Cepat sekali! Pantas Liu Xiaobie sampai kalah.
Xiao Yun mengoperasikan tombak perangnya sambil mundur dan menghindar. Ini sebenarnya situasi yang sudah dia persiapkan secara mental, namun ketika benar-benar terjadi, tetap membuatnya sedikit gugup.
Memang lawan yang tidak bisa dihadapi secara frontal! Xiao Yun kini memastikan pertimbangannya itu. Sejak awal, solusi sudah dia persiapkan.
"Dia ingin cepat, jangan biarkan dia cepat. Dengan pemahamanku tentang Battle Mage, masa tidak bisa menekan ritmenya?"
Pertarungan antar kelas yang sama membuat setiap perubahan yang mungkin dilakukan semakin jelas. Jika Tang Rou bukan Battle Mage, Xiao Yun mungkin tidak akan sepercaya diri ini. Tapi karena lawannya adalah Battle Mage, dia yakin bisa mengontrol arena. Lagipula lawannya masih rookie dengan pemahaman terbatas tentang kelasnya. Dalam duel sesama kelas, kelebihan lebih condong ke pihaknya - begitu keyakinan Xiao Yun.
Dengan tenang dia mengoperasikan karakternya, backstep menghindari tusukan Longya dari Han Yanrou.
Lompat lagi, menghindari Combo Thrust yang menyusul setelah Longya.
Setelah Combo Thrust, Fire Dance Flow tiba-tiba berputar - Tianji dengan cooldown yang sudah reset kembali melancarkan serangan. Namun tombak perangnya menekan ke bawah, menghentikan Tianji itu. Beberapa serangan berturut-turut Han Yanrou gagal menemui sasaran.
Senyum mencibir mengembang di bibir Xiao Yun, seperti kucing yang sedang bermain dengan tikus.
Tapi Magic Chakra telah melesat - chakra atribut cahaya yang terkumpul dari serangan Tianji sebelumnya.
Ternyata serangan mendadak yang tidak berani kendur sedetik pun!
Chakra atribut cahaya yang tiba-tiba terbang ini memang sudah diantisipasi Xiao Yun, dengan tenang dihindarinya. Serangan berikutnya Han Yanrou datang lebih cepat lagi - efek peningkatan kecepatan serang tombak setelah melepaskan Chakra cahaya. Tentunya Xiao Yun sudah memperhitungkan ini, setelah menghindar langsung waspada terhadap serangan yang tiba-tiba dipercepat.
Tanggapannya bukan sekadar menghindar pasif yang justru memberi ruang bagi Tang Rou untuk meningkatkan tempo. Xiao Yun lebih banyak menggunakan teknik parry serangan untuk membatasi kontinuitas serangan Tang Rou, sekaligus mengacaukan ritmenya.
Performanya cukup baik. Wajar, sebagai anggota Tim Micrograss yang telah melatih kelas Battle Mage selama bertahun-tahun. Dia sangat paham titik terlemah dalam ritme serangan Tang Rou untuk diganggu.
Lagi-lagi seperti ini...
Situasi yang dihadapi Tang Rou ini terasa familiar, bahkan bisa dibilang baru saja dialaminya.
Di babak sebelumnya saat melawan Tim Yi Zhan, meskipun Xingxin akhirnya meraih 2 poin di arena, Tang Rou yang tampil pertama justru kalah oleh pemain kedua lawan. Peserta kedua dari lawan, Wen Xiaobei, adalah seorang Battle Mage.
Pertempuran antar kelas yang sama, Tang Rou baru saja mengalaminya di babak sebelumnya. Di babak ini, dia kembali bertemu dengan Xiao Yun yang memiliki kelas serupa. Xiao Yun dan Wen Xiaobei sama-sama menggunakan taktik gangguan dan pembatasan yang membutuhkan pemahaman mendalam terhadap kelas, namun dibandingkan Wen Xiaobei, Xiao Yun jelas lebih berpengalaman. Tekanan yang dirasakan Tang Rou kali ini pun lebih mencekam dibanding babak sebelumnya.
Lebih mencekam, namun juga semakin terbiasa.
Domineering Smash menyapu! Tang Rou tetap menolak untuk meninggalkan Serangan Mendadak.
Senyum santai masih mengembang di bibir Xiao Yun. Dengan mahir dia menggerakkan mouse, karakter tombak besar-nya juga melancarkan Domineering Smash yang bertabrakan dengan serangan Han Yanrou.
Operasional dalam sekejap, serangan dalam sekejap. Dua tombak perang itu hendak bertabrakan lagi. Fire Dance Flow tiba-tiba terangkat.
Di momen genting terakhir, ketika dua skill hampir bertabrakan, Tang Rou melakukan pengaturan skill. Semua terjadi dalam sepersekian detik yang krusial, tidak boleh meleset sedikitpun.
Dia berhasil!
Fire Dance Flow menyelinap di samping tombak Domineering Smash yang menghunjam. Han Yanrou melompat ke udara, nyaris tidak sempat menghindar dari serangan itu.
Nyaris, tapi tetap berhasil dihindari. Bagaimana dengan Xiao Yun? Saat menyadari perubahan ini dan ingin merespons, sudah terlambat.
Tang Rou telah menahan perubahan hingga detik terakhir, sama sekali tidak memberi ruang bagi Xiao Yun untuk melakukan tindakan lanjutan.
Bukan hanya dia, bahkan orang dengan kecepatan tangan sepuluh atau seratus kali lipat lebih cepat pun, pada saat ini sudah tidak mungkin lagi mengikuti perubahan gerakan Tang Rou.
Buruk!
Xiao Yun hanya bisa berteriak dalam hati, bahkan senyuman di sudut bibirnya tidak sempat dia sembunyikan. Tombak besar-nya sudah terkena serangan Domineering Smash dari Han Yanrou. Seketika, aliran api menyambar dan menyelimuti tombaknya. Efek serangan khusus "Flowing Flame" dari senjata Fire Dance Flow pun terpicu.
Setelah satu serangan berhasil, segalanya menjadi lebih mudah. Skill demi skill datang bertubi-tubi, setiap serangan lebih cepat dari sebelumnya.
Ini adalah kombo. Gempuran yang bisa diinterupsi sembarangan tidak layak disebut kombo.
Tombak besar Xiao Yun terus-menerus bertabrakan dengan Fire Dance Flow di tangan Han Yanrou. Tang Rou mengoperasikan karakternya dengan fokus total. Dia sangat berharap bisa mengalahkan lawan dalam satu serangan habis-habisan. Sayangnya, harapan tidak sesuai kenyataan.
Xiao Yun yang memahami Battle Mage, dengan cepat menemukan celah dalam kombo Tang Rou.
Naga Murka Menembus Hati!
Memanfaatkan celah itu, Xiao Yun langsung melancarkan Skill besar. Tang Rou yang terburu-buru merespons, memutar tombak Han Yanrou, tapi tetap tidak bisa sepenuhnya menahan serangan level tinggi semacam ini.
Gempuran Han Yanrou terhenti mendadak. Sebaliknya, Xiao Yun memulai serangan balasan dengan Naga Murka Menembus Hati ini, menciptakan klimaks dalam gelombang serangannya.
Cara Tang Rou menghadapi serangan sangat berbeda dengan Xiao Yun. Dia tidak melakukan pengamatan, pertimbangan, atau mencari kesempatan seperti Xiao Yun. Menghadapi setiap pukulan tombak besar, dia terus mencoba operasional. Terus-menerus melakukan operasional, seolah-olah setiap serangan tombak besar penuh dengan celah. Namun faktanya, serangan tombak besar tidak terinterupsi. Usaha keras Tang Rou yang tak henti-hentinya ini belum membuahkan hasil.
Tapi "kegigihan"nya ini menciptakan tekanan psikologis yang kuat bagi lawan. Xiao Yun saat ini merasakan perasaan krisis yang sangat intens, seolah-olah sedikit saja celah muncul, dia akan langsung kalah dalam pertandingan ini.
Perasaan seperti ini tak terduga oleh Xiao Yun. Dia gugup, tidak berani lengah. Tapi semakin seperti ini, operasionalnya justru semakin tidak akurat. Seringkali dirinya sendiri membuat keringat dingin akibat ketakutan. Akhirnya, gempuran Xiao Yun tidak bertahan lama. Dia pun akhirnya menunjukkan celah. Tang Rou yang gigih segera menyambar kesempatan ini dengan momentum seolah takkan melepaskan meski mati. Begitu serangan berhasil, kombo langsung menggelinding tak terbendung! Dikacaukan lagi oleh Xiao Yun yang menyambar kesempatan? Tidak takut, ulangi saja!
Kedua belah pihak saling serang seperti ini. Tapi baik saat menyerang maupun diserang, Han Yanrou milik Tang Rou selalu mempertahankan sikap ofensif. Saat menyerang, maju tanpa ragu. Saat diserang, memberikan perasaan krisis akan serangan balik dahsyat yang siap meledak kapan saja, bagai duri di punggung.
Keringat di dahi Xiao Yun semakin banyak. Senar di hatinya semakin tegang.
Semakin tegang, semakin tidak berani bertindak leluasa, kekhawatiran Xiao Yun semakin bertambah. Semakin tidak ingin melakukan kesalahan, kesalahan justru terus menghampirinya. Meskipun terlihat terus melakukan peralihan antara serangan dan pertahanan, fase serangan Xiao Yun semakin pendek sementara fase Han Yanrou merebut kesempatan meluncurkan gempuran semakin panjang.
Dengan pertukaran seperti ini, HP Han Yanrou yang tertinggal di awal pertandingan perlahan terkejar. Xiao Yun hanya bisa menyaksikan dengan panik, melakukan semakin banyak kesalahan. Ia terus mengingatkan diri untuk tetap tenang dan stabil, namun tangannya seolah bukan miliknya sendiri - kaku, tidak menurut perintah. Ke mana hilangnya operasional lincah yang biasa ia lakukan? Xiao Yun benar-benar ingin menjepit tangannya sendiri di mulut lalu menggigitnya keras-keras.
Garis hidup unggul 43% perlahan terkejar, kemudian tertinggal.
Semakin kacau permainan Xiao Yun, tak tersisa sedikitpun kemegahan penuh keyakinan saat pembukaan. Yang ada hanyalah kepanikan dan kebingungan.
Bagaimana bisa begini?
Xiao Yun tak mengerti. Terhadap Tang Rou, persiapannya matang, keyakinannya penuh. Tapi mengapa saat bertanding, performanya justru payah? Mengapa kondisi hari ini bisa seburuk ini?
Xiao Yun gagal menstabilkan emosi, tak mampu mengendalikan konsekuensi. Ia hanya bisa kalah.
Tang Rou sukses melakukan 1 vs 2, dengan mulus memasuki arena pertandingan babak ketiga.
Suasana live mendadak hening bagai kuburan.
"1 vs 2, hasil ini sudah sangat mengesankan. Tapi karena pernyataan Tang Rou adalah 1 vs 3, ini belum selesai. Selanjutnya yang akan bertanding dari Micro Grass adalah kapten mereka Wang Jiexi. Bagaimana dengan Tang Rou? Han Yanrou setelah pertarungan ini hanya menyisakan 16% HP."
"Li Zhidao, menurutmu... ini..." Komentator Pan Lin mulai ragu-ragu. Menantang Wang Jiexi dengan 16% HP, sungguh sulit melihat harapan!
"Haha, keindahan pertandingan terletak pada ketidakpastiannya! Mungkin kita akan menyaksikan keajaiban?" kata Li Yibo sambil tersenyum.
"Apakah Li Zhidao masih optimis dengan Tang Rou?" tanya Pan Lin.
"Sudah sampai sejauh ini, pemain Tang Rou adalah orang yang sangat gigih. Bisa saja dia melakukan sesuatu yang tak terduga!" jelas Li Yibo.
"Baiklah, mari kita tunggu bersama. Fokus yang telah berlangsung selama lima babak ini akhirnya akan terungkap - Tang Rou dari Tim Xingxin vs Wang Jiexi dari Tim Micrograss!" Pan Lin mengumumkan.
Siaran langsung TV mengumumkan, papan elektronik di lokasi juga menampilkan pemain Micrograss berikutnya. Tapi Wang Jiexi tidak buru-buru naik ke arena, ia menunggu Xiao Yun kembali terlebih dahulu.
Melihat kapten memandangnya, Xiao Yun menundukkan kepalanya dan berusaha menyelinap ke sudut.
"Tang Rou, yang paling menakutkan bukanlah teknik atau kecepatan tangan, melainkan momentumnya." Setelah mengucapkan ini, Wang Jiexi melangkah maju ke arena.
Xingxin vs Micro Grass, ronde ketiga arena pertandingan.
Lawan terakhir dalam misi 1 vs 3. Mengalahkannya berarti memenuhi sumpah, tinggal selangkah lagi.
Tapi Tang Rou sudah tidak mampu berbuat apa-apa.
Wang Buliuxing jatuh dari langit, meninggalkan jejak cahaya bintang dari senjata Extinction Star yang baru saja diayunkannya.
"1 vs 3 tidak semudah itu!" seru Wang Jiexi.
Ronde ketiga arena pertandingan dimenangkan Wang Jiexi dengan kemenangan sempurna.
Ruangan kembali sunyi senyap.
Jika Tang Rou berhasil 1 vs 3? Mereka mungkin kesal. Tapi melihatnya dikalahkan secepat ini oleh Wang Jiexi, semua justru merasa kecewa.
Hasil seperti apa yang sebenarnya mereka harapkan? Bahkan diri sendiri tak bisa menjawab.
Area pemain Xingxin lebih mencekam lagi. Gagal 1 vs 3? Itu biasa, bahkan secara strategi pertandingan, pemain pertama sudah mencapai lawan ketiga yang memberi keuntungan besar. Tapi implikasi dari kegagalan 1 vs 3 itu...
Chen Guo kali ini, sekeras apapun berusaha, tak bisa memaksakan senyum sedikitpun.
