Sederhana, satu serangan tepat sasaran.
Menebaskan percikan darah, meruntuhkan semangat Tang Hao yang melambung.
Bata yang dilempar Tang San Da dengan mudah dihindari lawan, sementara dirinya tak bisa menghindari tusukan pedang ini. Serangan Ye Xiu tentu tak hanya satu segmen. Slashing Draw mengenai, payung-perisai Qianji San langsung ditutup. Berbagai bentuk berganti dengan lincah, berbagai skill bertubi-tubi menghujani tubuh Tang San Da.
Loner Combo!
Tanpa disadari, para pemain telah memberi nama untuk kombo Jun Moxiao ini. Meski tak sepenuhnya memahami pola perubahan kombo Loner Ye Xiu, saat melihat lawan dihajar dari ujung kepala hingga kaki oleh Skill Low-tier, mereka langsung tahu: Loner Combo telah datang.
Serangan kilat ini telah menumbangkan 16 orang sejauh ini. Di antaranya ada rookie gugup, calon bintang baru, strategi tim yang ditinggalkan klub, uji nyali pemain berpengalaman, hingga mantan Shen papan atas seperti Zhang Jiale dan Sun Zheping.
Tang Hao, anggota inti tim utama seperti ini, baru pertama kali menghadapinya.
Tapi hasilnya?
Pemain yang berharap pada Tang Hao segera kecewa.
Ini... sama saja dengan yang lain!
Kemenangan milik Howling?
Deklarasi Tang Hao sebelum pertandingan kini seperti tamparan di bibir sendiri. Performanya di lapangan terlihat tak berdaya, benar-benar tertekan.
Ada apa? Ini bukan All-Star Game.
Banyak pemain bingung, merasa ini bukan skill sebenarnya Tang Hao.
Tang Hao pun berpikir sama - ini pasti bukan kemampuannya yang sesungguhnya. Masalahnya, skill sebenarnya itu tak bisa ia tunjukkan.
Setelah kehilangan inisiatif karena direbut oleh Ye Xiu sebelumnya, meskipun Tang Hao merasa sedikit gagal, semangat juang dan kepercayaan dirinya tidak sepenuhnya hilang. Dia telah mempersiapkan kesempatan untuk serangan balik terencana, hanya menunggu celah dari Ye Xiu.
Tapi... tidak ada celah.
Empat kata sederhana ini, kemampuan dasar seperti apa yang terkandung di dalamnya?
Sekalipun Tang Hao sangat arogan dan yakin bisa mengalahkan siapa pun, dia tidak berani mengklaim bisa bertanding tanpa celah sama sekali, tanpa kelemahan yang muncul.
Tidak ada yang bisa melakukannya, setidaknya sebelum hari ini Tang Hao berpikir demikian. Tapi sekarang, dalam pertandingan yang dihadapinya langsung, lawannya tidak memberi sedikitpun celah.
Bagaimana mungkin?
Apakah pengamatannya tidak cukup tajam?
Tang Hao tidak percaya ada orang yang sempurna tanpa kelemahan. Mulailah dia meragukan kemampuan observasinya sendiri. Kepercayaan dirinya mulai goyah.
Keraguan diri ini, apakah mulai hari ini atau berakar sejak All-Star Game dulu? Tang Hao sudah tidak bisa membedakan. Yang dia tahu hanyalah tidak ingin kalah, tapi jalan menuju kemenangan tidak ditemukan.
Apakah terus seperti ini?
Melihat HP Tang San Da semakin menipis, Tang Hao mulai gelisah.
Bagaimana jika dia benar-benar tidak menemukan celah? Akankah pertandingan ini berakhir dengan Ye Xiu—yang masih hampir full HP—menghabisinya dalam satu gelombang serangan? Dalam 16 kemenangan beruntun Ye Xiu, sepertinya belum ada yang kalah seburuk ini. Apakah dia bahkan lebih buruk dari para pemain itu?
“Ini tidak mungkin!!!” Tang Hao menggeram, tapi suaranya takkan terdengar oleh siapa pun. Fitur voice chat hanya aktif selama All-Star Game. Kembali ke liga profesional, semua aturan tetap berlaku.
Tapi dengan raungan kemarahan ini, Tang Hao bangkit. Dia mengabaikan serangan Jun Moxiao berikutnya, Tang San Da membuka skill Baja Tulang Punggung, langsung menyerang!
Langsung tumbang.
Pilihan Tang Hao jelas bukan solusi untuk meng-counter, lebih terlihat seperti pertarungan binatang terpojok. Ye Xiu seolah punya seratus cara untuk menghadapinya, lalu memilih salah satu, Tang San Da tersungkur.
Suara hinaan memenuhi arena live. Perlawanan Tang Hao di mata banyak pemain biasa terlihat sangat tidak teknis. Dengan begini mau meng-counter Loner Quick Fight?
“Terlalu naif!” fans Xingxin di lokasi bersorak keras.
Suara itu tak sampai di telinga Tang Hao. Tapi dia lebih paham daripada siapa pun tentang apa yang dilakukannya.
Sekali gagal? Lagi!
Tang Hao kembali menyerang, seperti pemula yang terus mengganggu tanpa teknik.
Kau terlihat punya seratus cara untuk menghadapiku? Baiklah, aku akan uji apakah benar kau punya sebanyak itu trik.
Tang Hao membandel dengan memutar-mutar tubuhnya, tapi tawa di lokasi perlahan mereda.
Pertarungan Tang Hao tidak terlihat bagus, bahkan tidak pantas untuk statusnya sebagai pemain legendaris. Tapi saat tidak ada cara lain, dia bisa merendahkan diri dan berani mencoba hal yang mungkin ditertawakan orang. Pengejaran Tang Hao akan kemenangan benar-benar murni. Jika banyak orang merasa All-Star Game membuatnya kehilangan muka, tapi saat ini, tindakannya jelas tidak mempedulikan harga diri.
Dia tidak bertarung demi gengsi. Yang dia kejar adalah kemenangan.
Sayangnya kemenangan tidak bisa diraih hanya dengan mengorbankan segalanya. Apakah Ye Xiu benar-benar punya banyak cara untuk menghadapi? Tidak ada yang tahu pasti. Yang jelas semua upaya Tang Hao untuk menembus tembok akhirnya justru membuatnya sendiri yang menghadapi risiko besar. Seluruh arena berhenti tertawa, tapi Ye Xiu sama sekali tidak mengendurkan tekanannya.
Tang Hao mungkin punya keberanian tak terbatas untuk mencoba, tapi Tang San Da tidak memiliki HP tak terbatas.
Sekali demi sekali gagal memecahkan gempuran Jun Moxiao, yang datang justru serangan balik lebih dahsyat. Akhirnya, HP Tang San Da telah mencapai batas akhir.
Kalah!
Tapi berbeda dengan di All-Star Game, kali ini dia tidak merasa terhina atau canggung.
Strategi Penyihir Wang Jiexi datang tiba-tiba dan tak terduga, membuat Tang Hao kewalahan. Perasaan dominan saat itu mungkin kemarahan karena dikalahkan oleh keadaan tak terduga. Tapi kali ini, yang dia alami bukanlah ketidaksengajaan semacam itu, bukan kewalahan tak terduga. Ini adalah penekanan nyata, bentuk penindasan dimana kemampuan lawan jelas lebih unggul.
Benarkah ada orang yang sekuat ini?
Ketika Tang San Da tumbang, di hati Tang Hao tidak ada rasa malu, yang ada hanyalah kekaguman seperti ini.
"Lain kali aku akan menang!" Tapi dia masih bersikeras dengan mulutnya, seolah lupa deklarasi kemenangannya di awal tadi baru saja dipermalukan secara total.
"Urusan lain kali, bicarakan nanti saja." Ye Xiu membalas sambil menyelesaikan pembunuhan.
Seluruh penonton di arena menghela napas lega.
Lega? Mengapa ada perasaan seperti ini? Tiba-tiba semua orang mulai bertanya-tanya. Tang Hao jelas-jelas hanya melakukan serangan sembarangan tanpa teknik, strategi seperti ini mana mungkin menang? Untuk apa perlu gugup demi Ye Xiu?
Saat Ye Xiu turun lapangan, tepuk tangan bergemuruh, namun di balik keramaian itu terselip keraguan.
Bagaimana dengan Tang Hao di seberang? Sebagai pecundang, lebih tepatnya pecundang yang kalah dengan memalukan, langkahnya justru terlihat mantap. Semua memandangnya dengan perasaan campur aduk yang sulit diungkapkan.
Ye Xiu berjalan turun lalu duduk kembali di kursinya.
"Hebat, berhasil memberi pelajaran ke si pemalas itu!" Chen Guo menyambar memuji. Dia tidak suka kesombongan Tang Hao, melihatnya ditekan habis-habisan oleh Ye Xiu terasa sangat memuaskan.
"Memang hebat," Fang Rui mengangguk, "Tapi... ini juga melelahkan, bukan?"
"Hmm?" Chen Guo bingung sejenak, lalu melihat ekspresi Ye Xiu yang tidak menunjukkan kegembiraan kemenangan meski sudah berhasil menekan Tang Hao. Meski karakter ini memang jarang menampakkan perasaan, tapi setelah menang pun raut wajahnya tetap tak terlihat santai. Chen Guo langsung sadar, analisisnya masih dangkal. Ia menoleh ke Su Mucheng, dan dari sorot mata Su Mucheng yang memandang Ye Xiu, seolah terlihat... kekhawatiran.
"Memang tidak mudah," kata Ye Xiu.
"Kenapa?" tanya Chen Guo.
"Bos... pikirmu menekan pemain sekelas Tang Hao sampai total seperti ini hal mudah?" kata Fang Rui.
"Ah?"
"Bisa bermain seperti ini karena dia terus-menerus melakukan drop kritis sepanjang pertandingan! Ini sangat melelahkan," jelas Fang Rui.
Chen Guo baru paham, kemenangan yang tampak gemilang ini mungkin memakan usaha Ye Xiu jauh lebih besar dari pertandingan biasa. Mengalahkan Tang Hao? Yang dia lakukan bukan sekadar itu, tapi benar-benar menekannya sampai tak berkutik.
"Mengapa harus seperti ini?" Chen Guo mulai panik. Bukankah menang saja sudah cukup? Mengorbankan stamina sebanyak ini untuk kemenangan mutlak, apakah perlu? Hatinya perih.
"Kenapa? Karena aku juga tidak ingin kalah!" jawab Ye Xiu.
Tidak ingin kalah?
Chen Guo terpaku. Maksud Ye Xiu, kalau tidak menekan sepenuhnya dan memberi Tang Hao satu kesempatan balik, dia mungkin akan dikalahkan oleh Tang Hao?
Pandangan Chen Guo berpindah dari Fang Rui ke Su Mucheng, lalu ke semua orang di sekitar.
Semua terdiam, tidak ada yang mempertanyakan hal ini.
Chen Guo pun tidak bisa berkata apa-apa lagi.
“Kau... istirahatlah yang baik!” Hanya itu yang bisa dia katakan.
Kompetisi berlanjut. Meski khawatir pada Ye Xiu, dinamika pertandingan justru sangat baik. Di pertandingan individual kedua dan ketiga, Xingxin masing-masing meraih dua kemenangan melalui Mo Fan dan Su Mucheng. Pertandingan individual bahkan mencapai kemenangan mutlak 3-0.
Seluruh penonton sudah sepenuhnya melupakan perasaan aneh yang ditinggalkan pertandingan pertama. Teriakan 10-0 kembali bergema di arena. Pertandingan individual, yang poinnya paling tersebar, selalu menjadi hambatan terbesar untuk mencapai 10-0. Kini pertandingan individual sudah dimenangkan semua. Babak ini, lagi-lagi mengarah pada ritme 10-0! Sejauh ini, setiap kali Xingxin memenangkan semua pertandingan individual, pasti berujung pada skor 10-0!
Mendengar sorakan penonton, Chen Guo justru tak ikut bersemangat seperti yang lain. Dia tidak mudah melupakan betapa sulitnya Ye Xiu di pertandingan pertama. Tiba-tiba ada firasat buruk dalam hatinya.
Arena pertandingan sudah dimulai. Yang pertama maju dari Xingxin adalah Fang Rui dan karakter Ahli Tenaga Dalam-nya, Hai Wu Liang.
Seluruh arena bergemuruh tepuk tangan.
Meski beralih ke class Ahli Tenaga Dalam, Fang Rui tetap mempertahankan aliran licik. Meski strateginya tidak populer - bahkan dicaci maki oleh banyak kalangan Ahli Tenaga Dalam - ia tetap memiliki banyak pendukung di antara fans Xingxin. Bagi tim baru yang baru saja lolos ke Liga ini, semua orang lebih memperhatikan hasil dan prestasi. Untuk meraih prestasi sekaligus menjaga keindahan arena pertarungan, biarkan target tinggi itu menjadi urusan klub-klub elite yang sudah mapan! Fans Xingxin saat ini jelas lebih pragmatis. Kemenangan adalah segalanya.
Kemenangan dengan aliran licik, bukankah itu tetap kemenangan?
Di tengah sorak tepuk tangan, Fang Rui maju ke kursi pertandingan. Lawan pertamanya: Zhao Yuze dari Tim Typhoon.
"Senior sepertinya bertahan dengan setengah hati di Xingxin ya!" Di awal pertandingan, Zhao Yuze secara tak terduga memulai komunikasi.
