Kalah...
Sumpah "1 vs 3 dalam lima babak" yang diucapkan Tang Rou akhirnya tetap tidak bisa terpenuhi. Chen Guo sudah sama sekali tidak bisa menunjukkan senyuman, namun saat turun dari arena, Tang Rou masih bisa tersenyum tipis kepada semua orang, persis seperti setiap kali dia kalah dalam arena pertandingan sebelumnya. Makna senyuman itu adalah agar semua tidak perlu mengkhawatirkannya. Tapi kalau tidak khawatir sekarang, kapan lagi? Lima babak telah berlalu, tidak ada kesempatan lagi!
Melihat Tang Rou masih menunjukkan senyuman seperti itu, Chen Guo justru merasa semakin sakit hati. Dia ingin menghampiri dan mengatakan sesuatu, tapi tidak tahu harus berkata apa. Tang Rou dengan diam-diam duduk di posisinya, wajahnya mulai menunjukkan kelelahan. 35 hari latihan gila-gilaan, setiap kali tampil selalu memberikan segalanya. Kali ini melawan klub elite Micro Grass, dia bahkan berhasil mengalahkan dua pemain lawan secara beruntun, tapi kemudian dengan cepat takluk di tangan Wang Jiexi.
Apakah semuanya sudah berakhir?
Hidung Chen Guo terasa panas. Melihat Tang Rou yang masih menegakkan kepala seperti biasa, menatap adegan replay di layar elektronik yang menampilkan cuplikan pertarungan barunya saja.
Ye Xiu berdiri, tapi tidak menghampiri Tang Rou untuk berbicara. Masih mengikuti alur pertandingan, dia memberikan instruksi kepada pemain berikutnya yang akan tampil. Chen Guo yang berada di samping Ye Xiu merasa seperti tidak bisa mendengar apapun.
Pemain kedua Xingxin di arena pertandingan adalah Baozi, sosok yang dianggap banyak orang memiliki kualitas setara Wang Jiexi. Kali ini berhadapan langsung dengan Wang Jiexi, hasilnya kekalahan yang datang dengan cepat.
"Mengalahkan dua lawan secara berturut-turut, konsumsi HP Wang Buliuxing sangat terbatas. Penonton di lokasi sudah membelalakkan mata."
"Semula semua orang memperhatikan apakah Tang Rou bisa menyelesaikan 1 vs 3, tapi hasilnya, mungkinkah terjadi pembalikan situasi seperti ini?"
"Fang Rui naik ke arena di tengah dugaan orang-orang yang demikian..."
"Hasil pertandingan arena: Micrograss menang."
"Suasana hening mencekam hanya menyelimuti pendukung Xingxin. Fans Micrograss yang datang mendukung tim tamu bersorak histeris, bahkan Pan Lin di siaran langsung TV mulai bicara tanpa alur jelas."
"'Ini... Ini benar-benar...' Pan Lin merangkai kata-kata, 'Tepat saat Tang Rou menjatuhkan dua anggota Micrograss dan semua orang menduganya bisa menciptakan keajaiban, Wang Jiexi - kapten Tim Micrograss, Sang Penyihir Wang Jiexi - dengan tegas menunjukkan 1 vs 3 yang sempurna: Ini mustahil! Rekor Micrograss yang tak pernah terjungkau 1 vs 3 tetap terjaga, Wang Jiexi benar-benar salah satu orang paling bisa diandalkan di Liga Profesional, sebuah pembalikan situasi yang epik!'"
"Kegembiraan fans Micrograss memenuhi seluruh arena."
"Gagalnya Tang RoU menyelesaikan 1 vs 3 malah berbalik menjadi kekalahan akibat 1 vs 3 lawan, bisa dibayangkan betapa rendahnya semangat pasukan Xingxin saat ini."
"Bagaimana pertandingan tim selanjutnya?" Sulit bagi siapapun untuk tetap fokus memikirkan hal ini. Semua tidak bisa tidak khawatir tentang masa depan Tang Rou. Di sisi lain, Micro Grass, setelah Wang Jiexi berhasil melakukan 1 vs 3 dan membalikkan situasi di arena pertandingan, semangat pasukan mereka langsung melambung ke puncak. Dengan perbedaan semakin terasa, tim besar Xingxin akhirnya kalah melawan Micro Grass di pertandingan tim, mengakhiri seluruh pertandingan dengan skor 2-8.
Kekalahan Xingxin dari Micro Grass sebenarnya bukan berita besar. Sorotan utama pertandingan ini justru sumpah 1 vs 3 Tang Rou yang menjadi alasan utama siaran langsung memilih pertandingan ini. Kini, semuanya mulai jelas. Di lokasi konferensi pers pasca pertandingan, para wartawan telah berkumpul bersama, berdiskusi dengan hiruk-pikuk - ada yang menyesali, ada juga yang bergembira atas kesulitan orang lain.
Ruan Cheng, wartawan era esports, tentu takkan melewatkan sesi tanya jawab kali ini. Bahkan bisa dibilang dialah pemeran utama di antara para wartawan. Saat ini, dengan penuh kemenangan, ia mondar-mandir di kerumunan wartawan seperti pemenang, mengobrol dengan yang satu, bersenda gurau dengan yang lain, meninggalkan gelak tawa riangnya di mana-mana.
"Senang sekali ya?" Tiba-tiba Ruan Cheng mendengar suara di sampingnya. Ia menoleh dan melihat seseorang yang sedang memantau dirinya.
"Melihat pemain berbakat terpaksa menarik diri dari lingkup profesional karena alasan seperti ini - senang sekali ya?" Saat Ruan Cheng berbalik memandangnya, Chang Xian berkata kata demi kata dengan tegas.
Meski merupakan wartawan yang paling dekat dengan Xingxin, di antara orang-orang ini, Chang Xian masih junior. Status dan posisinya jauh di bawah Ruan Cheng, penulis andalan era esports, namun kali ini Chang Xian memberanikan diri untuk menantang Ruan Cheng dengan nada mempertanyakan.
"Hehe," Ruan Cheng tertawa. "Setiap orang harus bertanggung jawab atas pilihannya. Saya justru senang melihat pemain yang mendapat ganjaran akibat ucapan dan tindakan sombongnya. Tentu saja, harapan saya dia bisa belajar dari kesalahan, memperbaiki kekurangan, dan terus berkembang. Masa iya karena hal begini sampai dipaksa pensiun? Haha."
"Setuju! Bertanggung jawab atas ucapan, permintaan maaf yang tulus pasti akan diterima semua orang!" Wartawan lain yang juga tidak menyukai Tang Rou ikut mendukung pernyataan Ruan Cheng.
Melihat senior-senior yang berpura-pura suci ini, Chang Xian merasa muak. Mereka selalu menempatkan diri di posisi tinggi moral, seenaknya mengkritik orang lain, seolah segala yang tak sesuai keinginan mereka pasti salah. Sekarang mereka bicara seolah ingin yang terbaik untuk Tang Rou, tapi Chang Xian tahu persis: mereka hanya ingin melihat Tang Rou dipermalukan, menyaksikan pemain keras kepala ini menunduk di hadapan mereka - demi menunjukkan kewibawaan wewenang mereka.
Chang Xian tidak ingin melihat Tang Rou menunduk di depan orang-orang ini. Tapi dia lebih tidak ingin lagi melihat Tang Rou mundur dari lingkup profesional.
“Datang, orang-orang Xingxin datang.” Setelah ada yang berteriak, semua wartawan serentak bersiap. Ruan Cheng tersenyum merapikan penampilannya dengan sikap pemenang, dia siap menikmati malam ini.
Ye Xiu, Fang Rui, Chen Guo, dan Tang Rou—empat orang perwakilan Xingxin yang hadir di konferensi pers. Para wartawan sedikit bersemangat, sebelumnya mereka khawatir Tang Rou mungkin tidak akan muncul. Ternyata gadis ini cukup bertanggung jawab!
Bagus! Tunduklah! Minta maaflah!
Asalkan menunjukkan sikap yang baik, semua orang pasti dengan senang hati menerimanya.
Melihat keempat perwakilan Xingxin duduk, meski para wartawan sudah tidak sabar, akhirnya mereka semua menoleh ke Ruan Cheng. Bagaimanapun kasus ini dia yang memulai, saat ini harus memberi dia kesempatan menyelesaikan topik ini.
“Hmm!” Ruan Cheng tentu tidak akan menyia-nyiakan kesempatan. Setelah dipersilakan, dia berdiri dengan penampilan menawan untuk bertanya.
“Sangat disayangkan Xingxin mengalami pembalikan situasi padahal sempat unggul.” Ruan Cheng dengan tenang membuka percakapan dengan basa-basi.
“Ya, sangat disayangkan.” Ye Xiu menyambut kalimatnya.
“Yang lebih disayangkan adalah Nona Tang Rou—hanya selangkah lagi bisa menyelesaikan 1 vs 3.” Ruan Cheng tersenyum, langsung menohok inti masalah.
Tang Rou duduk di kursi dengan sikap tegap seperti biasa setiap menghadiri acara semacam ini. Tidak terlihat buru-buru ingin introspeksi seperti yang dibayangkan orang, apalagi tampak kehilangan semangat.
"Ada maksud apa?"
Banyak wartawan mulai ragu-ragu dalam hati.
Sumpah?
Sejujurnya tidak banyak orang yang menganggap serius hal ini. Tang Rou sebagai pemain berkekuatan dan berpenampilan menawan, nilainya di lingkup profesional tak ternilai. Sumpah yang disebutkan itu sama sekali tidak memiliki metode yang bisa dipaksakan. Demi keuntungan terbesar, saat-saat seperti ini harusnya diatasi dengan PR bukan? Bahkan dalih-dalih seperti "untuk cinta", "untuk tim", "untuk pendukung" yang pernah dibongkar Ruan Cheng sebelumnya, dalam kondisi terdesak demi mempertahankan keuntungan, mungkin akan diucapkan dengan tidak tahu malu!
Tapi sikap tenang dan kewibawaan seperti ini, seolah tidak ada masalah ini, mau melakukan apa? Apa mau pura-pura amnesia?
Semua orang menatap Ruan Cheng: "Jangan main-main lagi, cepat selesaikan!"
Ruan Cheng memang agak bingung. Di saat seperti ini, pemain ini masih menghadapi saya tanpa menunjukkan sedikitpun sikap menyerah?
Benar-benar orang yang membuat kesal!
Suasana hati Ruan Cheng mulai memburuk, ia pun mempercepat ritme.
"Jika saya tidak salah hitung, perjanjian lima babak ini sekarang tepat memasuki babak kelima. Nona Tang Rou meski hanya selangkah lagi, tapi tetap belum menyelesaikan 1 vs 3. Bukankah Nona pernah bilang, jika tidak menyelesaikan 1 vs 3 dalam lima babak, harus menarik diri?"
“Ruan Cheng awalnya juga ingin membuat Tang Rou secara inisiatif tampil, mengakui kesalahan, memohon pengampunan. Tapi hasilnya, dia hanya duduk diam di kursi seolah tidak peduli kecuali ditunjuk. Ruan Cheng tidak tahan, sumpah untuk menarik diri sebelum lima babak langsung dia gembar-gemborkan.”
Seketika, semua pandangan terkonsentrasi pada Tang Rou.
Tang Rou tersenyum: “Menarik diri? Saya tidak setuju, silakan lanjutkan.”
Saya tidak setuju, silakan lanjutkan?
Apa maksudnya ini?
Para wartawan langsung gempar, bahkan Ruan Cheng pun terkejut. Chang Xian juga tidak menyangka Tang Rou menggunakan cara seperti ini.
Tidak menunduk, tapi juga tidak mundur. Apa yang bisa kau lakukan?
Chang Xian tak menyangka, si cantik ini ternyata bisa se"kresek" ini. Jika diungkapkan kasar, ini jelas-jelas mau ngemplang tagihan? Ini... ini merusak citra sendiri bukan main!
Reputasi, di mana pun, sangat penting. Perkataan yang terucap seperti air tumpah. Bisa dicari alasan memalukan dan konyol untuk membelokkan, tapi akhirnya harus ada posisi resmi.
Tapi Tang Rou tidak memberi sikap resmi, hanya satu kalimat: Saya tidak setuju.
Benar!
Jika pemain tidak setuju, tak ada yang bisa memaksa pensiun. Alasan ini memang kuat. Tapi dengan begini, citranya benar-benar hancur lebur menjadi sampah. Sebaik apa pun citra tak bisa menyelamatkan, kualitas manusia tetaplah yang terpenting.
“Kau tidak setuju?” Ruan Cheng jelas tak menyangka serangan balik seperti ini, suaranya melengking tinggi. Tapi kemudian bingung melanjutkan, “Tak... tak tahu malu!”
Tak tahan, Ruan Cheng akhirnya benar-benar tidak bisa menahan diri. Menggunakan kata-kata hinaan secara terang-terangan seperti ini tentu sangat tidak pantas. Mereka yang biasa bermain kata-kata sebenarnya ahli dalam mengkritik secara tidak langsung. Tapi kali ini, benar-benar tak tertahankan. Ini namanya tidak tahu malu, tidak ada istilah yang lebih tepat selain ini.
"Bagaimanapun juga. Saya akan terus maju, terima kasih." Kata Tang Rou.
Terima kasih? Dasar! Para wartawan marah, "Apa kau sedang mempermainkan kami?"
