“Bertarung dengan senjata nyata?” Jiang Botao terkekeh setelah mendengar, “Kamu 1 lawan 3 kami? Itu akan sulit!”
“Ayo maju!” teriak Baozi.
“Wakil Kapten, dia sedang mengulur waktu!” Du Ming yang melihat Jiang Botao sepertinya benar-benar mau menemani si pemalas ini bermain, buru-buru mengingatkan.
“Ini cuma hiburan, perlu diperhitungkan segitu? Ayo kita temani dia main! 3 lawan 1, masa perlu waktu lama?” kata Jiang Botao.
“Tentu tidak!” semangat Du Ming langsung bangkit.
“Majulah!” Wu Qi memberi komando, Cruel Silence-nya sudah dash maju.
“Kami datang!” kata Jiang Botao.
“Sudah lama menunggu kalian.” kata Baozi dengan tenang. Rogue Baozi Invasion seketika itu memancarkan aura grandmaster, bertarung 1 lawan 3 tanpa mundur selangkah, berdiri tegak dengan gagah. Tapi tak lama kemudian, Rogue Baozi Invasion sudah tergeletak di tanah menjadi mayat, dilempar keluar arena.
Semua orang menganga.
Mereka benar-benar tidak mengerti, Bao Rongxing ini motifnya apa sampai mau mempermalukan diri sendiri seperti ini? Benar-benar tidak bisa dipahami!
Bodohkah? Semua orang berpikir demikian.
“Aduh, sayang sekali, kalah!” kata Baozi dengan penuh penyesalan.
“Apa kamu benar-benar mengira punya kemungkinan menang?” Luo Ji tidak tahan bertanya.
“Menang atau kalah, selama bertempur dengan berani seperti ini, aku takkan menyesal.” kata Baozi.
“Ada yang bisa mengontrol ini?” Luo Ji meniru ekspresi tanpa emosi Mo Fan.
“Baik, sekarang giliran kita menyerang, selesaikan cepat-cepat.” Wei Chen memberi instruksi pada dua juniornya.
“Ayo berperang!” teriak Baozi penuh semangat.
“……” Luo Ji.
Pergantian giliran serangan: Xingxin beralih ke ofensif, Lun Hui bertahan.
Pembukaan yang sama, hanya kali ini tiga karakter Xingxin membentuk segitiga sama sisi, dengan bangku pasir kini berada di tangan Yingfeng Buzhen.
“Kalau kita terus-terusan menerima bangku pasir, bukankah permainan ini takkan pernah berakhir?” ujar Du Ming.
“Lampaui saja durasi waktu mereka.” sahut Wu Qi.
“Semangat!” seru Jiang Botao, meski sikapnya santai, pada akhirnya semua lebih memilih kemenangan daripada kekalahan.
Pertandingan dimulai. Jiang Botao langsung memutar kamera 360 derajat untuk mengamati gerakan tiga anggota Xingxin.
Trio Xingxin bergerak agresif memulai gempuran. Sementara trio Lun Hui sambil mengatur pergerakan terus memantau bangku pasir di tangan Yingfeng Buzhen. Mereka sudah paham betul kelicikan Wei Chen - pasti ada trik tak terduga dengan benda itu.
“Tengok ini!” teriak Wei Chen tiba-tiba sambil melemparkan.
Trio Lun Hui bersiap menghindar, tapi bangku pasir itu ternyata tidak ditujukan ke mereka.
“Lagi-lagi pakai trik ini!” Du Ming berkata, menggerakkan kameranya dan menemukan bangku pasir telah dilempar ke tangan Baozi Invasion. Tapi posisi Baozi Invasion juga bukan posisi serangan yang bagus, apakah akan diteruskan lagi?
Tiga anggota Lun Hui bergerak, waspada terhadap operan berikutnya dari Xingxin.
Ternyata tidak ada operan, bangku pasir tetap di tangan Baozi Invasion. Kemudian, ketiga anggota Xingxin justru berkumpul bersama.
Ini ngapain sih?
Jiang Botao tidak mengerti. Dalam permainan ini, pihak penyerang harus terpisah untuk membentuk formasi ancaman. Kalau tiga orang berkumpul, apa bedanya dengan cuma satu orang?
Mungkin mereka mau serangan mendadak bersama?
Sambil berpikir, ketiga anggota Xingxin yang berkumpul itu, Yingfeng Buzhen dan Mei Guang sudah mulai Chanting.
Mei Guang melakukan summoning melalui Chanting, sementara Yingfeng Buzhen ternyata sedang... Death Door!
Dengan gagahnya, mereka melakukan Chanting untuk skill besar seperti itu. Benar-benar belum pernah dengar sebelumnya.
Tapi ancaman Death Door terlalu besar. Tiga anggota Lun Hui tidak bisa diam saja. Wu Lang milik Jiang Botao dash maju, mengayunkan pedang dan mengeluarkan gelombang pedang retakan bumi untuk menginterupsi Chanting Yingfeng Buzhen.
Tiba-tiba Baozi Invasion melompat dari samping, menggunakan tubuhnya sendiri untuk menahan serangan gelombang pedang itu.
Tentu saja damage terjadi, tapi Baozi Invasion tak peduli. Tangan kirinya memegang bangku pasir, tangan kanan menggenggam bata, ia melangkah gagah menyerbu Wu Lang.
Jiang Botao tentu saja hanya bisa memilih menghindar. Siapa yang berani berlama-lama bertarung dengannya yang memiliki senjata pamungkas bangku pasir?
Tapi Death Door Yingfeng Buzhen harus diinterupsi! Jiang Botao dikejar-kejar Baozi sampai tak ada kesempatan, terpaksa menyerahkan tugas ini pada Du Ming dan Wu Qi. Namun saat itu, beberapa makhluk panggilan Mei Guang sudah muncul. Alih-alih menyerang, mereka justru mengerumuni dan melindungi Yingfeng Buzhen dengan ributnya.
Jiang Botao tiba-tiba menyadari situasi yang merepotkan. Ia juga tersadar: dalam game ini, ternyata ada kelas karakter yang lebih unggul secara situasional.
Seperti Blade Master dan Assassin - dua kelas dengan serangan tajam - justru kehilangan daya ancamnya di skenario ini. Seberapa tajam pun seranganmu, apa bisa menyaingi bangku pasir yang bisa insta-kill ini?
Yang benar-benar mengancam dalam duel ini, yang memaksa lawan untuk selalu waspada, justru skill-skill crowd control.
Warlock adalah ahli teknik kendali. Summoner yang tiba-tiba berubah peran jadi penyerang juga jadi masalah. Pasukan summon-nya mempersempit ruang gerak lawan - sesuatu yang sangat dibutuhkan tim bertahan untuk menghindari bangku pasir.
Seorang Warlock dan seorang Summoner. Jiang Botao menemukan bahwa dua kelas ini adalah pendukung terkuat untuk strategi insta-kill bangku pasir.
Ini buruk!
Jiang Botao mulai menangkap bahaya ini. Meski Du Ming dan Wu Qi berhasil memaksa Yingfeng Buzhen membatalkan chanting Death Door dengan serangan gabungan, mereka justru terjebak dalam kepungan makhluk panggilan.
Bunuh! Bunuh! Bunuh!
Pedang dan belati menari-nari di udara, Du Ming sepertinya juga menyadari posisi ini sangat buruk, langsung mengaktifkan skill besar Pedang Siluman Tanpa Wujud. Kilatan pedang berkelebat, dengan cepat memanen HP summoning. Sementara Mei Guang terus-menerus chanting, sama sekali tidak mempertimbangkan konsumsi MP maupun cooldown skill, karena ini bukan pertarungan biasa. Sebagai pihak Xingxin, mereka memiliki senjata insta-kill, mereka hanya perlu menciptakan satu kesempatan yang pasti mengenai, maka bisa langsung membunuh satu orang.
Dalam situasi seperti ini, menggunakan Pedang Siluman Tanpa Wujud?
Keputusan ini agak terburu-buru ya!
Skill besar seperti Pedang Siluman Tanpa Wujud, kekakuan recovery frame-nya adalah celah yang sangat besar. Di dalam game ini, bagi pihak bertahan, ini benar-benar celah yang mematikan!
Strategi ini muncul terlalu awal, Jiang Botao sekarang mengingatkan sudah terlambat, hanya bisa menyaksikan Wu Shuang Gou Yue asyik menebas dan membunuh, lalu setelah pedang terakhir menginsta-kill seekor summoning, Wu Shuang Gou Yue memasuki fase kekakuan recovery frame.
Bangku pasir, tepat pada saat ini meluncur. Meski Jiang Botao sudah memprediksi hal ini, tetap tidak bisa melakukan intercept. Bagaimana dengan Wu Qi? Wu Qi juga tidak bisa berbuat apa-apa karena Yingfeng Buzhen sedang melilitkannya. Skill crowd control Warlock, di game ini juga mutlak tidak bisa diabaikan.
Plok! Bangku pasir dengan mudah mengenai Wu Shuang Gou Yue. Semua orang hanya bisa menyaksikan, hasilnya sama sekali tak ada yang bisa dilakukan.
Wu Shuang Gou Yue tereliminasi, pasukan summon Mei Guang kembali menyerbu, mulai mengepung Cruel Silence milik Wu Qi. Bangku pasir yang jatuh juga diambilnya dengan cepat, dan segera diteruskan ke tangan Baozi Invasion.
Jiang Botao dari Lun Hui sudah sepenuhnya memahami strategi Xingxin. Warlock punya crowd control, Summoner punya summoning, Rogue memegang bangku pasir - ketiga role ini sangat mengancam. Sementara trio mereka sama sekali tidak memiliki kemampuan ini. Saat Jiang Botao menggunakan gelombang pedang retakan bumi, Baozi Invasion berani menahan langsung dengan tubuhnya. Tapi jika Warlock lawan menggunakan Hex of Binding atau Skill Manipulasi, mana mungkin mereka berani menerima begitu saja?
Ancaman yang bisa diciptakan trio penyerang Xingxin sama sekali tak bisa ditiru oleh trio Lun Hui. Seperti kata Baozi, jika bertarung langsung dengan senjata nyata, mungkin Lun Hui akan unggul. Tapi di dalam game ini, menghadapi formasi penyerang Xingxin, Jiang Botao merasa sangat tak berdaya.
Cruel Silence dikepung summoning, lalu dikendalikan dengan Skill Manipulasi oleh Yingfeng Buzhen. Jiang Botao yang didekati Baozi yang membawa bangku pasir sama sekali tak bisa membantu. Begitu target terkunci, Baozi Invasion langsung melemparkan bangku pasirnya dengan tegas. Cruel Silence yang sedang dikendalikan Skill Manipulasi itu membuka dada, membiarkan bangku pasir menghantamnya dengan mudah.
Dua anggota Lun Hui tereliminasi. Gempuran Xingxin tidak secepat dan sekuat Lun Hui, tapi justru terasa sangat melelahkan.
Jiang Botao membaca segmen waktu, sudah tidak lagi berharap pada kemenangan.
“Tidak bersiap untuk bertarung dengan senjata nyata?” Dia tersenyum sambil meniru Baozi dari formasi sebelumnya.
“Baik!” Baozi melompat ke depan.
“Hmm, Baozi ambilkan bangku pasir untukku, ayo maju!” Wei Chen berkata.
Hati Jiang Botao berdebar-debar, menurutnya pengaturan tim ini terasa sangat tidak terkendali.
"Tenang saja!" Wei Chen berkata sambil, "Aku pasti akan menyergapmu."
Jiang Botao terdiam, orang sudah berbicara sejelas-jelasnya di depan mata.
Baozi Invasion dash maju, bertarung melawan Soulblade milik Jiang Botao. Wei Chen benar-benar menepati janji, Yingfeng Buzhen terus memberikan gangguan di samping. Pada momen emas yang tak bisa dihindari, bangku pasir terbang menyusul skill.
"Gas, serang!" seru Wei Chen. Bangku pasir KENA, Wu Lang milik Jiang Botao tereliminasi.
Akhirnya, setelah membandingkan waktu dua babak, Xingxin menang dengan durasi lebih singkat.
"Kemenangan beruntun Lun Hui akhirnya dihentikan!" kata Wei Chen dengan kesombongan.
"Senior, Anda benar-benar..." Jiang Botao tersenyum pahit. Ahli komunikasi ini sama sekali tidak menemukan kata yang cocok.
Pertandingan Dodgeball Semangat usai, empat tim pemenang kembali melakukan pengundian untuk menentukan lawan. Seperti yang dipahami Jiang Botao, dalam game ini, kombinasi kelas karakter Xingxin memiliki kelebihan yang sangat kuat, bahkan dua tim profesional lain yaitu Micro Grass dan Miracle tidak bisa menyaingi. Xingxin kemudian dengan mudah memenangkan dua babak lagi, akhirnya menjadi pemenang mutlak dalam Dodgeball Semangat ini.
"Juara!" Wei Chen mengumumkan dengan lantang.
"Ada piala tidak?" Baozi bertanya antusias ke pemandu acara.
"Ini... sepertinya tidak ada..." Pemandu acara berkeringat dingin, ini cuma game biasa, masa minta piala?
"Kalau piala tidak ada, medali gimana?" tanya Baozi lagi.
"Juga tidak..."
"Piagam penghargaan?" Baozi terus bertanya.
"Emm, baiklah... Terima kasih kepada sembilan penonton, lima belas pemain dari lima tim yang telah memberikan performa spektakuler, terima kasih!" Pemandu acara memimpin tepuk tangan, berusaha mengusir tim Xingxin turun panggung.
