Tanggal 10 Januari akhirnya tiba. Baik Misty Rain maupun Howling sama-sama tidak melakukan transaksi transfer sebelum hari ini. Personil Tim Typhoon tiba di Kota H sehari lebih awal untuk pemanasan dan uji arena. Wakil kapten Liu Hao dari Howling mendapat sambutan hangat di Kota H. Banyak fans Jia Shi masih menunjukkan sentimen terhadap mantan pemain klub mereka ini. Dalam wawancara pra-pertandingan, Liu Hao menyatakan penyesalan mendalam atas pembubaran Jia Shi, memberikan doa untuk Jia Shi baru, serta secara akurat memaparkan situasi terkini tim tersebut dalam Tantangan Rookie. Hal ini kembali menyentuh banyak fans Jia Shi.
Mengenai pertandingan mendatang, Liu Hao tidak banyak berkomentar. Kapten Howling Tang Hao menolak wawancara pra-pertandingan. Kabar angin pasca Weekend Bintang All-Star menyebutkan performa Tang Hao di acara tersebut memengaruhi emosinya. Hal ini cukup mengejutkan publik, tak menyangka pemain legendaris sekaliber ini begitu terpengaruh oleh performa di ajang all-star.
“Kapten? Keadaannya baik, tidak mau diwawancara, hanya ingin lebih fokus pada pertandingan. Howling tampil bagus dalam dua babak terakhir, kami berencana pertahankan momentum ini! Performa Xingxin musim ini sudah membuktikan mereka bukan tim lemah, jadi kami juga perlu persiapan lebih aktif dan serius.” Demikian Liu Hao membahas Tang Hao.
Liu Hao dan Guo Yang dari Howling memang punya hubungan dengan Kota H, tapi tidak ada kaitan khusus dengan tim Xingxin. Saat Xingxin melawan Jia Shi di Tantangan Rookie, keduanya sudah menjadi mantan pemain Jia Shi.
Tapi Howling dan Xingxin sekarang hanya terpaut 5 poin di klasemen. Struktur liga mungkin akan berubah setelah pertandingan ini. Selain itu, mantan pemain Howling Fang Rui menjadi daya tarik utama laga ini. Banyak yang ingin memberi label "balas dendam" pada Fang Rui, mengingat kepergiannya dari Howling yang cukup muram – jelas terlihat Howling membuang Fang Rui demi membangun formasi inti baru.
Malam itu, Stadion Xiaoshan – kandang Xingxin – dipenuhi penonton. Prestasi gemilang Xingxin berhasil memikat semakin banyak pemain Glory di Kota H. Tingkat kehadiran kandang ini membuktikan mereka bukan lagi tim baru tanpa basis penggemar di Liga. Esports, harus berbicara dengan kekuatan – prinsip ini terbukti benar.
Pertandingan segera dimulai dengan babak single player terlebih dahulu. Di kandang Xingxin, sorakan "Tujuh Belas!" bergema kompak dan penuh semangat.
Tujuh Belas!
Ye Xiu akan meraih satu kemenangan lagi di pertandingan individual, rekor kemenangan beruntunnya akan mencapai 17 babak. Sebagai pemain yang selalu tampil pertama di sesi single player, bahkan sebelum daftar pemain diumumkan, fans Xingxin sudah mulai bersorak menyemangatinya.
Xingxin tidak mengecewakan fans. Ye Xiu bangkit dari area pemain, melambaikan tangan ke seluruh arena, lalu naik ke panggung di tengah sorak-sorai dan tepuk tangan yang semakin membahana.
Ye Xiu sendiri merupakan simbol komunitas Glory di kota ini. Setelah comeback, performa dominannya, rekor yang terus diperbarui, serta aura misteriusnya telah menarik banyak fans baru - kebanyakan dari generasi tua. Banyak di antara mereka yang bahkan sudah meninggalkan Glory, namun kembalinya Sang Legenda telah membangkitkan nostalgia akan semangat masa muda. Banyak akun tua yang sudah lama tidak login tiba-tiba aktif kembali di game.
Ini adalah era yang diwakili Ye Xiu, sebuah periode penuh gairah yang tak bisa dipahami oleh generasi baru fans Zhou Zekai, Sun Xiang, Tang Hao dan Shen lainnya. Namun kini, api semangat itu kembali menyala di panggung ini.
Ye Xiu sudah berada di panggung. Siapakah pemain pertama yang akan dikirim Tim Typhoon untuk menghadapinya?
Banyak ahli di lingkaran Glory sedang membahas strategi Xingxin yang konsisten menempatkan Ye Xiu di urutan pertama - sebuah taktik psikologi untuk menguasai momentum sejak awal pertandingan.
Kehadiran Ye Xiu di posisi pertama ini seperti pernyataan terbuka: Tak ada kamuflase, tak ada variasi. Lalu sebagai lawan, bagaimana kalian akan menghadapi ini?
Mengirimkan lawan kuat untuk konfrontasi langsung? Jika kalah, semangat pasukan akan terpukul; mengirimkan yang lemah dengan strategi kuda Tianji, namun sebelum bertanding momentum sudah tertekan, efek ideal pun belum tentu tercapai.
Karena itu, langkah Xingxin ini sangat menyiksa lawan. Mereka menempatkan ahli top di posisi pertama, menantangmu untuk menjatuhkannya. Beranikah kalian? Rekor kemenangan beruntun Ye Xiu seolah memancarkan Provokasi seperti ini.
Tim yang kurang kuat memang tidak berani menantang, biasanya melewati pertarungan ini sekadarnya. Tapi beberapa tim justru bersikukuh memperebutkan semangat juang ini. Bagaimanapun, mengalahkan Ye Xiu dalam pertarungan ini akan memberikan peningkatan besar bagi tim mereka sekaligus tekanan efektif bagi Xingxin. Langkah Xingxin ini sebenarnya adalah pedang bermata dua, namun Ye Xiu dengan percaya diri mengayunkan pedang ini selama 16 babak - hanya melukai musuh, tak menyakiti diri sendiri.
Bagaimana Howling akan menghadapi ini?
Tim ini memiliki semangat tinggi, kaptennya ambisius, bahkan anggota barunya pun penuh gairah. Mereka mungkin bukan tipe tim yang akan melewatkan ronde pertama begitu saja. Siapa yang akan mereka kirim? Langsung Kapten Tang Hao? Melepas penjaga benteng utama untuk bertarung solo melawan Ye Xiu - sejauh ini belum ada tim yang menempatkan anggota inti mereka di posisi ini. Akankah Howling membuat keputusan seperti ini?
Ada yang menatap ke area pemain Howling, ada yang menatap penuh intensitas ke layar elektronik. Di bawah daftar tim Howling, nama pemain pertama yang akan bertanding sedang berputar perlahan.
Tang Hao!
Benar-benar Tang Hao. Howling memang menjadi tim pertama yang berani mengambil risiko, langsung mengirim kapten sekaligus anggota inti mereka Tang Hao untuk melawan Ye Xiu.
Fans setia Howling yang jauh-jauh datang mendukung tim, dengan bangga meneriakkan slogan kebanggaan tim. Tapi sorakan mereka segera tenggelam oleh suara hinaan dan tawa mengejek dari fans Xingxin.
Kalau tidak salah ingat, kapten kalian Tang Hao ini kan baru saja di-drop oleh kapten kami di All-Star Game?
Fans Xingxin memang punya keyakinan. Meski All-Star Game lebih bersifat pertunjukan, tapi emosi fans mana peduli? Pokoknya cari dulu alasan untuk nyerang!
Fans Howling bisa apa? Mau menjelaskan panjang lebar bahwa All-Star Game tidak masuk hitungan? Argumen seperti ini mungkin cocok untuk debat panjang di forum, tapi di tengah gemuruh arena live, teriakan seperti itu sama sekali tak berdaya. Mereka pura-pura mengabaikan, tapi cemoohan dari si pemalas Xingxin itu tetap menyakitkan di telinga.
“Yang paling menderita tentu Tang Hao. Meski All-Star Game dianggap remeh oleh banyak orang, baginya ini sangat penting. Dihina fans Xingxin di momen ini justru semakin memicu tekadnya. Kedua tangannya menggenggam erat. Tangan inilah yang telah memenangkan segalanya, berulang kali membuat suara-suara tak diinginkan menghilang. Kali ini, dia memutuskan menggunakan tangan ini untuk membungkam semua fans Xingxin di lokasi.”
“Kemenangan milik Howling!”
Setelah pertandingan individual dimulai, Tang Hao langsung mengumumkan deklarasi kemenangan. Tang San Da melesat maju tanpa ragu. Di All-Star Game tak ada yang menggunakan strategi posisi tempur, termasuk Tang Hao kali ini. Apalagi peta duel yang dipilih Ye Xiu di kandang selalu sederhana, langsung ke inti.
Kedua karakter segera bertemu di tengah map. Jun Moxiao memiliki jangkauan serangan lebih jauh. Qianji San dalam Bentuk Senjata melepaskan Green Machine Gun, hujan peluru menyembur. Tang Hao tak mundur sedetik pun. Tang San Da lincah menembus hujan peluru – satu orang dengan senapan mesin ternyata tak cukup menekannya.
Skill habis dalam sekejap. Jarak antara mereka berkurang, tapi Jun Moxiao masih punya banyak amunisi. Karakter mundur sambil menembakkan Anti-Tank Cannon. Tiga peluru meriam meluncur dengan formasi segitiga, mulut meriam berputar paralel, membentuk kipas peluru yang menyapu area.
Tapi ini tetap tak bisa menghentikan momentum serbu Tang San Da. Dengan akurat dan cepat, Tang San Da telah menyelinap di antara dua peluru. Trik kotor seperti ini di hadapan Shen papan atas terlihat terlalu kekanak-kanakan.
Di saat ini, Tang San Da akhirnya masuk ke jarak serangnya. Karakter mengayunkan tangan, melemparkan Sand Toss ke wajah. Skill ini mungkin tak perlu dihindari, tapi kamera harus dialihkan. Namun Jun Moxiao memegang payung-perisai yang langsung terkembang, menghalau dengan suara "Kresek!".
Respons ini sepertinya sudah diantisipasi Tang Hao. Sand Toss yang dilancarkan frontal memang mengejar momen kamera berbalik. Baik memutar kamera atau memakai perisai, faktanya sama saja. Jarum bius yang sudah disiapkan Tang San Da langsung dilempar, mengenai target untuk efek paralysis. Rogue memang kelas yang penuh trik kotor seperti ini.
Jarum bius nyaris bersamaan dengan momen Jun Moxiao membuka Qianji San. Yang ingin di-timing Tang Hao adalah saat Ye Xiu selesai menghalau Sand Toss dan menutup payung - tepat saat jarum datang di depan mata, tak mungkin dihindari.
Hasilnya? Sand Toss terhalau, tapi Jun Moxiao tak menutup payung. Masih terkembang, persis menghitung jarum bius yang menancap di payung-perisai, jatuh tanpa suara.
Tang Hao menyebalkan. Melihat payung ini sejenak tak berniat ditutup, dia malah memanfaatkannya untuk operasional dash cepat Tang San Da sambil mengangkat bata, siap menghantam wajah begitu dekat.
Alih-alih menutup payung, Jun Moxiao malah melakukan dash maju dengan payung masih terbuka.
Serangan Kavaleri! Skill Knight, perisai memang peralatan standar di tangan knight, sama sekali tidak memengaruhi pelepasan skill ini. Hanya saja serangan dengan perisai ini memiliki daya, tapi damage-nya tak sebanding pedang knight. Namun Tang Hao tidak berani menyepelekan - walau perisai minim damage, skill Pukul Perisai bisa digunakan. Di arena All-Star Game, si pemalas ini baru saja menggunakannya sampai Huang Shaotian pun terjebak. Adegan itu melekat di hati Tang Hao, kali ini dia tak berani lagi berlindung di balik perisai, buru-buru geser posisi diagonal, menciptakan celah, lalu melempar bata.
Pada saat itu, Tang Hao melihat dengan jelas: di balik payung-perisai, kepala Jun Moxiao juga menoleh tepat ke arah mereka. Sudut pandang lawan sedang memantau sisi ini.
Ini adalah respons yang sudah diantisipasi lawan!
Begitu Tang Hao menyadari, Tang San Da sudah melemparkan batu dari tangannya. Jun Moxiao menarik pedang dari pegangan payung, kilatan pedang langsung menyelinap di depan mata. Menghindar? Tang San Da melangkah mantap, baru saja mendarat. Mau menghindar ke mana lagi?
Maju? Mundur? Kiri? Kanan?
Kilatan pedang ini sudah mencakup semua arah.
Kena pedang!
Darah Tang San Da menjadi yang pertama terciprat.
