Dengan delapan kemenangan beruntun dan bertepatan dengan Natal, suasana bahagia menyelimuti seluruh Xingxin. Ye Xiu juga tidak memilih waktu ini untuk merusak semangat semua orang, setidaknya menunggu setelah hari raya ini untuk mengingatkan mereka agar tetap waspada dan tenang!
Pohon Natal kasar buatan tangan itu kembali dikeluarkan oleh Chen Guo. Tapi kali ini tidak dipajang di lobi warnet untuk event, melainkan dipindahkan ke ruang latihan Warnet Xingxin. Setelah ditempatkan di sudut, pohon itu mulai dihias dengan penuh perhatian.
Melihat pohon Natal ini, Ye Xiu pun terdiam sejenak. Ini sudah ketiga kalinya dia melihat pohon Natal ini. Pertama kali melihatnya adalah dua tahun lalu. Saat itu baru sebulan meninggalkan Jia Shi, tak terasa dua tahun telah berlalu. Dirinya benar-benar berhasil membentuk tim di warnet ini, kembali ke Liga, dan merangsek ke peringkat kelima di klasemen poin...
Kini saat melihat ke belakang, Ye Xiu sendiri merasa ini sulit dipercaya. Hal seperti ini ternyata benar-benar bisa terwujud, bahkan hasilnya cukup memuaskan.
"Ngapain melamun? Ayo bantu di sini!" Teriakan Chen Guo memutus alur pikirannya.
Chen Guo sedang menggantungkan hadiah-hadiah di pohon Natal. Ini persiapannya untuk semua anggota Xingxin, setiap hadiah dibungkus dengan hati-hati sehingga sama sekali tidak terlihat isinya dari luar.
"Yang mana hadiahku?" tanya Ye Xiu sambil membantu menggantungkan hadiah.
"Gak tahu. Nanti semua pilih sendiri. Ambil yang mana saja, begitu baru seru," jawab Chen Guo.
"Kalau kamu sendiri?" tanya Ye Xiu.
"Tentu ada satu juga," kata Chen Guo.
"Mempersiapkan hadiah untuk diri sendiri semeriah ini?" Ye Xiu tersenyum.
"Siapa bilang untuk diri sendiri?! Ini hadiah dari Xingxin untuk setiap anggotanya. Apa aku bukan bagian dari Xingxin?" Chen Guo bersikap sok jago.
"Tentu saja," Ye Xiu buru-buru mengangguk.
“Bagus, sudah seperti ini saja!” Chen Guo menggantung hadiah terakhir, memastikan sekali lagi dengan teliti sebelum akhirnya mengangguk puas.
“Selain mengundi hadiah, masih ada hal seru lainnya?” Ye Xiu bertanya.
“Bagi kalian, bukankah bermain Glory di sini secara bebas adalah hal paling menyenangkan?” kata Chen Guo.
Ye Xiu tertegun sejenak, tersenyum pahit: “Sesekali main game lain juga tidak apa.”
“Oh?” Chen Guo berpikir sejenak, “Main Galaxy Conquest berjaringan?” Galaxy Conquest adalah game strategi real-time paling populer saat ini.
“Sepertinya kamu juga tidak punya ide selain bermain game,” kata Ye Xiu.
“Iya, benar juga.” Chen Guo menekankan kata "juga" dengan berat, dia tidak yakin Ye Xiu punya ide bagus mengingat ini bukan pertama kalinya mereka merayakan hari raya bersama.
“Tunggu yang lain datang dulu!” Ye Xiu duduk di sofa.
“Mengumpulkan ide bersama?” Chen Guo ikut duduk di sebelahnya.
Keduanya hanya duduk memandang langit-langit. Satu sebagai Kapten Xingxin, satu sebagai bos Xingxin, tapi sama-sama tak punya ide dalam hal seperti ini - mungkin karena terlalu sering menghabiskan hari raya tanpa kehadiran keluarga.
Bang!
Pintu ruang latihan terbuka kasar, Baozi masuk sambil mencengkeram bakpao.
“Wah, bos!” Baozi melambaikan bakpaonya ke Ye Xiu, hendak menyapa Chen Guo tapi matanya tertuju pada pohon Natal di sudut ruangan: “Wah, pohon Natal!” Maka sapaan berikutnya langsung melompati Chen Guo dan ditujukan ke pohon Natal.
“Ya, pohon Natal.” Chen Guo tidak mempermasalahkan Baozi yang melewatkannya. Dia cukup puas dengan reaksi Baozi setelah melihat pohon Natal.
“Yang digantung di pohon adalah hadiah, nanti masing-masing pilih satu.” Chen Guo menjelaskan.
“Oke, terima kasih bos.” Baozi mengangguk, lalu mengambil satu hadiah.
Sepertinya ada yang tidak beres? Chen Guo terkejut.
“Apa isinya?” Baozi sudah mulai membuka bungkusan.
“Dasar si pemalas! Itu nanti, aku bilang nanti, kamu tidak dengar?” Chen Guo melompat berdiri.
“Nanti? Kapan nanti?” Baozi membalas bertanya.
“Saat Natal!” kata Chen Guo.
“Bukannya hari ini?” Baozi bingung.
“Besok baru Natal! Hari ini tanggal 24, malam sebelum Natal, Malam Natal ngerti tidak!” Chen Guo marah.
“Oh, kalau gitu aku buka besok saja.” Baozi mengangguk, akhirnya berhenti membuka hadiah. Chen Guo ingin merebut kembali, tapi... tangan Baozi sudah meninggalkan bekas jari di bungkusnya, tangannya baru saja memegang bakpao asli. Chen Guo kesal, bagaimana ini? Apakah harus dibungkus ulang? Saat sedang berpikir, seseorang masuk lagi, dan langsung berteriak “Hah” sambil menemukan pohon Natal.
“Ini pohon Natal.” Baozi antusias memperkenalkan, “Yang digantung di atas adalah hadiah, pilih sendiri satu, tapi jangan langsung dibuka ya, harus tunggu besok pas Natal.” Setelah selesai menjelaskan, Baozi menatap Chen Guo dengan ekspresi "jangan sungkan".
“Hahaha, anak kecil saja kok banyak tingkah!” Orang itu melangkah cepat, sama sekali tidak memberi kesempatan Chen Guo menghalangi. Sudah berada di depan hadiah, mengambil kotak terbesar dan langsung merobeknya dalam beberapa gerakan.
“Aku...” Di detik ini Chen Guo benar-benar ingin menangis sejadi-jadinya.
“Liat apa isinya, ha!” Wei Chen sudah menghapus total kemasannya. Hadiah berukuran raksasa ini ternyata adalah... bantal duduk bergambar monyet hip-hop.
Wei Chen yang sudah berusia 30-an dengan janggut kasar, memegang bantal ini dengan panik tak karuan, wajahnya menunjukkan kebingungan total dalam memegang barang ini.
“Untukku?” Wei Chen tidak tahu harus tertawa atau menangis. Hadiah ini sama sekali tidak cocok dengan image-nya!
“Kamu sendiri yang pilih.” Suara Chen Guo terdengar dingin. Meski disebut hadiah pribadi, sebenarnya dia sudah menyiapkan sedikit petunjuk. Tapi sebelum acara pemberian hadiah dimulai, orang ini sudah membongkar semuanya. Hati Chen Guo hancur berkeping.
“Ini... ini... bisa pilih ulang nggak?” Wei Chen menunduk melihat kemasan, “Kertasnya belum terlalu compang-camping. Baozi cepat cari selotip bening, bungkus ulang!”
“Iya, sekarang belum boleh dibuka. Harus tunggu besok, Natal!” Baozi benar-benar bergegas mencari selotip.
“Jangan mimpi! Ini sudah jadi milikmu!” Chen Guo tidak mau lagi memanjakan mereka. Beberapa langkah maju merebut bantal dari tangan Wei Chen dan mendorongnya keras-keras ke pelukan pria itu. Melihat ekspresi polos paman berjanggut yang dipadu dengan monyet hip-hop, Chen Guo antara kesal dan geli.
"Ini dia! Jangan ganti lagi." Chen Guo mengulangi dengan tegas. Si pemalas ini sudah merusak rencananya, biarkan dia malu memeluk bantal monyet hip-hop itu!
Tapi Chen Guo ternyata meremehkan daya tahan Wei Chen.
"Baiklah!" Melihat keteguhan Chen Guo, Wei Chen pun menerima dengan santai. Dengan satu tangan menopang bantal sofa seperti Raja Li Tuota, dia berjalan ke sofa dan langsung menyandarkannya di punggung.
"Punya kamu apa?" Wei Chen bertanya pada Ye Xiu di sampingnya.
"Tidak tahu, belum pilih." Jawab Ye Xiu.
"Berintegritas tinggi ya?" Wei Chen menyindir dengan nada merendahkan.
Ye Xiu diam. Sebenarnya ingin tertawa, tapi Chen Guo sedang membelalakkan matanya dengan garang.
"Bagaimana kalau aku juga pilih dulu?" Ye Xiu mencoba bertanya.
"Pilih saja! Pilih saja!" Chen Guo menyerah, mempertahankan prinsipnya sudah tidak ada gunanya lagi.
Ye Xiu pun mendekat dan asal mengambil satu.
"Coba lihat isinya." Kata Wei Chen.
Ye Xiu melirik Chen Guo yang sepertinya sudah kehilangan aura, mungkin putus asa. Tanpa ragu dia membuka bungkusnya. Melihat bosnya sudah membuka, Baozi buru-buru membuka punyanya agar tidak ketinggalan ritme.
Pada saat itu, Su Mucheng dan Tang Rou tiba di ruang latihan. Hubungan antar gadis selalu lebih dekat, persiapan hadiah Natal ini, Wei Chen, Baozi dan lainnya tidak tahu, tapi para gadis sudah saling memberi tahu saat berkumpul. Tapi begitu masuk, mereka melihat Ye Xiu dan Baozi sudah sibuk membuka hadiah, ini... sepertinya tidak sesuai dengan rencana Chen Guo!
"Ini apa?" Keduanya bertanya bingung.
"Jangan ditanya, kalian juga pilih sendiri!" Chen Guo kesal.
Saat itu hadiah Ye Xiu sudah dibuka, melihat isinya dia tertawa terbahak: "Haha, ini bisa diterima."
"Lao Fu mau tukar denganmu." Wei Chen langsung bicara tanpa ragu sedetik pun.
"Hehe." Ye Xiu menolak dengan tawa. Hadiah yang dibukanya adalah pemantik api, di Xingxin hanya dia dan Wei Chen yang merokok. Jelas hadiah ini disiapkan khusus untuk mereka berdua, Ye Xiu merokok dengan pas menggunakan ini.
"Lao Wei dapat apa?" Su Mucheng dan Tang Rou yang baru datang penasaran bertanya.
Wei Chen menggeser badannya, memperlihatkan boneka monyet hip-hop yang sudah penyok di belakangnya karena dia bersandar.
"Hahaha..." Keduanya langsung tertawa terbahak. Hadiah ini dengan Wei Chen benar-benar kombinasi yang mustahil tidak ditertawakan!
“Pilihan yang bagus!” kata Su Mucheng. Melihat Wei Chen mendapatkan ini, dia tahu hal ini sudah di luar kendali Chen Guo. Tak heran saat datang dia melihat Chen Guo terlihat agak kesal. Tapi dalam hal memberi hadiah, yang penting adalah ketulusan hati. Su Mucheng tidak terlalu memperhatikan proses dan hasil, yang terpenting adalah suasana ini, bukan?
“Apa kamu akan membawanya ke mana-mana nanti?” tanya Su Mucheng sambil tersenyum pada Wei Chen.
“Cepat pilih, kalau kamu ambil pemantik api nanti aku tukar denganmu,” kata Wei Chen.
“Jangan harap, apapun yang kuambil takkan kutukar denganmu,” jawab Su Mucheng sambil mengambil hadiah dari pohon Natal. Setelah membuka bungkusnya, dia terkejut, “Wah, kok aku dapat ini?”
“Apa itu?” Wei Chen mendekat sambil membawa bantal hiu haha-nya, siap untuk bertransaksi kapan saja.
“Ini... seharusnya diberikan ke dia!” Di tangan Su Mucheng terlihat jelas sebuah recorder, dan arah pandangannya mengarah ke Mo Fan yang sedang masuk sendirian ke ruang latihan.
Recorder, dan Mo Fan yang pendiam... Ini kombinasi yang cukup brilian.
“Sayang sekali, sekarang jadi milikku,” kata Su Mucheng sambil menyimpan hadiahnya.
Wei Chen terlihat tidak terlalu tertarik dengan recorder itu.
“Xiao Tang dapat apa?” dia mendekati area Tang Rou.
Setelah dibuka, hadiah yang dipilih Tang Rou tergolong umum - sebuah kotak musik yang cantik.
“Tidak ada barang yang lebih maskulin?” teriak Wei Chen.
“Maksudnya yang ini?” Baozi berbalik, di tangan kanannya sudah mengenakan sebuah sarung tangan. Orang biasa mungkin tidak langsung paham, tapi para pemain yang hadir langsung mengenali ini sebagai senjata sarung tangan Ahli Tenaga Dalam dari Glory - merchandise resmi game tersebut. Hadiah ini jelas dimaksudkan untuk Fang Rui yang sedang melakukan perubahan kelas ke Ahli Tenaga Dalam, sayangnya sekarang...
“Baozi, kamu sudah cuci tangan?” Chen Guo bertanya dengan wajah masam.
