Pandangan penuh permusuhan pendukung Xingxin kini tertuju pada Lun Hui, membuktikan betapa perkasa citra Xingxin di hati mereka. Performa Xingxin di klasemen poin belakangan ini memang pantas menyandang gelar tersebut.
Setelah kalah dari Micro Grass di babak kedelapan, Xingxin memulai ritme kemenangan beruntun mereka. Dari babak kesembilan hingga babak keempat belas yang baru saja berakhir, enam babak berturut-turut dimenangkan, dengan empat kemenangan sempurna 10-0 terjadi dalam empat babak ini, sementara dua babak lainnya juga mencetak skor 9-1 yang cukup dominan.
Pada periode yang sama, catatan Lun Hui adalah tiga kemenangan 10-0, dua kemenangan 9-1, dan satu kemenangan 8-2. Jika hanya menghitung poin dari enam babak ini, hasil Xingxin bahkan unggul 2 poin dari Lun Hui, apalagi dibandingkan tim-tim lain. Enam babak ini membuat Xingxin menjadi pemimpin klasemen liga. Bahkan para pendukung Xingxin pun tidak berani lagi meremehkan tim ini. Mereka yang diam-diam berharap kegagalan Xingxin mulai panik, karena kenyataan ini sangat jauh dari ekspektasi mereka.
Setelah babak keempat belas, Xingxin berhasil merebut 10 poin lagi, mengumpulkan total 89 poin dan naik satu peringkat di klasemen poin, menggeser Tim Hundred Blossoms ke posisi ketujuh sementara. Yang lebih krusial, mereka kini unggul 10 poin dari Tim Void di peringkat kesembilan yang berada di luar zona playoff.
Pemain Void merasa kecewa. Mereka tak menyangka sebelumnya masih sepoin dengan Xingxin di posisi kedelapan di babak sebelumnya, namun hanya dalam satu babak tertinggal 10 poin. Emosi mereka terlihat jelas dalam konferensi pers pasca pertandingan. Mereka tak bisa menyalahkan individu tertentu, bahkan dalam babak ini Tim Void memiliki beberapa momen gemilang. Namun hasilnya sesuai dengan komentar klise pasca pertandingan: "Kami bermain baik, tapi lawan lebih hebat."
Lebih spesifik, gaya bermain Su Mucheng yang selama ini menjadi titik lemah Tim Void tetap menjadi masalah besar bagi Void. Ini adalah masalah yang belum berhasil diselesaikan Tim Void selama bertahun-tahun. Selain itu, strategi tim Xingxin yang berani di awal pertandingan dan kehati-hatian di fase akhir berhasil menghilangkan harapan terakhir Void. Keunggulan Kandang mereka dimanfaatkan dengan sangat optimal.
"Kekalahan dari Xingxin bisa dikatakan wajar. Kami menantikan pertarungan berikutnya," ujar Kapten Li Xuan dari Tim Void yang mengakhiri sesi jumpa pers setelah pertandingan.
Xingxin berhasil mengalahkan Void dengan presisi sempurna.
Kemenangan Tim Lun Hui atas Yi Zhan bahkan lebih mudah lagi.
Dalam babak yang sama, tiga raksasa tradisional Micro Grass, Blue Rain, dan Dominant Hero masing-masing menang 9-1 melawan lawan yang lebih lemah. Sementara itu, Misty Rain yang sebelumnya kalah dari Xingxin dan Void di babak 12 dan 13, berhasil mengalahkan Hundred Blossoms dengan skor 7-3 di kandang sendiri pada babak ini.
Meski begitu, Hundred Blossoms masih menduduki peringkat 8 klasemen poin dengan 83 poin, masuk dalam zona playoff. Di sisi lain, Misty Rain yang baru meraih satu kemenangan justru mengalami empat kekalahan beruntun sebelumnya. Kemenangan atas Hundred Blossoms tidak cukup untuk mengejar ketertinggalan 10 poin, membuat mereka bertengger di peringkat 11 dengan 73 poin. Prospek playoff mereka semakin suram, membuktikan bahwa komposisi kelas dan strategi yang tidak konvensional tetap tidak efektif di lingkup profesional.
Di antara Tim Yan Yu peringkat ke-11 dan Void peringkat ke-9, terdapat Tim 301. Tim 301 kalah 3-7 melawan Shenqi di laga tandang babak ini.
Tim Shenqi saat ini mengumpulkan 50 poin di peringkat ke-14. Jika bukan karena Xingxin yang sama-sama tim baru tapi terlalu monster, mereka pasti akan mendapat lebih banyak perhatian. Dari performa sejauh ini, Tim Shenqi sebagai pendatang baru di liga tergolong cukup baik. Meski mendapat kesempatan merekrut tiga mantan pemain Jia Shi yang familiar, formasi inti mereka juga punya sorotan seperti Guo Shao yang menarik perhatian, terutama sebagai rookie menonjol musim ini.
Huangfeng, tim jagoan masa lalu, benar-benar merosot. Di babak ini mereka dikalahkan Micro Grass 9-1, dan kini sementara di peringkat 12. Peringkat ini seolah masih memberi harapan, tapi total poin Huangfeng? 58 poin, meski di posisi 12, tertinggal 15 poin dari Tim Yan Yu di posisi 11, apalagi dibanding zona playoff.
Huangfeng dulu pernah bersaing dengan Jia Shi di final musim perdana liga. Kini terpuruk hingga level ini. Tapi jika dipikir lagi, bahkan Jia Shi sang juara tiga gelar berturut-turut pun sudah bubar. Dibandingkan, kemunduran Huangfeng masih bisa dianggap stabil. Setidaknya mereka masih punya keunggulan signifikan melawan tim-tim di zona degradasi.
Dua tim di zona degradasi, Ming Qing dan Linhai, satu 27 poin, satu 23 poin. Peringkat ketiga terbawah Zhaohua sudah 41 poin, sepertinya ketegangan kompetisi sudah mati dini.
Ming Qing juga tidak apa-apa, selama bertahun-tahun ini tetap menjadi tim yang bergumul di sekitar area eliminasi. Tapi Linhai, sebelumnya bisa dibilang memiliki pemain All-Star dan karakter All-Star, meski belum pernah masuk playoff, posisi tengah mereka cukup stabil.
Pensiunnya Zhao Yang dan penjualan Hai Wu Liang sempat membuat mereka dipandang rendah. Tapi Linhai tidak menyerah. Pensiun Zhao Yang adalah keputusan pribadi pemain yang harus mereka hormati, sedangkan Hai Wu Liang dijual karena Linhai sadar sebagai tim kelas menengah-bawah, memelihara karakter level All-Star dan pemain sekelas itu adalah beban berat. Dengan satu bintang saja, sulit mencari terobosan di Liga Profesional yang semakin kompetitif. Dewa seperti Zhou Zekai memang langka, bahkan Zhou Zekai pun baru bisa juara beruntun setelah punya rekan setim berkualitas. Lun Hui malah merekrut Sun Xiang dan Yizhiyeqiu musim ini untuk memperkuat keunggulan mereka.
Sumber daya Tim Linhai terbatas. Fakta membuktikan mereka tidak sanggup mempertahankan jalan mewah dengan mengandalkan bintang. Dengan menjual Hai Wu Liang, mereka menunjukkan tekad beralih ke jalur rakyat biasa, bertekad meningkatkan kekuatan tim secara menyeluruh.
Harapan itu indah, tapi sejauh ini peningkatan Linhai belum signifikan. Di babak ke-14 ini mereka justru kalah dari Ming Qing - saudara sepenanggungan mereka yang sekarang mengumpulkan 23 poin di posisi terbanyak liga.
Pertandingan antara dua kakak-adik malang ini, konferensi pers pasca pertandingan terasa begitu sepi. Sedikit wartawan yang hadir mendapat banyak kesempatan untuk mengajukan pertanyaan sesuai keinginan mereka.
Apakah Tim Linhai masih memiliki rencana apa pun?
Ketika seorang wartawan mengajukan pertanyaan ini, Zhang Lintao yang saat ini menjabat sebagai Kapten Tim Linhai terlihat bingung di kursi kehormatan, berbelit-belit tanpa bisa memberikan jawaban yang jelas.
Dibandingkan dengan tim-tim lemah yang terlihat akan mengucapkan selamat tinggal pada Liga, fans Glory lebih memperhatikan tim-tim kuat yang sedang berlomba menuju playoff bahkan takhta juara. Pertandingan paling menarik di babak ini adalah pertarungan kandang Howling melawan Thunderclap, yang juga dipilih oleh Stasiun TV sebagai siaran langsung. Pada akhirnya, Thunderclap mempertahankan ketangguhan mereka di pertandingan tim dengan skor akhir 4-6, membalikkan situasi melawan Howling berkat 5 poin dari pertandingan tim. Cuplikan yang berhasil direkam di lokasi pertandingan adalah adegan Tang Hao sang Kapten Thunderclap menendang botol air mineral saat kembali ke area pemain.
Semua orang bisa melihat ketidakpuasan Tang Hao terhadap pertandingan ini.
Memperoleh 2 poin di pertandingan individual, memenangkan arena pertandingan, lalu masuk ke pertandingan tim dengan keunggulan 4-1 yang gemilang. Namun di kandang sendiri, mereka justru dikalahkan dengan malu oleh Thunderclap.
Apakah ada bintang di Tim Thunderclap?
Xiao Shiqin tentu termasuk salah satu, tetapi di arena pertandingan, menghadapi Tang Hao dia juga tidak berhasil merebut kesempatan menang. Di Tim Thunderclap, tidak ada satu pun anggota yang dianggap penting oleh Tang Hao. Namun dalam pertandingan tim, sekelompok orang yang diremehkannya ini justru membuat Tim Typhoon kewalahan di peta kandang mereka sendiri.
"Ini adalah aib!!" Di konferensi pers setelah pertandingan, Tang Hao menyuarakan ketidakpuasannya secara blak-blakan. Dia tidak menyebutkan nama anggota tim tertentu, namun mengekspresikan kekecewaan besar atas kekalahan timnya dari Thunderclap. Meski di babak ke-13 Thunderclap berada di peringkat ketiga klasemen poin, jelas bagi Tang Hao mereka tidak termasuk kategori tim kuat.
"Jika kekalahan seperti ini terus terjadi, aku benar-benar tidak tahu apa yang bisa tim andalkan untuk merebut gelar juara liga," ujar Tang Hao.
Gelar juara liga adalah target Tang Hao sekaligus tujuan Tim Typhoon. Mereka sudah lama tidak puas dengan ritme sekadar tim tur playoff. Namun di musim ini, performa Typhoon tidak bisa dibilang stabil, bahkan kurang kuat dibanding musim sebelumnya. Di babak ke-13, mereka hanya mengumpulkan 86 poin di peringkat enam. Meski selisihnya tidak terlalu jauh dengan tim-tim kuat selain Lun Hui, hal ini tetap tidak memuaskan Tang Hao. Bahkan di pertandingan reguler pun dia ingin timnya mencapai level setinggi Lun Hui. Namun kenyataannya, setelah empat belas babak, Lun Hui dengan 123 poin berada di puncak klasemen sedangkan Typhoon masih di peringkat enam dengan 90 poin - selisihnya melebar menjadi 33 poin.
Lun Hui, inilah lawan yang seharusnya dalam pandangan Tang Hao. Thunderclap? Tim yang tiba-tiba muncul seperti itu mana bisa menghentikan langkah Howling? Hasilnya Thunderclap justru berhasil menghalangi mereka sedikit, tidak heran Tang Hao merasa sangat kesal.
Setelah 14 babak berlangsung, meski Xingxin menunjukkan kekuatan luar biasa dengan menghancurkan Tim Lun Hui dalam 6 babak terakhir, keunggulan 123 poin Lun Hui di klasemen tetap tak tertandingi. Blue Rain di posisi kedua dengan 99 poin jelas sudah berada di tingkat yang berbeda.
Yang lebih menakutkan, Lun Hui sudah melewati jadwal setan di awal musim - tim-tim yang berpotensi menjadi ancaman sudah tumbang. Lawan selanjutnya mereka, meski sudah menganalisis dan mempersiapkan strategi setelah masa observasi, kesenjangan kekuatan membuat mereka hanya menjadi bahan pemberi poin bagi Lun Hui. Sulit membayangkan tim-tim ini bisa menahan perkembangan Lun Hui.
Apakah ketegangan musim ini berakhir terlalu cepat?
Banyak media, pemain, dan komentator menyuarakan pandangan serupa. Kekuatan Lun Hui tak terbendung, sementara kemerosotan Tim Ming Qing dan Linhai juga tidak menunjukkan tanda-tanda perbaikan. Jika posisi ini sudah terkunci, satu-satunya daya tarik tersisa adalah perebutan sisa tiket playoff.
Tim 301, Void, dan Misty Rain adalah tiga tim di luar zona playoff yang masih menjaga daya ofensif.
Kalian bertiga harus berusaha lebih keras!
Orang-orang berdoa dalam hati. Jika tiga tim ini tidak mulai menunjukkan kekuatan dan menciptakan kekacauan di zona playoff, musim pertandingan reguler ini benar-benar akan kehilangan semua keseruannya!
