Liu Hao, atlet profesional Liga Profesional Glory Musim ke-5, tepat di tahun Dinasti Jia Shi diakhiri oleh Dominant Hero, dia bergabung dengan Tim Jia Shi.
Hanya kekalahan beruntun yang diakhiri, tak ada yang menyangka Jia Shi akan merosot. Di dunia profesional selalu ada menang-kalah, kali ini kalah, lain kali menang lagi. Kombinasi Su Mucheng (rekrutan musim ke-4 Jia Shi) dengan Ye Qiu dahulu sangat memukau. Saat itu, orang masih optimis Jia Shi akan segera bangkit kembali.
Liu Hao juga membawa harapan seperti itu ketika menjadi anggota Tim Jia Shi. Tapi baik dia maupun semua orang tidak menyangka, mulai musim ini, Jia Shi bahkan tidak pernah masuk final kejuaraan lagi.
Micro Grass, Blue Rain, satu per satu juara baru bermunculan, seorang demi seorang pemain menjadi All-Star, tapi bagaimana dengan Liu Hao?
Di antara tim elite Liga, wakil kapten yang gagal masuk seleksi All-Star, kalau dihitung-hitung, sepertinya hanya Liu Hao dari Jia Shi ya?
Hal ini membuat Liu Hao sangat canggung, tapi apa yang bisa dilakukannya? Tim Jia Shi sudah memiliki Ye Qiu yang menyedot semua sorotan, kemudian ada juga pemain wanita cantik Su Mucheng yang citranya menonjol. Mereka membentuk pasangan terbaik, bahkan beredar berbagai rumor ambigu seperti pasangan kekasih. Di samping mereka, yang lain hanya menjadi figuran, termasuk wakil kapten.
Liu Hao tak ingin jadi figuran. Ia melihat rekan seangkatannya di Liga seperti Zhou Zekai, Wu Yuce, Fang Rui satu per satu naik ke level All-Star. All-Star adalah simbol popularitas, tapi harus didukung kekuatan nyata. Di dunia esports, tanpa kemampuan nyata mana mungkin dapat popularitas?
Liu Hao memang tak punya popularitas itu, tapi ia yakin dirinya punya kemampuan setara. Sayangnya, sinar senior di sampingnya terlalu menyilaukan. Pendiri dinasti tiga gelar juara berturut-turut, di seluruh Liga siapapun akan terlihat lebih rendah. Awal bergabung dengan Jia Shi, Liu Hao pernah bangga dan bersyukur bisa masuk klub elite semegah ini. Tapi kemudian ia sadar, cahaya gemilang ini justru mengganggu. Ia tak ingin terus-terusan tercover bayangannya, ia juga ingin bersinar.
Tapi... sulit!
Jika terlalu aktif menunjukkan diri, akan terpisah dari tim; Kinerja yang terbatas dalam tim, cahaya mereka tetap tak bisa mengalahkan pasangan terbaik itu.
Struktur tim ini jelas dirancang untuk menonjolkan kedua mereka dan menutupi cahaya orang lain! Liu Hao berpikir dengan kesal, serta mengabaikan fakta bahwa di tim mana pun, yang paling menonjol pasti core player. Jika anggota biasa bisa dengan mudah mengalahkan keberadaan core player, tentu mereka sudah memiliki status yang setara.
Ingin tambahan porsi, harus bisa menciptakan keberadaan sendiri dulu. Tapi Liu Hao yang gagal menciptakan keberadaan, malah menyalahkan kurangnya porsi layar. Ini jelas terbalik. Dengan prasangka seperti ini, setiap pengaturan normal pun selalu ia anggap sebagai konspirasi.
Liu Hao tak mau cahayanya tenggelam. Ia mencari celah, dan meski kepergian Ye Xiu tak sepenuhnya keberhasilannya, setidaknya ini hasil yang ia inginkan.
Momen yang dinantikannya untuk melesat akhirnya tiba, tapi segera disusul Jia Shi tereliminasi.
Hasil ini jauh dari perkiraan Liu Hao. Tapi Jia Shi tetap Jia Shi, meski tereliminasi masih percaya diri, bahkan merekrut pemain All-Star Xiao Shiqin dari Thunderclap.
Kepergian Ye Xiu dan masuknya Sun Xiang hanya menggantikan operator Yizhiyeqiu. Namun, peran Ye Xiu di Jia Shi tidak sesederhana itu. Dia adalah salah satu dari empat master strategi. Bergabungnya Xiao Shiqin menunjukkan aura klub elite Jia Shi, namun kesadaran mendalam yang tersembunyi itu masih jarang terungkap.
Sun Xiang bukanlah penerus Ye Xiu.
Sun Xiang plus Xiao Shiqin, barulah penerus sebenarnya.
Dua orang menggantikan satu. Tentang tujuan tersembunyi ini, Jia Shi memang sulit membocorkannya.
Setelah penambahan ini, Liu Hao menyadari dirinya telah dibuang tanpa ampun. Baru sekarang dia paham: Bagi Jia Shi, dirinya hanyalah figuran. Saat Ye Xiu pergi, Jia Shi sibuk mencari pengganti, mengurus PR untuk menghilangkan masalah, bahkan mempersiapkannya jauh-jauh hari. Tapi bagaimana dengan dirinya?
"Transfer pertukaran, kamu ke Thunderclap."
Hanya itu isi telepon yang diterima Liu Hao.
Ya, pemberitahuan telepon. Betapa tidak dihargainya ini? Sementara mengurus kepergiannya, Jia Shi sedang sibuk menyambut Xiao Shiqin!
Liu Hao pergi dengan membawa dendam. Dia pernah berpikir untuk membongkar bagaimana Jia Shi membenci Ye Xiu, ingin mengusirnya, namun takut kalau-kalau musuh memanfaatkannya, sehingga merancang berbagai intrik yang cukup larut. Tapi dia tidak berani. Sebenarnya, soal pensiunnya Ye Xiu, di lingkaran esports sudah ada berbagai rumor, termasuk yang mendekati kebenaran sejati. Tapi sumber informasinya hanya tebak-tebakan penonton, apa bisa menimbulkan badai besar? Omongan sembarangan dari "A Ma A Gou" ini paling mentok cuma jadi bahan hiburan untuk publik.
Tapi Liu Hao berbeda. Jika dia membocorkan rahasia, pasti langsung diambil media. Tapi dengan begitu, prospek cerahnya mungkin akan sangat berisiko. Di lingkaran ini, tim-tim profesional mana yang tidak punya rahasia kotor? Pejuang pemberani yang membongkar aib sendiri mungkin disukai media dan publik, tapi tim mana yang berani merekrutnya?
Liu Hao tidak ingin sampai mati-matian. Dia masih ingin menunjukkan cahayanya! Hal seperti ini, kalau mau dibongkar, tunggulah sampai dirinya pensiun dulu.
Liu Hao mengubur dendamnya, tapi hasilnya dendam terhadap Ye Xiu malah terbalaskan. Tim Jia Shi yang mengkhianatinya, ternyata dihancurkan total oleh tim akar rumput yang dibentuk Ye Xiu, bahkan sampai benar-benar bubar.
Hidup ini... sungguh absurd!
Saat itu Liu Hao benar-benar bingung – dia tidak melakukan apa-apa, tapi orang yang dibencinya dan tim yang dibencinya saling bertabrakan, bertarung mati-matian. Keberuntungan macam apa yang dia miliki ini?
Liu Hao saat itu begitu terkesan, namun, meski beruntung, tahun itu juga dia tidak berhasil masuk ke lineup All-Star yang sudah lama dia impikan.
Timnya terlalu buruk.
Liu Hao berpikir dengan pasrah.
Di Thunderclap musim itu, performanya sebenarnya cukup baik, hasil tim juga bisa dibilang lumayan, tapi, toh tidak masuk playoff, itu artinya Liu Hao masih jauh kalah dari Xiao Shiqin. Jadi sepanjang liga itu, seluruh anggota Thunderclap dari atas ke bawah terus merindukan mantan kapten mereka Xiao Shiqin, atmosfer seperti ini membuat Liu Hao sangat muak. Cahaya seseorang yang sudah tidak ada lagi ternyata bisa mengalahkannya, Thunderclap ini bahkan lebih buruk dari Jia Shi!
Liu Hao memang tidak berniat tinggal lama di Thunderclap, apalagi membenci atmosfer internal tim ini. Dia langsung menolak permintaan Thunderclap yang berharap dia tetap tinggal. Akhirnya, dia transfer bebas ke Tim Howling. Di tim ini, ingin menonjol sepertinya juga tidak mudah, Liu Hao mulai menganalisis, tapi tiba-tiba konflik internal Tim Howling meledak, wakil kapten Fang Rui hengkang.
Liu Hao naik level.
Dari segi kekuatan, dia memang di atas rata-rata; dari segi pengalaman, dia sudah lima tahun di lingkaran ini; dari segi kepemimpinan, posisi wakil kapten maupun kapten pernah dia jalani; satu-satunya kelemahan adalah statusnya sebagai pendatang baru yang belum berakar dalam, tapi Howling juga tidak punya kandidat sempurna, tiga kelebihan utama Liu Hao sudah cukup menonjolkannya.
“Liu Hao tidak mengecewakan antisipasi, dia bekerja dengan baik, baik di dalam maupun luar arena, semua orang melihat kontribusinya bagi Howling. Transfer dengan rasio harga-kinerja terbaik musim panas jatuh ke tangannya. Selama ini selalu berkutat di luar 24 besar All-Star, kali ini akhirnya melangkah masuk, menyambut musim semi yang selalu dinantikannya. Kebetulan, total tiketnya menempati peringkat ke-17 di chart tiket - persis peringkat Fang Rui tahun lalu. Di Howling, Liu Hao menggantikan posisi Fang Rui.
Fang Rui sangat menyesal akhirnya tidak masuk seleksi All-Star. Perubahan kelas, bagi pemain memang menyebabkan damage pada kekuatan dan popularitas, sehingga terasa sangat sulit. Namun prestasi Fang Rui layak dibandingkan. Setelah melewati tahap penyempurnaan kerjasama awal - fase bertahan dengan tiga kapak - dia telah mengintegrasikan taktik andalannya ke dalam kelas Ahli Tenaga Dalam. Pertandingan demi pertandingan, terus dikembangkan dan ditingkatkan.
Hasilnya, tidak masuk All-Star?
"Pemain Ahli Tenaga Dalam tidak mengerti cinta!" Fang Rui menggeram marah.
Entah marah sungguhan atau pura-pura, semua orang tidak bisa membedakan. Orang ini sepertinya bukan tipe yang terlalu peduli dengan gelar seperti All-Star. Aliran licik, mereka yang bermain aliran licik harus menerima prasangka duniawi, pasti menerima lebih sedikit cinta. Tapi berbalik menguasai situasi dengan menganggap yang tidak menghargai aliran licik sebagai tidak mengerti cinta, juga termasuk keanehan yang langka.
Pada detik bunyi lonceng tahun baru, jalur voting pemain All-Star ditutup. Tanpa tambahan poin dari pertandingan, voting biasa memang tidak menimbulkan gejolak besar. Fluktuasi peringkat saat ini sudah tidak terlalu dipedulikan, fokus utama semua orang adalah apakah ada pergantian pemain yang terpilih di akhir.
Ada, tetap ada.
Di posisi slot nomor 23 dan 24 yang selalu berganti-ganti ini, dua nama yang berhasil masuk di detik terakhir penutupan jalur adalah Zou Yuan dan Yang Cong.
Yang Cong, berkat loyalitas dan ketekunan selama bertahun-tahun, akhirnya menduduki satu posisi All-Star. Zou Yuan, pemain yang dua kali masuk All-Star di waktu yang tidak tepat, kali ini ketika performanya benar-benar bersinar, akhirnya mendapat perhatian publik. Ini adalah cerminan nilai sebenarnya dirinya, bukan lagi hasil keterikatan fans pada karakter atau adu mulut dengan seseorang.
Nama-nama yang terdampar di peringkat 25 dan 26 hanya menyisakan penyesalan. Jika mereka masuk, takkan ada yang meragukan kelayakan mereka.
Zhang Jiale, pemain Liga Profesional Musim ke-2, untuk pertama kalinya gagal masuk All-Star setelah pensiun satu tahun di Musim ke-8.
Ini kedua kalinya Liu Xiaobie gagal tipis dari All-Star.
Lin Jingyan dan Fang Rui, kombinasi kriminal masa lalu, kini bukan lagi rekan tim maupun satu kombinasi, tapi bersama-sama berdiri di luar lingkaran itu.
Dan Tian Sen, kehormatan terakhir dari karakter legendaris Vaccaria yang pernah jaya, akhirnya juga tidak bisa dipertahankannya. Bagaimana perasaannya saat ini?
Weekend Bintang All-Star, tiba.
