Shadow Flame mengutamakan damage atribut gelap dengan damage api sebagai pendamping. Tapi skill Warlock selalu ditakuti karena efek crowd control dan statusnya, bukan damage-nya.
Shadow Flame juga punya efek tambahan: setelah damage awal, api akan terus membakar selama 6 detik dengan damage status setiap 2 detik yang bisa menginterupsi chanting. Meski Wave Sword Soulblade instan, skill Wave Array membutuhkan chanting - kehadiran Shadow Flame jelas mengganggu ritme.
Tapi kapan Shadow Flame ini dilepaskan?
Semua orang hanya sibuk mengagumi Wave Sword dan Wave Array Haris, ternyata tak ada yang menyadari sama sekali.
Xiang Yuanwei juga terkejut, langsung tidak berani maju gegabah. Tapi saat dia tidak maju, Wei Chen tak mau menyia-nyiakan kesempatan ini. Panah Kutukan yang rapat tiba-tiba melesat dari rumpun bunga, jelas sudah di-charge lama.
Shadow Flame tidak mempengaruhi gerakan karakter, Xiang Yuanwei buru-buru mengoperasikan Haris menggeser badan menghindar, sekaligus ingin membalas serangan. Tapi saat operasional ini, baru sadar dari semua Wave Sword yang bisa instant cast, hanya "Circular Wave Sword" yang tersisa.
Circular Wave Sword, sesuai namanya tidak menggunakan serangan linear. Dalam perang tim besar, sering memberi efek serangan kejutan. Tapi dalam satu lawan satu, target hanya satu, meski garis parabola dipakai, finis tetap di titik itu. Kecuali untuk menyergap di lingkungan tertentu, dalam duel frontal, menggunakan Circular Wave Sword hanya memberi lawan lebih banyak waktu menghindar.
Tapi selain pedang ini, semua skill Wave Sword lainnya ternyata masih dalam cooldown.
Xiang Yuanwei langsung tersadar: dirinya mungkin terjebak dalam perangkap mengerikan. Hampir semua Wave Sword cooldown, Wave Array terbatas oleh Shadow Flame sulit digunakan. Enam detik ini sengaja diciptakan lawan, mana mungkin dia melewatkan kesempatan ini dengan mudah?
Dalam kilatan listrik dan percikan batu pertimbangan, pedang gelombang bundar akhirnya melesat. Serangan pedang ini menyapu bunga-bunga dan rerumputan berhamburan, meninggalkan jejak busur yang jelas. Mustahil lawan yang layak berdiri di arena ini tak bisa menghindar. Xiang Yuanwei benar-benar kehabisan akal. Saat ini dia tak punya waktu untuk penyesuaian, hanya bisa memanfaatkan momentum untuk membalas serangan sekilas, menciptakan tekanan meski tipis di ujung tanduk.
Lalu, mundur...
Xiang Yuanwei mati-matian menarik Harris mundur, berusaha menjaga jarak. Dia menyadari krisis yang mengintai di empat penjuru. Lawan tak hanya menyembunyikan karakternya, tapi melalui gerakan sederhana ini memancing responsnya, lalu menyusun strategi spesifik untuk melawan taktiknya.
Licin berpengalaman!
Sambil mengoperasikan karakternya kabur, Xiang Yuanwei memberi komentar pada Wei Chen. Awalnya dia mengira lawannya adalah Ye Xiu, otaknya dipenuhi variasi aneh si Loner! Ternyata malah berhadapan dengan Warlock, Warlock licik kelas kakap.
Harris terus-menerus backstep. Xiang Yuanwei tak berani memutar karakter sepenuhnya. Dia masih harus mengawasi serangan macam apa yang akan dilakukan Warlock licik ini untuk menghalanginya. Tapi yang mengejutkan, tak ada apa-apa. Semak bunga sunyi senyap, Yingfeng Buzhen seolah menguap begitu saja.
Ada apa ini?
Setelah dua kali backstep lagi, Xiang Yuanwei penuh keraguan menghentikan mundurnya Harris.
Para penonton langsung menangis.
“Xiang Yuanwei tidak bisa melihat apa yang dilakukan Yingfeng Buzhen di balik semak bunga, tapi penonton bisa! Yingfeng Buzhen, Warlock licik ini sedang tengkurap sambil menggosok-gosokkan tangannya untuk mengaktifkan mantra. Energi yang terus terkumpul ini—pemain yang familiar dengan Warlock langsung mengenalinya: Death Door, skill ultimate level 70 Warlock!”
Dengan memanfaatkan perlindungan medan tempur dan membaca psikologis lawan, Wei Chen dengan percaya diri membuat Yingfeng Buzhennya mulai chanting Death Door yang memakan waktu dan MP ini, tanpa perlu melakukan crowd control sama sekali.
“Cepat serang!!!”
Sorakan panik mulai bermunculan dari penonton, bahkan beberapa rekan setim Xiang Yuanwei di Tim Shenqi sudah berdiri sambil mengepal tangan.
Tapi Xiang Yuanwei tetap memerintahkan Harris-nya untuk bergerak perlahan sambil terus mengamati, mengarahkan pedangnya ke semak tempat Yingfeng Buzhen bersembunyi.
Hati-hati bukan kesalahan, tapi kehati-hatian di momen seperti ini membuat penonton live langsung melontarkan umpatan.
Ketika aura hitam dari Death's Hand di semak persembunyian Yingfeng Buzhen mulai menyebar hingga tak bisa lagi ditutupi, barulah Xiang Yuanwei menyadari sesuatu salah. Sebagai atlet profesional, mustahil dia tidak mengenali skill ini.
Lari?
Sudah terlambat!
Radius serangan Death Door sendiri sudah besar, ditambah jarak serang Warlock Yingfeng Buzhen yang benar-benar ekstrim, Death Door kali ini pasti tidak akan menyisakan celah melarikan diri baginya.
Bertarung habis-habisan!!
Xiang Yuanwei juga cepat mengambil keputusan. Karena tidak bisa kabur, dia memilih dash maju dan mencoba melakukan Interupsi pada skill ini. Death Door membutuhkan operasional karakter berkelanjutan bahkan setelah casting, sehingga kemungkinan interupsi tetap ada mulai dari fase Chanting hingga skill berakhir.
Majulah!!!
Penonton bersorak serentak. Menurut mereka, pada jarak segini, ancaman terhadap Death Door yang dikontrol di balik semak bunga itu sebenarnya minim. Cukup dengan satu ayunan pedang gelombang Soulblade, kontrol tersebut pasti langsung terinterupsi.
Xiang Yuanwei juga berpikir demikian.
Harris dash maju, mengayunkan short sword di tangannya. Gelombang sihir bergejolak, mengalir di sepanjang bilah pedang.
Hunus pedang!
Short sword diayunkan!
Doron!!
Suara gemuruh aneh yang terasa bisa menembus beberapa dimensi.
Sebuah gerbang putar hitam yang terhubung dengan dimensi lain berputar perlahan, langsung berdiri tegak di hadapan Harris.
Apa-apaan ini!!
Banyak penonton langsung terjatuh dari kursinya.
Death Door itu ternyata langsung terpasang memisahkan dua orang tersebut.
Kalau saja Xiang Yuanwei menyadari masalah lebih awal dan kabur seperti pemula dengan memutar arah karakter, mungkin dia masih bisa lolos dari kendali Death Door dengan cara seperti ini.
Tapi kebetulan dia adalah seorang atlet profesional, pengalaman level tinggi memberitahunya bahwa mustahil untuk kabur saat itu. Alih-alih, ia mendekat, mencoba melakukan interupsi, lalu menyadari dirinya sudah berdiri tepat di depan Death Door.
Bahkan Death Door sendiri mungkin terkejut dan heran. Mungkin belum pernah menemukan mangsa yang begitu mudah ditangkap. Tentakel aura hitam baru saja menyembul setengah meter dari pintu, sudah meraih bahu Harris.
Xiang Yuanwei sama sekali tidak sempat melakukan menghindar atau merespons. Tubuhnya langsung terlilit tentakel hitam itu, lalu dengan mudah ditarik ke dalam pintu.
Death Door datang dan pergi dengan cepat. Dalam pertempuran satu lawan satu, skill ini fokus pada damage. Efek crowd control-nya, karena Warlock harus mempertahankan keberadaan Death Door, membuatnya tidak bisa menambahkan serangan lain meski target sudah terkunci.
Serangan dari dimensi neraka ini tetap menyakitkan. Selain damage, karakter juga terlempar hingga tak bisa membedakan timur dan barat.
Hujan Kekacauan, Six-pointed Star Prison, Ghostly Binding...
Di sisi lain, Wei Chen dengan penuh kewibawaan memainkan skill-skill yang sudah dipersiapkannya satu per satu, meski kecepatan tangannya tidak terlalu tinggi.
Tubuh Harris dipenuhi berbagai status buruk: terkacaukan, terbelenggu, terkena crowd control, terkunci...
Serangan Wei Chen memiliki penguasaan ritme yang sangat baik. Seorang veteran, jika bahkan ritme saja tidak bisa dikontrol, maka sudah tidak ada alasan untuk terus berjuang di dunia profesional. Meski memiliki banyak pengalaman, tetap tidak ada metode untuk memanfaatkannya.
Xiang Yuanwei menolak menyerah, namun setelah beberapa kali berjuang, tetap gagal membalikkan konsekuensi. Harris akhirnya tumbang.
Wei Chen menang. Xiang Yuanwei turun arena dengan perasaan menyebalkan.
Pikirannya dipenuhi "jika" - jika begini, jika begitu...
Tapi dalam pertandingan tidak ada kata "jika". Semua "jika" ini akan berubah menjadi EXP yang membantu pertumbuhan seorang pemain.
Setelah turun arena, Wei Chen tampak penuh semangat. Suara hinaan penonton dianggapnya sebagai sorakan. Langkahnya ringan seolah menjadi 10 tahun lebih muda.
"Lao Fu yang maju, semudah membalikkan telapak tangan!" Kembali ke area pemain, ia menerima ucapan selamat sambil terus membual tanpa malu.
"Hebat sekali!" Bahkan Ye Xiu tidak memprovokasinya.
"Ada apa ini? Kok harmonis sekali hari ini?" Chen Guo merasa heran. Sungguh tidak wajar melihat Ye Xiu dan Wei Chen tidak saling mengejek.
"Hehehe..." Ye Xiu terkekeringan, tanpa penjelasan.
Setelah puas mendengar pujian dan membual sejenak, Wei Chen menggelengkan kepala: "Aku ke kamar mandi."
"Hmm?"
Melihat bayangannya menjauh, semua terkejut. Hal seperti ini seharusnya sudah diselesaikan sebelum pertandingan! Baru satu ronde pertandingan individual, belum lama berlalu, sudah perlu lagi?
“Dia... sebenarnya tidak serileks yang ditampilkannya.” Ye Xiu tiba-tiba bersuara.
“Hah?” Chen Guo terkejut.
“Dari awal sampai akhir, dia sama sekali tidak mengeluarkan omong kosong.” Ye Xiu menghela nafas.
Chen Guo masih terpana, memandang punggung Wei Chen yang tetap bersikap sombong seperti saat turun arena sebelumnya. Tapi kali ini, Chen Guo merasa melihat kelelahan yang disembunyikan.
Sementara di sisi ini...
“Giliranku!” Su Mucheng berdiri, menjadi pemain kedua Xingxin yang tampil.
“Semangat!” seru semua orang.
“Itu Su Mucheng.” Trio sial di tim Shenqi menatap nama mantan rekan setim di layar elektronik, menyaksikan Su Mucheng berjalan ke arena.
“Serahkan padaku.” Wang Ze tampak penuh keyakinan. Ia sengaja ditempatkan di pertandingan individual untuk menghadapi Su Mucheng.
“Semangat, ini saatnya membuktikan diri!” He Ming menyemangati Wang Ze.
Semasa di Jia Shi, Wang Ze tak pernah menjadi anggota utama. Pemain di posisinya selalu punya keinginan kuat untuk membuktikan kemampuan.
Kini Jia Shi sudah bubar. Kesempatan memperebutkan posisi di tim pun hilang. Yang dia butuhkan sekarang adalah menunjukkan levelnya ke seluruh lingkup profesional. Mantan rekan setim berlevel All-Star seperti Su Mucheng adalah lawan terbaik.
Bentrokan seperti ini pasti jadi topik hangat, dan perhatian publik pun lebih mudah diraih.
“Saksikan jurus andalanku!” Wang Ze naik ke arena dengan penuh kepercayaan diri.
