Suasana sesi tanya jawab langsung mendidih. Bahkan mereka yang sebelumnya tidak punya kesan buruk pada Tang Rou, setelah melihat sikapnya yang seperti ini, benar-benar tidak bisa menerima.
Ini namanya apa? Keras kepala seperti bebek mati? Sudah jelas kalah taruhan, tidak mau meminta maaf mengakui kesombongannya, juga tidak mau menarik diri dari liga sesuai perjanjian. Hanya bilang "Saya tidak setuju"?
Sepanjang sepuluh tahun penyelenggaraan Liga Profesional Glory, belum pernah ada pemain seperti ini yang secara terang-terangan mengingkari pernyataan publiknya sendiri.
Seorang atlet profesional adalah figur publik yang kredibilitasnya sangat penting. Pemain yang menghancurkan janjinya sendiri seperti ini, sebaik apapun penampilan atau aura-nya, mana ada merek yang berani memberinya endorsemen? Tanpa dukungan promosi ini, siapa yang mau mempopulerkan dirinya? Bahkan tim esports pun, demi menjaga citra organisasi, meski kemampuannya luar biasa, pasti akan menjauhinya karena reputasinya yang buruk?
"Tindakan Tang Rou ini sama saja dengan memutus jalan hidupnya sendiri." Meski para wartawan bergemuruh, namun sejenak, selain menyebut "tidak tahu malu" seperti komentar Ruan Cheng, mereka tak menemukan cara lain untuk mengutuk. Kejadian seperti ini memang belum pernah dialami sebelumnya, tidak ada EXP!
Seketika, para wartawan bagaikan lebah madu yang sarangnya dihancurkan, suara bisik-bisik mereka berdengung. Mungkin ada yang benar-benar ingin bertanya, namun dalam arena yang kacau-balau ini, tak ada satu pun pertanyaan yang bisa tertangkap jelas.
"Tenang, mohon tenang!!!" Juru bicara media dari pihak Liga berteriak membahana. Biasanya setiap tim memiliki juru bicara sendiri yang akan bertindak sebagai pemandu acara saat sesi tanya jawab media tim mereka. Xingxin tidak memilikinya, sehingga peran ini diambil alih sementara oleh personil liga. Meski personil liga tetap akan melindungi kepentingan tim, tapi tentu tidak sepenuh hati seperti staf PR tim idola. Saat ini, dia hanya ingin menjaga ketertiban arena, tanpa banyak perasaan khawatir terhadap Xingxin.
Kekacauan yang ditimbulkan para wartawan berlangsung hampir lima menit. Ketika mulai mereda, setiap orang menampakkan wajah penuh kemarahan. Kali ini, tidak ada satu pun yang memahami tindakan Tang Rou. Hanya Chang Xian yang awalnya merasa puas melihat banyak wartawan kehilangan kendali. Namun setelah itu, ia mulai khawatir pada Tang Rou. Ia sangat paham betapa merugikan sikap Tang Rou, tapi tidak tahu strategi PR seperti apa yang mereka rancang. Berdasarkan pemahamannya tentang Xingxin, mereka tampaknya tidak memiliki tim PR profesional. Dalam konferensi pers, mereka selalu bertindak sangat sembrono, kalau tidak, tidak mungkin sampai menimbulkan aggro sebesar ini.
Di antara kerumunan wartawan yang sudah tertata kembali, Ruan Cheng berdiri di barisan depan bagai pemimpin opini, wajahnya dipenuhi kemarahan.
"Nona Tang Rou, bisakah Anda menjelaskan makna pernyataan Anda barusan?" Ruan Cheng yang licik ini meski sudah berpikir matang, tetap khawatir ada perangkap PR tersembunyi dalam pernyataan Tang Rou. Bagaimanapun, penanganan ini terlalu mustahil, bahkan dalam 10 tahun sejarah Glory belum pernah terjadi.
"Maksud saya, saya tidak akan menarik diri dari Liga Profesional dan akan terus bertanding," jawab Tang Rou.
Baik! Kali ini pernyataannya jelas sekali, tidak ada lagi ruang untuk berkelit bukan? Ruan Cheng langsung penuh semangat.
"Lalu, sumpah yang kamu ucapkan sebelumnya itu bagaimana? Menurutmu hanya dengan berkata 'kamu tidak setuju' bisa langsung dilupakan? Di mana posisi para pemain Glory yang telah peduli, mendoakan, dan mendukungmu selama ini?" kata Ruan Cheng.
"Oh," Tang Rou berdiri setelah mendengarnya.
"Saya menyesal tidak berhasil menyelesaikan 1 vs 3, membuat semua yang peduli, mendoakan, dan mendukung saya kecewa." Tang Rou membungkuk hormat, lalu kembali tegak. "Tapi saya tidak akan mundur. Meski melanggar janji, saya akan terus lanjut. Semua cap buruk akibat ini akan saya tanggung sendiri. Yang paling membuat khawatir adalah dampaknya pada rekan setim. Saya harap Tim Xingxin tidak terpengaruh negatif, karena ini murni keputusan pribadi saya. Semua kritik dan tuduhan harap hanya ditujukan ke saya, jangan mengenai Tim Xingxin atau anggota lain."
"Tindakanmu justru mencemarkan nama tim," serang Ruan Cheng.
"Hmm, betul. Tim menjadi korban karena saya. Terima kasih atas sikap rasionalmu," jawab Tang Rou.
Suasana live kembali menjadi aneh.
Apa ini? Berani menanggung semua kesalahan sendirian? Pernyataan gamblang ini membuat para pemain yang ingin menjerat Xingxin ikutan terpaksa bungkam. Tapi dengan pengorbanan seperti ini, apakah Tang Rou tidak memikirkan masa depannya?
Semua wartawan paham betapa gila-gilaannya tindakan merusak citra diri sendiri ini. Tapi justru karena itu, mereka tak bisa menyerang.
“Kamu tahu dampak seperti apa ini terhadap prospekmu?”
Pertanyaan seperti ini, lawan cukup jawab "Urusanmu apa?" sudah bisa insta-kill sampai jadi sampah. Prospek cerah, jika benar-benar tidak dihiraukan, menggunakan ini sebagai bahan omongan, itu namanya orang bodoh macam apa? Jadi Ruan Cheng membuka topik, ingin berdiri di posisi mereka yang peduli dan mendukung Tang Rou, juga ingin menuding dia telah mencemarkan nama tim. Tapi semua ini ditanggapi sepenuhnya oleh Tang Rou, dengan sikap "silakan hujat dan ledek sepuasmu".
Selain posisi tersebut, posisi lain benar-benar tidak berdasar!
Apa harus bilang, banyak orang berharap kamu gagal 1 vs 3 lalu pergi sana, sekarang kamu benar-benar gagal, pantaskah ini bagi mereka yang menantikan nasib burukmu?
Serangan seperti ini mungkin malah membuat Tang Rou semakin bersemangat melanggar kontrak?
Para wartawan berpengalaman sejenak bingung bagaimana merespons. Mereka hanya bisa bertekad dalam hati, setelah pulang akan menyerang Tang Rou sekeras-kerasnya. Tapi melihat sikap Tang Rou ini, mereka agak merasa bersalah. Orang ini jelas-jelas tidak peduli citra, tidak butuh dukungan atau pengertian kalian. Apa efek serangan mereka? Mungkin hanya sebagai pelampiasan saja?
Sikap keras Tang Rou membuat para wartawan kebingungan. Ruan Cheng yang sudah mempersiapkan diri menikmati rasa kemenangan, mana menyangka situasinya akan seperti ini. Tang Rou memikul semua kesalahan. Lalu bagaimana dengan Tim Xingxin? Apa pandangan kalian tentang hal ini?
“Bolehkah kami bertanya pendapat para anggota Xingxin mengenai kinerja Tang Rou hari ini?” Ruan Cheng berkata dengan suara berat. Dia akhirnya menghindari Tang Rou karena sikap kerasnya membuatnya kewalahan. Dia perlu mencari terobosan baru.
“Kinerja Tang Rou hari ini…” Kapten Xingxin Ye Xiu membuka topik, “Sangat bagus.” Dia mengangguk mantap. Di tengah ekspresi mulut menganga yang terpaku, dia melanjutkan, “Di arena pertandingan, melawan dua musuh langsung sampai lawan ketiga, performa seperti itu benar-benar luar biasa kuat.”
Para wartawan menangis terisak-isak, “Shen, jangan berpura-pura bodong dong! Kamu tahu kami tidak menanyakan itu.” Tapi sejujurnya, jika mengabaikan janji, mengalahkan dua lawan di arena sampai musuh ketiga memang sangat keren! Beberapa wartawan termenung. Namun yang masih sadar hendak cepat-cepat menuding “Shen jangan pura-pura bodoh”, tapi Ye Xiu sudah melanjutkan:
“Yang perlu dikritik keras adalah dua pemain berikutnya. Dua orang, tapi tidak bisa mengalahkan satu lawan? Terutama Fang Rui sang penjaga arena urutan ketiga! Tim menghabiskan banyak uang untuk merekrutmu, apa untuk menjadikanmu sampah? Bahkan Wang Jiexi pun tidak bisa diatasi?” Hardikan Ye Xiu sungguh mengguncang. Sejak Wang Jiexi bergabung di Liga Profesional, para wartawan belum pernah mendengar kalimat “Bahkan Wang Jiexi pun tidak bisa diatasi”.
“Iya iya,” Fang Rui di samping menunduk malu, “Aku salah, tidak fokus saat bertanding. Lawan seperti Wang Jiexi, minimal harus kuhabisi sepuluh sekaligus.”
“Agak berlebihan!” Ye Xiu berkata.
“Delapan?” Fang Rui bertanya.
“Hmm.” Ye Xiu mengangguk.
Para wartawan hampir gila. Perkataan seperti ini sama sekali tidak bisa mereka laporkan. Semua orang pasti menganggapnya sebagai candaan. Jika dilaporkan sebagai fakta, laporan mereka akan dipertanyakan kredibilitasnya. Mereka hanya bisa sambil menggerutu "tidak tahu malu" mencatat dulu, menunggu saat mewawancarai Wang Jiexi nanti untuk melihat reaksinya. Baru dengan begitu mereka bisa mendapatkan sudut pandang yang valid.
Tapi fokus utama saat ini seharusnya bukan ini!
“Yang Mulia Ye Xiu, sebagai kapten Tim Xingxin, bisakah Anda memberikan pandangan tentang anggota tim yang ingkar janji? Seingat saya sebelumnya Anda sangat yakin Tang Rou bisa menyelesaikan 1 vs 3?” Seorang wartawan menggigit-gigit kata kunci dengan geram.
“Itu kan ucapan formal di arena. Apa ini hari pertama kamu jadi wartawan?” Ye Xiu menjawab.
Sang wartawan hampir muntah darah, tapi harus mengakui kebenaran pernyataan itu. Menghadapi keraguan dari pemain tim, kapten – atau anggota tim mana pun – selama tidak ada konflik yang tak terdamaikan, pasti tidak akan merusak reputasi tim sendiri. Percaya atau tidak, di depan publik jawabannya pasti seragam.
Tapi pernyataan Ye Xiu ini berhasil ditangkap kelemahannya oleh Ruan Cheng.
“Kalau begitu, Yang Mulia Ye Xiu, pada kenyataannya Anda juga tidak percaya Tang Rou bisa menyelesaikan 1 vs 3, benar?” Ruan Cheng mendesak dengan agresif.
“Bagaimana mungkin? Lupa? Lima babak lagi, indikator itu justru saya yang tetapkan untuknya.” Ye Xiu tersenyum.
“Tapi sekarang dia tidak menyelesaikannya.” Ruan Cheng berkata.
“Hmm, soal pertandingan, sebenarnya tidak ada yang bisa meramalkan dengan akurat 100%, termasuk saya.” Ye Xiu berkata.
“Tapi dia sudah membuat sumpah seperti itu.” Ruan Cheng berkata.
“Nyatanya dia sekarang tidak berniat menepatinya.” Ye Xiu menjawab dengan tenang.
“Apa penilaianmu tentang hal ini?” Ruan Cheng bertanya.
“Tim tidak bisa mengintervensi keputusan pribadi. Di sini saya berterima kasih kepada Tang Rou yang telah membuat keputusan ini, sehingga kami terhindar dari kehilangan pemain berbakat. Terima kasih.” Dua kata terakhir Ye Xiu ditujukan kepada Tang Rou.
“Kurang ajar.” Tang Rou tersenyum menanggapi.
Gila! Seluruh anggota tim ini sudah gila!
Para wartawan tertegun, mulut menganga. Apa mereka tidak menyadari betapa seriusnya masalah ini? Di saat seperti ini malah bisa bersikap santai bercanda, kalau ini terjadi di tim lain, pasti tim PR mereka sudah kewalahan setengah mati?
Meski Tang Rou menyatakan semua ini adalah keputusannya pribadi dan tidak ada hubungannya dengan tim, sebagai anggota tim, citranya tetaplah bagian dari citra tim. Sekalipun dia sudah membuat pernyataan seperti itu, tim tetap akan terkena dampak buruk. Mengapa pengelola tim ini, sang bos, sama sekali tidak protes? Mungkin di dalam hati dia sudah marah-marah di jalanan?
Bos Xingxin, Chen Guo, yang kebetulan sedang berada di kursi wawancara, tiba-tiba menjadi sasaran serangan terpusat para wartawan.
