“She Ming Yi Ji yang hebat, serangan Satu Pukul Satu Bunuh yang spektakuler! Yang lebih berharga lagi, ini berasal dari tangan Yang Cong, sungguh sangat langka, terima kasih atas kinerja spektakuler Yang Cong!!” Host live berseru, dalam siaran televisi, Pan Lin dan Li Yibo juga sedang berdiskusi tentang topik ini.
Yang Cong, yang bisa menjadi pemain All-Star, sama sekali bukan pemain biasa. Tapi di panggung yang dipenuhi bintang-bintang ini, dia lebih seperti pengunjung sesaat. Dia tidak meninggalkan banyak jejak di Liga, dan sekarang juga tidak punya banyak waktu tersisa. She Ming Yi Ji dalam All-Star kali ini mungkin akan menjadi kilauan tak terlupakan dalam karirnya.
"Baik, sekarang Tim B memimpin 1-0 sementara!" Pembawa acara mengumumkan, layar elektronik di lokasi juga telah menampilkan poin.
"Silakan pemain kedua dari kedua tim maju." Host live mengumumkan, pandangan seluruh penonton di arena berpindah-pindah, melihat pemain mana yang akan maju dari kedua sisi.
"Pertama dari Tim A, ini, oh, pemain lain dari Lun Hui, wakil kapten mereka, Jiang Botao!"
Jiang Botao berjalan menuju panggung, pemain dari Tim B juga telah maju, yaitu Zou Yuan dari Tim Hundred Blossoms.
"Ini adalah pertarungan antar Wakil Kapten!" Host live berusaha menambahkan unsur topik pada duel ini. Sayangnya kedua Wakil Kapten ini tidak melakukan komunikasi setelah maju ke arena, langsung saling serang. Jiang Botao yang pernah mengikuti pertandingan menghindar penuh semangat sebelumnya, sudah menunjukkan sikapnya yang tidak terlalu serius terhadap arena All-Star Game, bermain dengan cukup santai. Berbeda dengan Zou Yuan, meski ini ketiga kalinya dia terpilih sebagai All-Star, tapi ini pertama kalinya pengakuan yang diperoleh berdasarkan kinerjanya sendiri, bukan karena alasan-alasan tertentu. Dia tidak ingin mengecewakan para pendukung yang memilihnya, jadi meskipun ini hanya pertandingan bersifat pertunjukan, dia tetap tidak ingin kalah!
Sayangnya hidup penuh ketidakpastian. Zou Yuan yang tidak ingin kalah justru akhirnya kalah; Jiang Botao yang santai dan tidak terlalu memperhatikan hasil pertarungan malah menang.
"Tim A merebut kembali satu poin!" teriak host sementara papan skor Tim A mencatat satu poin. Zou Yuan kembali ke area tunggu dengan wajah kecewa, ekspresinya membuat semua anggota Tim B kaget.
"Ada apa? Kamu punya permusuhan dengan Jiang Botao?" Ye Xiu bertanya.
"Tidak sama sekali!" Zou Yuan tampak bingung.
"Lalu kenapa wajahmu muram seperti ini?" Ye Xiu tidak mengerti.
"Aku... kalah!" kata Zou Yuan.
"Ini kan bukan pertama kalinya." kata Ye Xiu.
Semua orang panik, apakah ini cara menghibur? Ini jelas bukan hiburan!
Yu Feng sebagai rekan setim Zou Yuan yang cukup memahami mentalnya, segera menarik Zou Yuan ke samping untuk menghiburnya. Semua orang melirik Ye Xiu dengan pandangan merendahkan.
“Siapa yang harus maju sekarang?” Ye Xiu mengabaikan, memanggil pemain untuk bertanding.
“Giliranku.” Dari Tim B, pemain Li Hua dari Tim Yan Yu maju.
Di sisi Tim A, yang bangun adalah Liu Hao, wakil kapten Tim Typhoon saat ini.
“Haha, ini lagi-lagi duel antar wakil kapten!” ujar host, disambut suara hinaan dari penonton yang bosan dengan omongannya. Padahal ini All-Star, hampir semua di sini adalah kapten atau wakil kapten tim. Jadi duel antara wakil kapten, kapten, atau kombinasi kapten-wakil kapten sama sekali tidak istimewa. Host ini benar-benar kehabisan topik sampai berkali-kali memakai ini sebagai bahan pembicaraan.
Dugaan itu ternyata benar, host memang benar-benar kehabisan bahan.
Liu Hao vs Li Hua? Ini... sekali lagi bentrok antara dua orang yang sama sekali tak pernah bersinggungan, bahkan sehelai benang merah pun tak ditemukan. Baik dari riwayat pemain, tim tempat mereka pernah berada, maupun pertemuan langsung di medan pertempuran. Bahkan di pertandingan tim, keduanya tak pernah bertemu karena sistem shift dan alasan lain. Seperti dua garis paralel yang takkan pernah bersilangan...
Dalam situasi seperti ini, harus diakui komentator streaming Pan Lin dan Li Yibo memang jagonya. Saat host live bingung mencari topik dan dihujani suara hinaan, mereka berdua langsung berkomentar dengan nada kaget: “Wah, ini pertemuan pertama kedua pemain ini di panggung resmi!”
Dari sini terlihat, mengubah sudut pandang bisa langsung menemukan daya tarik yang berbeda.
Pertarungan pertama antara Liu Hao dan Li Hua, keduanya saling merasa asing. Liu Hao tidak hanya asing dengan Li Hua, tetapi juga asing dengan panggung All-Star ini. Ini adalah pertama kalinya ia tampil di sini, sesuatu yang telah lama dinantikannya. Namun setelah datang, baru sadar bahwa dirinya hanya bisa muncul sebentar di pertandingan individual pada babak perlawanan.
Liu Hao sangat ingin menunjukkan kemampuan. Tapi... di panggung yang dipenuhi bintang-bintang ini, ia tak bisa merebut peran lebih besar. Pertandingan tim jelas menjadi daya tarik utama. Berbeda dengan Tim B di mana Ye Xiu, Wang Jiexi, Chu Yunxiu dan lainnya malas ikut tim dan lebih memilih pertandingan individual, Liu Hao sangat ingin menjadi bagian dari pertandingan tim! Karena ia tahu, formasi akhir tim akan mewakili kekuatan tempur terkuat - mungkin kelompok kecil All-Star yang lebih menonjol. Betapa ia mendambakan identitas seperti itu!
Sayangnya, ia tidak memilikinya...
Bahkan jika dihitung berdasarkan perolehan suara enam orang All-Star, entah dimasukkan ke Tim A atau B, namanya tetap tidak tercantum.
Di sisi Tim A, enam orang yang akhirnya maju di pertandingan tim adalah Zhou Zekai, Sun Xiang, Yu Wenzhou, Huang Shaotian, Tang Hao, Xiao Shiqin...
Enam orang ini, kecuali Yu Wenzhou yang peringkat suaranya ke-11, semuanya masuk 10 besar. Melawan mereka untuk memperebutkan tiket pertandingan tim, Liu Hao sama sekali tidak punya alasan yang kuat.
Dengan terpaksa, akhirnya menerima penugasan bertanding di pertandingan individual. Kini, menghadapi Li Hua, kepala Liu Hao kosong. Kebetulan macam apa ini? Dua tim dalam satu liga minimal akan bertemu dua babak. Li Hua bergabung di Liga sejak Musim ke-7, sampai sekarang sudah beberapa tahun, tapi belum pernah sekalipun bertemu?
Liu Hao sendiri merasa ini sesuatu yang terlalu mustahil. Jika bukan karena berdiri di arena saat ini, dia sendiri tidak menyadari ada kejadian absurd seperti ini menimpanya.
Dia merasa aneh, Li Hua juga demikian. Akhirnya keduanya bergerak sangat hati-hati. Setelah bertemu, saling mencoba, mencari-cari, bersama-sama mengingat-ingat materi analisis tim mereka tentang lawan ini. Lalu, ninja Li Hua "Lin An Cao Jing" menghilang.
Aksi sembunyi ninja dimulai. Li Hua sepertinya sudah menemukan ritme pertempuran. Tak lama, ketika Lin An Cao Jing muncul kembali, gempuran dilancarkan dengan ritme sangat cepat. Liu Hao? Selama tahun-tahun ini dia sibuk bermain politik, mengembara. Pikirannya terlalu banyak tercurah ke hal lain. Dia juga berusaha berpikir keras, tapi tak menemukan materi analisis yang bisa digunakan. Ringkasnya: "Baru merasa ilmu kurang ketika dibutuhkan".
Liu Hao sangat menyesal!
Sebagai debutan pertama di panggung All-Star, dia seperti Zou Yuan, tidak bisa sesantai orang lain. Dia bukan hanya ingin menang, tapi juga menang dengan hebat dan spektakuler. Seperti Yang Cong di ronde pertama, saat melancarkan She Ming Yi Ji, betapa gemilangnya cahaya itu.
Tapi... kenapa aku sendiri malah bertemu dengan Li Hua ini?
Pemain ninja yang ahli menyembunyikan diri ini, ternyata juga berada dalam keadaan tersembunyi dalam karier profesionalnya. Saat muncul diam-diam di panggung All-Star pertamanya, apakah penampilan perdananya akan meninggalkan cap kegagalan?
Tidak... bukan sekadar kalah, ini benar-benar memalukan! Soulblade-nya terus dipermalukan oleh ninja Li Hua, seolah ini bukan pertarungan seimbang. Saat ini, Liu Hao seakan melihat ribuan penonton yang berbisik-bisik, mulut menganga, semua berpikir: Liu Hao keterlaluan buruknya, skillnya cuma segini?
Ini... sungguh menyakitkan! Li Hua ini ngapain sih? Cuma arena All-Star, ngapain bertarung sebegitu serius? Liu Hao yang sebenarnya juga sangat peduli dengan hasil pertandingan ini tiba-tiba merasa kesal pada fokus Li Hua dalam pertandingan.
Tidak boleh begini!
Jiwa Liu Hao berteriak. Soulblade-nya mengayunkan pedang, gelombang pembunuhan bergetar, tapi arah yang dituju kosong. Bayangan hantu Hidden Grass in Dark Forest sudah menyelinap ke sisi diagonal karakternya.
Ranshen Chong!
Afterimage Hidden Grass in Dark Forest menyerang bertubi-tubi ke Soulblade Liu Hao yang masih dalam keadaan kehilangan arah. Dua tebasan pedang yang dipaksakan hanya merobek ilusi bayangan yang ditinggalkan di udara setelah serangan ninja tersebut.
“Li Hua Xiao-di kenapa bertarung begitu serius ya…” Liu Hao tersenyum dengan sangat dipaksakan, berusaha membuat nada bicaranya terdengar rileks.
“Hah?” Li Hua tertegun, “Aku… tidak terlalu serius kok?”
Liu Hao marah besar!
Tidak serius bertanding, perkataan macam itu berani kau ucapkan? Lebih parah lagi, kau yang tidak serius malah mengalahkanku seperti ini, benar-benar menghina!
Alam semesta kecil Liu Hao sudah membakar hingga level entah keberapa, namun masalahnya meski energinya sudah terisi penuh, ia sadar tidak punya serangan pamungkas. Serangan sembarangan hanya membuatnya semakin merasa tak berdaya dan dipermalukan, ia pun tak bisa tenang untuk mengamati atau berpikir. Ini kesempatan yang ditunggunya bertahun-tahun, hasilnya malah dihancurkan oleh si pemalas yang selalu transparan dalam karirnya, tenang? Tidak mungkin!
Kalah!
Akhirnya Liu Hao kalah, semakin ingin menang semakin sulit diraih, babak sebelumnya Tim B, kali ini berganti ke Tim A. Liu Hao turun arena dengan malu, menurutnya seluruh pandangan menghina di arena pasti tertuju padanya. Kembali ke formasi Tim A, kepalanya tak sanggup diangkat. Ingin menjelaskan sesuatu, tapi ia tahu ini semua adalah top player Glory, mencari alasan teknis untuk membujuk? Di depan mereka lebih baik menghemat tenaga!
Pertandingan individual pun berakhir, Tim B unggul tegas 2-1. Tapi sejak dua babak pertama imbang 1-1, semua sudah tahu hasil akhir hanya bisa ditentukan dari pertandingan tim, arena pertandingan sudah tidak diperlukan lagi, ini bukan liga yang perlu menghitung total poin.
Arena pertandingan juga merupakan format di mana pemain maju satu per satu. Pemain pertama yang dikirim Tim A adalah pemain muda Blue Rain, Lu Hanwen, sementara Tim B mengirimkan Xu Bin dari Micro Grass. Lu Hanwen yang muda dan bersemangat tampil tanpa rasa takut, sedangkan Xu Bin dengan julukan "Raja Penggiling" bermain dengan ritme lambat seperti kakek-kakek. Dalam duel seru ini, akhirnya Xu Bin yang lebih terampil berhasil mengalahkan Lu Hanwen. Tim A kemudian mengirimkan Ghostblade No.1 Li Xuan yang berhasil membalas kekalahan dengan mengalahkan Xu Bin. Tim B merespons dengan mengerahkan pemain muda mereka, Gao Yingjie, yang berhasil mengeliminasi Li Xuan. Penjaga terakhir Tim A adalah Wu Yuce, anggota duo Ghostblade Void, yang langsung menghentikan performa Gao Yingjie dengan membunuhnya.
Sampai di sini, formasi Tim A untuk pertandingan tim besar sudah bisa ditebak menggunakan metode eliminasi. Bagaimana dengan Tim B? Siapa ahli yang bertugas menjaga posisi terakhir? Pembawa acara menatap ke arah Tim B, seluruh penonton juga mengarahkan pandangan, lalu semua orang mengusap mata mereka.
Siapa itu yang berdiri?
Itu... Zhang Xinjie?
Apa dia mau ke toilet? Mempersiapkan diri untuk pertandingan tim besar. Tunggu, kok malah menuju ke tengah arena? Ada apa ini? Penjaga terakhir Tim B... Seorang Pastor？？？？
