Jika di masa lalu, melihat para wartawan dibuat kocar-kacir seperti ini, Chen Guo mungkin sudah tertawa terbahak-bahak. Tapi saat ini, Chen Guo sama sekali tidak ingin tertawa. Ia hanya ingin menangis. Sejak detik pertama duduk di kursi ini, ia berusaha keras mengendalikan diri agar air matanya tidak jatuh.
Peraturan Liga tidak sampai mengikat pemilik tim. Chen Guo bisa saja tidak menghadiri konferensi pers sebelum atau setelah pertandingan. Tapi sekarang, ia duduk di sini, di samping Tang Rou, karena ingin menemani sang atlet. Ia tahu Tang Rou akan membuat keputusan yang sangat berat.
Chen Guo merasa dirinya sangat tidak berguna. Seharusnya ia datang sebagai perisai untuk melindungi Tang Rou, tapi malah menyadari dirinya sendiri yang paling rapuh. Ia tidak bisa sesantai Ye Xiu atau Fang Rui, juga tidak sekuat Tang Rou. Menahan tangis... Hal itu saja sudah hampir melampaui kemampuannya.
Isu "1 vs 3" yang ramai diperbincangkan publik, juga menjadi topik yang ditangani dengan sangat serius di internal Xingxin.
An Wenyi yang terkenal rasional, setelah konferensi pers hari itu langsung menyatakan bahwa tindakan Tang Rou adalah bentuk ketidakbertanggungjawaban.
Tang Rou tidak membantah. Setelah itu, dia hanya berlatih siang dan malam tanpa henti. Semua orang melihat usaha ini. An Wenyi pun sementara menghentikan pendapatnya. Bagaimanapun, lima babak pertandingan belum dimainkan. Mungkin Tang Rou benar-benar bisa mencapainya. Sebagai rekan setim, kali ini An Wenyi memilih memberikan semangat pada Tang Rou seperti yang lain.
35 hari berlalu, lima babak telah usai. Tang Rou akhirnya gagal memenuhi target. Usai pertandingan di ruang persiapan, An Wenyi tidak marah-marah, tetapi sorot matanya sudah cukup menunjukkan betapa kecewanya.
Kemudian, Tang Rou meminta maaf atas ketidakbertanggungjawabannya sebelumnya. Lalu dia menyatakan keputusannya: Meski harus mengingkari sumpah, dia akan terus bertahan.
Semua tertegun, terutama An Wenyi yang paling kecewa. Seorang yang rasional seperti dirinya, kali ini merasa keputusan Tang Rou semakin sulit dipercaya.
Tekanan seperti apa yang akan dipikul akibat keputusan ini? Tidak ada yang tidak tahu.
Tang Rou yang sebelumnya tidak bertanggung jawab, kini justru bersiap memikul tanggung jawab terhadap Tim dengan cara seperti ini.
Mengalah dan mengakui kelemahan, tidak bisakah seperti itu?
An Wenyi tak bisa memahami. Dia hanya tahu, seandainya dirinya di posisi itu, mustahil terpikir cara keras yang seperti menghancurkan diri sendiri ini.
Ruang persiapan sunyi senyap.
“Mengapa tidak ada yang mencegah?” An Wenyi menatap Kapten Ye Xiu, bos Chen Guo, dan rekan setim lainnya. Semua diam, apakah karena tidak menyadari keseriusan masalah ini? Tentu tidak. Diamnya semua orang saat ini justru membuktikan betapa mengejutkannya keputusan Tang Rou ini.
Tapi tak seorang pun angkat bicara. Apakah mereka semua kehilangan akal? An Wenyi ingin maju, ingin menganalisis secara rasional cara terbaik menangani hal ini. Tapi, lidahnya terasa terkunci. Solusi yang terpikir olehnya adalah menunduk di depan para wartawan dalam konferensi pers, mengakui kesalahan ucapan sebelumnya, dan memohon persetujuan untuk menarik kembali sumpahnya yang tidak tepat.
An Wenyi bisa melihat dengan jelas: para wartawan itu sebenarnya tidak terlalu berminat memaksa seorang pemain pensiun. Tindakan seperti itu justru akan mengekspos niat jahat mereka. Yang mereka tunggu adalah adegan seperti ini - saat mereka bisa berperan sebagai penyelamat yang membimbing pemain tidak matang ke jalan yang benar.
Haruskah seperti ini?
Dalam bayangannya, tercipta gambaran para wartawan yang bersikap sok jagoan saat Tang Rou merendahkan diri minta maaf. Tentu kemudian mereka akan pura-pura bermurah hati menerimanya.
“Sialan!” An Wenyi yang biasanya rasional ini mengumpat keras, menendang lemari pakaian dengan kasar. Sungguh memuakkan! Ia sadar dirinya tidak sanggup mengucapkan nasihat itu.
“Kalau begitu... biarlah!” Ye Xiu berkata demikian.
"Ye Xiu, keluar sebentar." Bos Chen Guo tiba-tiba berjalan keluar dari ruang persiapan, menyapa Ye Xiu.
"Hmm?" Ye Xiu mengikuti keluar.
Saat Tang Rou membuat keputusan ini, pikiran mengerikan tiba-tiba muncul di benak Chen Guo.
Memberikan jawaban tegas yang menanggung tekanan lebih besar, sesuai sifat Tang Rou sebenarnya tidak sulit dipahami. Tiba-tiba Chen Guo teringat Ye Xiu - si pemalas itu mungkin sudah memperkirakan Tang Rou tidak akan mampu mencapai 1 vs 3 dalam lima babak. Target 1 vs 3 dalam lima babak hanyalah jerat yang sengaja dia pasang untuk Tang Rou.
Sebelumnya, Ye Xiu pernah menyatakan dengan gamblang: Ketertarikan Tang Rou terhadap Glory tidak stabil. Minatnya berasal dari tantangan. Saat dia mencapai level tertentu dan tidak ada lagi tantangan yang menarik, dia mungkin akan kehilangan minat terhadap Glory. Sebagai anak orang kaya yang bersikap semaunya, bagaimana sikapnya nanti? Apakah akan meninggalkan Glory seperti dulu dia meninggalkan musik? Atau tetap bertahan hanya karena statusnya sebagai anggota tim? Keduanya tentu tidak diharapkan Xingxin. Mungkin inilah alasan Ye Xiu memasang perangkap, memberi belenggu agar Tang Rou terus berjuang tanpa henti?
"Kau benar-benar wanita yang menakutkan!" Ye Xiu terkejut mendengar pertanyaan langsung Chen Guo.
"Tidak ada?" Chen Guo bertanya.
"Tentu tidak ada." Jawab Ye Xiu.
“Chen Guo menghela napas lega. Ia sendiri tidak tahu dari mana muncul pemikiran seperti ini, mungkin karena terlalu sering melihat cara Ye Xiu bertindak. Si pemalas ini memang seringkali terlihat sangat dingin dan kejam. Tapi Chen Guo sama sekali tidak bisa menerima kalau dia merancang jebakan seperti ini untuk rekan setimnya. Mendengar sanggahan Ye Xiu, Chen Guo merasa lega.”
“Tapi dia sekarang...”
“Akan menerima tekanan yang sangat besar, ini memang sesuai sifatnya. Selalu memilih jalan yang paling sulit dan penuh tantangan,” kata Ye Xiu.
Tang Rou memilih cara paling sulit untuk menghadapinya, lalu bagaimana dengan dirinya sendiri? Tidak mungkin mundur kan? Sebagai tim, terhadap setiap pemain di dalamnya, bagaimanapun juga harus memberikan dukungan dan toleransi semaksimal mungkin. Yang berdiri di sini sekarang adalah Tang Rou yang paling dekat secara emosional dengannya, tapi seandainya itu anggota Xingxin mana pun, ia juga harus bertindak seperti ini.
Dengan pemikiran seperti itu, Chen Guo dengan tenang menghadapi lautan wartawan yang bergerombol mengerumuninya. Meski air mata tak tertahankan, ia harus menjadi perisai terkuat bagi Tang Rou, menjadi tameng kokoh bagi setiap pemain Xingxin. Begitulah adanya.
Gila! Orang-orang Xingxin memang gila semua.
Tang Rou ini sama sekali tidak mempertimbangkan citra dirinya sendiri, sedangkan bos Xingxin juga tidak memikirkan dampak pemain seperti ini terhadap citra tim. Strategi manajemen tim ini jelas bermasalah, ada kesalahan besar di sini.
"Apakah mereka tidak mengerti prinsip-prinsip ini?" Tampaknya tidak demikian, mereka paham, tetapi mereka sengaja bertindak seperti ini. Tang Rou bersedia menanggung segala tekanan opini publik, sedangkan bos Xingxin? Dalam situasi seperti ini, justru menekankan rasa terima kasih atas pilihan sulit yang dibuat Tang Rou demi tim.
Bagaimana bisa ada tim seperti ini, bagaimana bisa ada pemain seperti ini!
Terhadap Xingxin dan Tang Rou yang sama sekali tidak sesuai dengan logika mereka, para wartawan merasa sangat kecewa. Bahkan saat pemain tim pemenang Micrograss keluar untuk wawancara hari ini, sisa kemarahan mereka masih belum sepenuhnya hilang.
Mereka terburu-buru menyelesaikan ucapan selamat untuk pihak pemenang, lalu segera mewawancarai pemain Micrograss tentang kinerja Xingxin hari ini.
"Oh?" Mendengar bahwa Tang Rou akhirnya menyatakan hal seperti itu, ketiga anggota Micrograss yang menghadiri konferensi pers - Wang Jiexi, Gao Yingjie, dan Liu Xiaobie - juga terkejut.
Namun tak lama, Wang Jiexi mengangguk: "Ini benar-benar seperti sesuatu yang akan dilakukannya!" Pikir Wang Jiexi, ingatannya kembali ke masa di Area 10 ketika mengalahkan Tang Rou hanya membutuhkan hitungan detik. Bahkan pemula pun bisa menyadari jurang lebar antara mereka. Namun kesenjangan mengerikan ini hanya bisa menjatuhkan karakter Tang Rou, bukan memadamkan semangat juangnya. Justru karena jurang ini yang semakin jelas dirasakan Tang Rou, Wang Jiexi menangkap getaran kegembiraan dari diri sang lawan.
"Sejak saat itu, Wang Jiexi sudah tahu seperti apa orang ini. Dari momen itu hingga setelah Tantangan Rookie, ketika Tang Rou terus menolak undangan Micro Grass, Wang Jiexi semakin memahami keunikan Tang Rou."
"Memahami keunikannya, melihat ocehan para wartawan ini, bahkan Wang Jiexi merasa mereka agak menggelikan."
"Para wartawan jelas-jelas mengira, tindakan buruk Tang Rou yang melanggar sumpah ini akan membuatnya tak bisa bertahan di Liga. Dia tak akan punya masa depan."
"Tak ada tim elite klub besar yang mau merekrut pemain berreputasi buruk seperti ini untuk merusak citra mereka."
"Wang Jiexi bahkan mendengar suara begitu penuh percaya diri yang berbunyi seperti itu."
"Ya, pernyataan itu ada benarnya. Tapi masalahnya, masa depan yang kalian bicarakan mungkin sama sekali berbeda dengan persepsi Tang Rou. Pemain unik ini pasti tak akan menempuh jalan konvensional seperti pemain biasa dalam bayangan kalian."
"Tim-tim elite klub besar?"
"Micro Grass saja sudah ditolaknya dua kali tanpa ragu-ragu, penolakan total tanpa sisa. Jelas, Micro Grass sama sekali tak memiliki daya tarik baginya. Tim-tim elite yang kalian banggakan itu, di matanya biasa saja."
"Para pemain yang direkrut Ye Xiu ini, meski punya berbagai kekurangan, tapi benar-benar orang-orang yang bisa diandalkan! Memikirkan ini, Wang Jiexi menyadari dirinya secara tak sadar agak iri. Tapi menghadapi pertanyaan wartawan, dia dengan rasional mengelak."
“Hm, ketekunan menolak memenuhi janji, mungkin ada alasan tertentu! Saya kurang paham, jadi tidak nyaman memberikan pendapat.” Kata Wang Jiexi.
“Lalu bagaimana tanggapanmu tentang pernyataan Fang Rui yang mengklaim bisa mengalahkanmu 1 lawan 8?” Seorang wartawan mengulik kembali pernyataan kontroversial itu.
Wang Jiexi hanya tersenyum: “Saya menantikan duel berikutnya dengannya.”
Omong kosong level segini ingin membuat Wang Jiexi bereaksi? Para wartawan sadar mereka masih terlalu naif. Dari kapten Micro Grass ini, mereka tak bisa mendapatkan bahan yang cukup provokatif. Alih-alih, fokus beralih ke dua anggota lain: Tang Rou yang kembali jadi sorotan.
“Senang dia tidak menarik diri. Saya menunggu pertarungan berikutnya.” Liu Xiaobie murni berfokus pada hasil akhir.
“Bagaimanapun, keberanian dan keseriusannya patut ditiru.” Kata Gao Yingjie.
Moral semakin merosot!
Para wartawan mengelus dada. Dari klub Micro Grass, tak ada satupun kutukan keras untuk Tang Rou?
