Dengan selisih ini, jika tombak Han Yanrou bisa secepat pedang Flying Sword, berarti kecepatan tangan Tang Rou pasti melebihi Liu Xiaobie. Namun dalam pertarungan, kedua pihak tak mungkin mengayunkan senjata bersamaan untuk melihat siapa lebih dulu sampai di garis finis. Berbagai skill operasional, variasi teknik, dan bonus kecepatan serang skill itu sendiri membuat perhitungan sederhana seperti ini mustahil dilakukan. Kebanyakan pemain lebih mengandalkan intuisi untuk menilai.
Intuisi Liu Xiaobie membuatnya terkejut. Sebenarnya dia sudah mempersiapkan mental menghadapi Tang Rou di pertandingan ini. Karena janji 1 vs 3, selama beberapa babak Tang Rou selalu tampil pertama di arena pertandingan. Pengaturan tanpa variasi ini justru memudahkan lawan seperti Liu Xiaobie mempersiapkan strategi - dengan keyakinan akan menghadapinya di pertarungan pertama, fokus penelitiannya tentu pada sang duelist.
"Cukup cepat, bisa mengimbangi kecepatanku."
"Tapi kalau kau pikir ini kecepatan tangan puncakku, kau sungguh salah besar!"
Terhempas oleh Domineering Smash, Flying Sword masih mencoba menyerang. Kilatan pedang bergetar, namun Han Yanrou seketika terluka oleh goresan pedang.
Pedang yang begitu cepat! Tang Rou berusaha menghindar, namun sadar kecepatan tangannya tak sanggup mengejar.
Sialan!
Tang Rou dalam hati terkesima. Meski terpental oleh Domineering Smash, dalam sekejap itu si pemain masih sempat melancarkan serangan balasan.
Tapi... Serangan itu lebih seperti emosi belaka? Inisiatif pertarungan masih di tanganku!
Fire Dance Flow menari-nari, meninggalkan jejak afterimage di udara.
Longya, Combo Thrust, ditambah serangan biasa - Han Yanrou fokus pada tusukan ganas ke arah Flying Sword.
Deng! Deng! Deng!
Deng! Deng! Deng! Deng!
Senjata kedua pihak terus bertabrakan. Dua orang bertarung dalam kecepatan ekstrim - kilatan pedang vs bayangan tombak, bertubrukan lalu berpisah, memercikkan darah virtual.
Semua penonton terpaku. Komentator dan tamu undangan di siaran langsung justru diam membisu.
Apa lagi yang bisa dikomentari?
Ritme pertarungan terlalu cepat. Sebelum sempat menganalisis satu gerakan, pertarungan mungkin sudah berakhir. Mustahil menyela.
Ini adalah salah satu kesulitan dalam komentar pertandingan Glory. Saat kedua belah pihak saling menyerang, akan ada banyak perubahan detail, namun ritmenya sangat cepat sehingga tidak menyisakan celah bagi komentator untuk menganalisis setiap bagian secara mendetail. Saat ini, pertempuran antara Tang Rou dan Liu Xiaobie bahkan terlalu cepat untuk sekedar "mengumumkan nama skill" yang biasa digunakan komentator untuk mengisi waktu kosong di arena.
Ketika dia menyebutkan satu nama skill, kedua belah pihak mungkin sudah menggunakan tiga skill masing-masing.
"Terlalu cepat..." Pan Lin akhirnya memaksakan tiga kata keluar, karena diam terlalu lama akan terasa canggung.
"Kelewatan cepat." Li Yibo dengan skill berpengalaman dan pengalaman kelas profesional, langsung beralih ke analisis umum ketika detail tidak bisa diikuti. Alih-alih melihat detail pertarungan, dia malah memeriksa Pohon Skill kedua karakter.
Di Pohon Skill itu, ikon skill dengan cooldown seperti jam terus bertambah banyak, bagaikan pohon yang dipenuhi jam.
Ritme?
Sudah tidak ada ritme lagi. Kedua orang ini saling berlomba kecepatan, saling mengejar, berubah menjadi pertarungan murni tentang siapa yang lebih cepat. Kecepatan dan jumlah skill yang terkuras sangat mengerikan. Jika terus berlari kencang seperti ini, mungkin tak lama lagi keduanya akan mencapai titik dimana tidak ada skill yang bisa digunakan. Atau mungkin hanya skill low-tier yang tersisa...
Prediksi Li Yibo tidak salah.
Bertempur! Bertempur! Bertempur!
Hantam! Hantam! Hantam!
Liu Xiaobie mengoperasikan karakternya dengan gila-gilaan, tapi tetap gagal menekan lawannya secara total. Tiba-tiba, sebuah operasional yang seharusnya menghasilkan serangan malah terhenti. Gempuran Flying Sword terhenti mendadak.
Bagaimana bisa?
Liu Xiaobie hanya terheran sepersepuluh detik, lalu segera menyadari apa yang terjadi.
Cooldown skill, jadi tidak bisa digunakan.
Tapi, skillnya masih dalam cooldown?
Buruk!
Liu Xiaobie langsung menyadari kecepatan tangannya sudah lepas kendali. Hanya mengejar kecepatan buta tanpa perencanaan yang bisa menyebabkan situasi canggung seperti ini dimana skill tidak bisa disambung karena cooldown. Karena melepaskan kecepatan tangan secara berlebihan sehingga membuat ritme tidak seimbang, ini adalah kesalahan yang dulu sering ia lakukan, membuatnya dianggap sebagai pemain yang hanya menyia-nyiakan bakat.
Untungnya, ia sadar dan memperbaikinya. Ia mulai belajar memanfaatkan kecepatan tangannya secara efektif - menggunakan kecepatan penuh saat diperlukan, menekan kecepatan saat harus melambat. Keseimbangan ritme ini tidak akan lagi kacau karena subjektivitasnya.
Perubahan ini membawa peningkatan besar pada Liu Xiaobie. Musim lalu ia hampir masuk 24 All-Star. Musim ini ia berharap bisa mencapai terobosan, tapi di pertandingan ini malah kambuh lagi, memaksakan kecepatan tangan sampai level ekstrim seperti ini?
Benar-benar lawan yang membuat tidak bisa tenang!
Tapi untungnya, lawan ini juga terus mengejar ritme yang sama, sama-sama menghamburkan skill karena kecepatan tangan berlebihan. Jadi yang seharusnya menjadi kesalahan dan celah besar, dalam pertandingan ini tidak relevan karena kedua pihak melakukan kesalahan serupa.
"Haha, benar-benar..." Liu Xiaobie baru ingin mengetik di channel ketika Fire Dance Flow tiba-tiba menyambar.
Serangan biasa?
Liu Xiaobie dengan santai menggerakkan pedang, Flying Sword berhasil menangkis serangan itu. Namun Han Yanrou tidak berhenti, serangan berikutnya datang berupa tusukan Longya. Saat ini sebagian besar skill mid/high-tier masih dalam cooldown, kedua belah pihak terutama menggunakan serangan biasa dan skill low-tier di bawah level 20 dengan cooldown singkat.
"Di situasi seperti ini masih nekat menyerang, benar-benar keras kepala!" Gumam Liu Xiaobie sambil terus melakukan parry terhadap serangan bertubi-tubi Han Yanrou. Perlahan, ia mulai menyadari sesuatu yang aneh.
Serangan biasa, tanpa cooldown, bisa digunakan kapan saja dengan variasi gerakan.
Skill low-tier memiliki cooldown singkat, setelah digunakan, beberapa manuver saja sudah bisa dipakai kembali.
Gempuran Han Yanrou tetap bertahan dengan pola ini, sama seperti sebelumnya: padat dan kilat.
Liu Xiaobie terbelalak menyadari bahwa saat ia sudah mengidentifikasi masalah over-APM dan berusaha mengontrol ritme, Tang Rou justru masih nekad melakukan kesalahan yang sama.
Kecepatan tangannya masih sama seperti sebelumnya, bahkan terkesan semakin membara, terus mencari cara untuk menambah kecepatan.
Ini...
Liu Xiaobie bingung memberi penilaian, yang ia tahu sekarang pertahanannya mulai goyah.
"Apa yang ada di pikiran perempuan ini?!"
Kebingungan Liu Xiaobie bercampur dengan sedikit pencerahan, seolah menemukan petunjuk tersembunyi.
Di dalamnya, ada bayangan dirinya di masa lalu. Hanya saja, ketika dia terus-menerus meningkatkan kecepatan tangan dan mempercepat ritme tanpa hasil yang diharapkan, dia melakukan penyesuaian dan perubahan. Akhirnya, dia mengalami kemajuan besar. Sedangkan Tang Rou, seperti versi dirinya yang belum menemukan masalah, masih terus ngebut-ngebutan di jalan ini dengan liar.
Jika terus begini, apa yang akan terjadi sebenarnya?
Liu Xiaobie menyadari dirinya tak pernah memikirkan masalah ini. Setelah strateginya tidak membuahkan hasil, dia langsung menyesuaikan diri.
Lalu Tang Rou? Apakah dia tidak tahu? Ataukah dia sedang menunjukkan ketekunan?
Liu Xiaobie tak paham. Yang dia tahu, saat ini dia hampir tak bisa menahan gempuran. Ada perasaan dalam hatinya: awalnya mereka berdua berlari sejajar. Tapi di tengah jalan, dia tiba-tiba menemukan cara yang lebih mungkin meraih kemenangan. Dia berhenti berlari dan pergi belajar. Si pemalas yang tetap ngebut itu tiba-tiba melesat meninggalkannya...
Apakah keunggulan ini hanya untuk pertandingan ini? Atau... untuk seluruh karirnya?
Siapa yang akhirnya menang? Yang tetap ngebut, atau yang pergi belajar cara yang lebih baik?
Dengan kebingungan, Flying Sword milik Liu Xiaobie tumbang. Bukan karena serangan biasa dan skill low-tier Han Yanrou, tapi karena ritme dominan yang terbangun dalam gelombang serangan ini.
