Acara Dodgeball Semangat berakhir. Kegiatan ini melibatkan banyak peserta dan proses eliminasi per round, satu game ini setara dengan tiga game di event All-Star sebelumnya. Tapi hanya satu program tentu membosankan, kemudian diadakan lomba lari tiga kaki berdua.
Dari sini terlihat jelas tema "Kombinasi Tim" yang diusung Dominant Hero dalam Weekend Bintang All-Star kali ini. Baik Dodgeball Semangat maupun lomba tiga kaki berdua, jelas membutuhkan kolaborasi tim yang sangat solid.
Namun duo klasik berlevel All-Star yang sudah familiar bagi banyak orang masih belum muncul dalam permainan ini. Semua tahu bahwa ini sengaja dilakukan untuk menyimpan klimaks di hari terakhir, sambil menikmati pertandingan seru, antisipasi terhadap hari ketiga pun semakin memuncak.
Setelah pertandingan "Dua Orang Tiga Kaki" selesai, dilanjutkan dengan event tradisional menerima tantangan dari penonton live yang dipilih secara acak. Biasanya tim tuan rumah akan mengirimkan pemainnya untuk menerima tantangan. Dominant Hero mengirimkan Qin Muyun, rookie berusia matang yang baru bergabung di formasi mereka sejak musim sebelumnya.
Rookie senior ini, yang bertempur di bawah bayang-bayang Empat Raja Langit Dominant Hero, awalnya memiliki keberadaan yang sangat samar. Baru ketika playoff, orang-orang mulai menyadari bahwa pemain ini juga memiliki kekuatan tempur yang luar biasa. Keberadaannya yang kurang mencolok disebabkan oleh perannya dalam pertempuran yang sulit diukur melalui data statis. Ahli pergerakan ini, melalui formasi posisi yang mengalihkan atau membatasi lawan, semuanya adalah taktik yang tidak bisa tercatat dalam sistem rekor.
Dengan Qin Muyun yang mengawasi langsung, Han Wenqing sang Kapten Dominant Hero naik panggung untuk mengundi penonton beruntung. Dominasi fans Dominant Hero di lokasi live membuat momen ini jelas menjadi hal yang sangat menggembirakan bagi mereka.
Selanjutnya, kemenangan Qin Muyun tentu saja merupakan hal yang sama sekali tidak mengejutkan. Hanya saja para pemain yang kalah sama-sama kebingungan. Saat bertanding, mereka merasakan suatu belenggu yang sulit dijelaskan. Sebenarnya apa yang terjadi? Mereka semua tidak mengerti. Gaya bertarung Qin Muyun yang mengandalkan formasi posisi dan pergerakan untuk menggerakkan serangan ini begitu tinggi levelnya, sepenuhnya melampaui bidang yang dapat dipahami pemain biasa. Mereka mungkin tahu tentang konsep ini, namun dalam pertempuran sebenarnya, mereka tidak bisa menyadari makna di balik setiap pergerakan Minus Nine Degrees milik Qin Muyun.
"Bagaimana bisa atlet hebat seperti ini baru ditemukan sekarang?" Kapten Tim Blue Rain, Yu Wenzhou, mengungkapkan kekagumannya. Tampaknya bukan hanya dia satu-satunya atlet profesional yang berpikir demikian. Berbagai tim sedang membahas kinerja Qin Muyun, meski hanya melawan pemain biasa, gaya khasnya tetap terlihat jelas. Bagi para atlet profesional, setelah menyadari arah bakat Qin Muyun, menangkap tujuan gerakannya di lapangan menjadi lebih jelas. Namun meski begitu, jika tidak benar-benar fokus, tetap saja bisa melewatkan detailnya. Penekanan yang terbentuk dari pergerakan dan penataan posisi ini benar-benar terasa halus seperti embun yang membasahi benda tanpa berisik. Qin Muyun memang sudah mulai diperhatikan semua orang, namun kehadirannya di lapangan tetap terasa minim.
Setelah beberapa penonton beruntung naik ke pating dengan gembira dan turun dengan wajah bingung setelah kalah, kegiatan Weekend Bintang All-Star hari kedua pun berakhir. Penonton pulang dengan puas hati, mulai semakin menantikan hari ketiga Weekend Bintang All-Star yang merupakan klimaks acara: Perlawanan All-Star.
Bagaimana cara pengelompokannya? Orang-orang mana yang akan bertarung bersama? Konfrontasi apa yang akan terlihat di arena?
Mimpi-mimpi tentang duel atau kombinasi tertentu bisa menjadi kenyataan di Weekend Bintang All-Star. Dengan membawa antisipasi masing-masing, akhirnya semua orang menyambut hari ketiga Weekend Bintang All-Star.
Suasana live sangat hiruk-pikuk, semua orang larut dalam kegembiraan. Panitia jelas memahami emosi penonton. Tanpa lagi mengulur-ulur waktu, satu per satu 24 pemain All-Star diundang ke panggung di tengah pengumuman yang bergema.
Penonton bersorak dan berteriak, memberikan penghormatan maksimal kepada setiap pemain All-Star. Namun, sorakan terbesar tentu hanya untuk pemain Tim Dominant Hero mereka. Saat Kapten Han Wenqing naik panggung, sorakan bak gelombang tsunami yang menyapu membuat orang sulit percaya bahwa hasil voting All-Star-nya hanya peringkat ke-12. Kekuatan kandang membuat Han Wenqing tampak seperti superstar nomor satu Glory. Meski popularitasnya menurun signifikan, di Tim Dominant Hero ia tetap figur utama yang tak tergoyahkan.
Berbeda dengan semua orang, itu adalah Ye Xiu. Hanya saat penampilannya, fans Dominant Hero tidak memberikan tepuk tangan, tapi hujatan tanpa ampun. Ini adalah panggung All-Star, bukan kandang Tim Dominant Hero. Tindakan ini agak tidak sopan. Tapi tidak ada solusi, dendam fans Dominant Hero terhadap Ye Xiu terlalu dalam. Selama satu musim tanpa Ye Xiu dan Jia Shi, fans Dominant Hero merasa agak sepi. Meski Lun Hui kuat dan akhirnya mengalahkan Dominant Hero, di mata mereka bukan musuh terbesar. Musuh bebuyutan mereka tetaplah Jia Shi dan Ye Xiu.
Jia Shi sudah tiada, tapi Ye Xiu kembali. Maka aggro semakin terkonsentrasi. Fans Dominant Hero tak akan menyembunyikan perasaan mereka. Apapun acaranya, melihat Ye Xiu harus dihina, ini hukum besi.
Dari 24 pemain, hanya Ye Xiu yang mendapat perlakuan kejam ini. Meski Su Mucheng juga mantan pemain Jia Shi, dendam Dominant Hero terhadap Jia Shi dan Ye Xiu berasal dari awal tiga gelar juara berturut-turut Jia Shi. Su Mucheng bergabung ke Jia Shi tepat di tahun Dominant Hero mengalahkan Jia Shi dengan bangga. Secara rumit, terhadap Su Mucheng yang bergabung ke Jia Shi tapi membawa kemenangan untuk Dominant Hero, mereka tidak punya banyak antipati. Semua kebencian dipikul Ye Xiu sendirian.
Pemain lain memandang orang dengan perlakuan berbeda ini dengan perasaan masing-masing.
Orang ini telah meninggalkan lingkup profesional selama satu setengah tahun, lalu kembali dan langsung berdiri di panggung yang menyimbolkan identitas tertinggi Glory. Kecuali Zhou Zekai, tak ada yang popularitasnya melebihinya. Comeback ini benar-benar keras.
Ye Xiu juga mengamati wajah-wajah di atas panggung. Setelah absen satu setengah tahun, wajah-wajah di sini terasa lebih asing dan kurang familiar.
Banyak lawan yang bertarung dengannya selama bertahun-tahun telah pergi. Ada yang pensiun total, ada yang kini duduk di bawah panggung.
Zhang Jiale, Lin Jingyan, Sun Zheping... dan mungkin yang sedang menonton siaran TV saat ini: Zhao Yang, Deng Fusheng...
Mereka mungkin tak akan pernah lagi menginjak panggung termegah ini. Tapi bagaimana dengannya? Berapa lama lagi dia bisa bertahan di sini?
Memandang Han Wenqing, hati Ye Xiu bergejolak. Di panggung ini bahkan tak ada pemain Musim ke-2 lagi. Dua veteran Musim Pertama ini masih nekad mencakar tempat.
Peringkatnya kedua, Han Wenqing kedua belas.
Lumayan, pikir Ye Xiu. Tapi lihatlah peringkat 10 besar All-Star, pengaruh generasi baru semakin dominan.
Pemain Musim ke-5 Zhou Zekai kini mengokohkan posisi sebagai pemain terdepan Glory. Jiang Botao dan Yu Feng (Musim 6), Sun Xiang dan Tang Hao (Musim 7) menguasai 10 besar. Lainnya adalah tiga dari Generasi Emas Musim ke-4 yang legendaris. Selain itu, hanya Wang Jiexi yang berasal dari Musim ke-3.
"Orang-orang dari Musim ke-3, sudah tidak banyak tersisa ya..."
Ye Xiu menghitung, menemukan bahwa generasi Musim ke-3 selain Wang Jiexi, hanya tersisa Yang Cong. Peringkatnya kebetulan di posisi 24 musim ini, bisa dibilang menyambut kesempatan terakhir. Di belakangnya, banyak yang mengintai rakus, mungkin tahun depan akan menghilang dari daftar peringkat ini.
Segala sesuatu sudah berubah!
Melihat banyak wajah muda segar, Ye Xiu pun tak bisa menghindari perasaan nostalgis. Host live sedang mewawancarai satu per satu pemain All-Star yang naik panggung, akhirnya tiba giliran Ye Xiu.
"Ye Xiu Shen kembali ke panggung ini dengan menduduki peringkat kedua daftar suara All-Star! Bagaimana perasaanmu sekarang?" tanya host yang bahkan lebih bersemangat dari Ye Xiu.
"Oh, sudah terbiasa," jawab Ye Xiu.
Bukan hanya penonton, bahkan di antara para pemain All-Star yang berdiri di arena, ada yang menyeringai mencibir ke arah Ye Xiu.
Host terdiam sebentar sebelum melanjutkan: "Apakah Ye Xiu Shen punya partner atau lawan yang dinantikan?"
Ye Xiu mengamati 20 lebih orang di sekelilingnya, lalu menjawab tenang: "Tidak ada preferensi."
"Hahaha, Ye Xiu Shen benar-benar... sangat tenang ya!" kata host.
"Karena sudah terbiasa," kata Ye Xiu.
Pembicaraan kembali berputar, host pun mulai mewawancarai peserta berikutnya dengan pasrah.
Orang berikutnya setelah Ye Xiu tentu Zhou Zekai, proses wawancara jelas mengikuti urutan voting All-Star.
"Xiao Zhou sekali lagi mempertahankan posisi pertama voting All-Star, bagaimana perasaanmu?" Pembawa acara memanggil Zhou Zekai dengan sebutan akrab "Xiao Zhou" alih-alih gelar Shen, menciptakan kesan familiar.
"Sudah pasti, dia memang terbiasa!" Sebelum Zhou Zekai selesai berpikir cara menjawab, Ye Xiu sudah menyahut untuknya.
Zhou Zekai menatap Ye Xiu dengan bengong, tetap tidak mengucapkan sepatah kata pun.
"Ehm, ini..." Pembawa acara canggung, "Mungkin Zhou Zekai memang sudah terbiasa, tapi yang secara gamblang menunjukkan sikap seperti itu pasti cuma kamu!"
Melihat Zhou Zekai tidak berniat menanggapi lebih lanjut, pembawa acara terpaksa mengajukan pertanyaan klise berikutnya: "Xiao Zhou, adakah partner yang kamu nantikan untuk berkolaborasi?"
"Partner apaan? Guild Lun Hui kali ini datang empat orang sekaligus, mau kamu pecah rombongan mereka?" Ye Xiu menyela.
"Dewa Ye... Bisa tidak Anda diam sebentar?" Pembawa acara menahan emosi yang hampir meledak.
"Oh iya, silakan lanjutkan obrolan kalian." Ye Xiu berkata santai.
Ngobrol? Ngobrol apaan? Siapa yang bisa ngobrol lancar dengan Zhou Zekai! Pembawa acara memegang mikropon, menatap Zhou Zekai yang tetap diam seribu bahasa, terpaksa mengulang pertanyaan: "Sudah dipikirkan? Siapa yang ingin diajak kerja sama?"
"Ehm..." Akhirnya Zhou Zekai membuka mulut, "Tim kami... ada empat orang."
"Hahahaha!" Ye Xiu tertawa terbahak-bahak. Pembawa acara menggigit gigi, akhirnya menahan diri untuk tidak melanjutkan pertanyaan. Sebenarnya, pemain peringkat kedua dan pertama seharusnya mendapat lebih banyak pertanyaan sebagai bentuk apresiasi atas popularitas mereka yang tinggi. Tapi sekarang...
"Baik, mari kita lihat pembagian grup untuk pertandingan All-Star kali ini," ujar pembawa acara dengan wajah tanpa ekspresi.
