Pada akhirnya, Chen Guo tidak tega menarik kedua orang itu dari komputer. Urusan belanja tahun baru akhirnya diselesaikan olehnya dan Su Mucheng dengan diam-diam.
Dua gadis menyelesaikan persiapan dan kembali ke warnet. Saat naik ke lantai dua departemen teknis, kedua pria itu masih dalam posisi yang sama seperti saat mereka pergi. Fokus yang begitu tinggi membuat Chen Guo tidak tega menginterupsi. Setelah bertukar pandangan dengan Su Mucheng, mereka pun mundur diam-diam.
Ruang strategi yang cukup luas kini dipenuhi tumpukan kebutuhan tahun baru. Chen Guo duduk di sofa, menatap papan tulis berisi klasemen poin di ruang itu, namun ada rasa getir yang sulit diungkapkan di hatinya.
Liga telah melewati separuh musim. Tim Xingxin berada di peringkat lima dengan 131 poin, selisih 30 poin dari zona playoff. Prestasi gemilang ini telah mengguncang dunia esports. Meski bersukacita, Chen Guo tak lagi sekadar fans yang hanya melihat kemegahan pemain di arena. "Satu menit di panggung, sepuluh tahun latihan di belakang layar" - kini sebagai pemilik, ia menyaksikan langsung jerih payah para pemain di balik layar.
Ye Xiu, Tang Rou, Fang Rui, An Wenyi - semua pemain hingga staf teknis seperti An Wenyi dan manajer guild Wu Chen, semua berjuang mati-matian. Usaha mereka bahkan membuat Chen Guo tak bisa santai. Saat Tahun Baru Imlek tiba, ia berharap semua bisa beristirahat. Tapi Ye Xiu dan Guan Rongfei malah kembali tenggelam dalam Glory tanpa sadar.
“Chen Guo pertama kali merasa, juara tidak hanya sekadar indah dan mulia, tapi juga kejam. Baik yang berhasil meraihnya maupun yang tidak, semua harus mengorbankan banyak hal.
Yang berhasil, setidaknya masih ada hasilnya.
Tapi bagaimana dengan yang tidak berhasil?
Setelah mengalami kesulitan seperti ini, meski belum mengalami kegagalan tersebut, Chen Guo sudah bisa merasakan perasaan orang-orang yang tidak bisa meraih juara.
Saat ini, dia teringat pada Zhang Jiale, "Sang Penanti Juara" paling terkenal di Glory, yang sudah empat kali gagal merebut mahkota kemenangan namun tetap tak menyerah. Semangat orang seperti ini mungkin sama seperti dua si pemalas itu, Ye Xiu dan Guan Rongfei!
“Orang-orang gila.” gumam Chen Guo.
Su Mucheng yang mendengarnya tersenyum, lalu duduk di sampingnya sambil berkata: “Bukankah ada pepatah, tak menjadi gila, takkan bertahan hidup?”
“Tapi... bagaimana jika sudah gila tapi tetap tak bisa bertahan?” tanya Chen Guo.
Su Mucheng langsung tertegun, pandangannya tertuju pada klasemen poin di papan skor.
Benar… Ini adalah dunia kompetisi. Jika bertahan hidup didefinisikan sebagai menjadi juara, maka sudah pasti banyak orang yang sekalipun gila-gilaan tetap takkan bisa menjadi juara.
“Kalau begitu... mungkin hanya akan menyesal seumur hidup!” kata Su Mucheng. Dia tidak mengatakan hal-hal klise seperti "yang penting sudah berusaha" karena sebagai bagian dari atlet profesional, dia yakin semangat pantang menyerah memang ada. Namun penyesalan karena tidak meraih gelar juara tidak akan hilang hanya karena semangat tersebut. Mungkin di akhir, yang paling tertinggal di hati tetap rasa penyesalan ini?
“Lalu bagaimana denganmu?” tiba-tiba Chen Guo bertanya.
“Aku?” Su Mucheng terkejut lagi. Sejak menjadi atlet profesional di Musim ke-4, Jia Shi tidak pernah lagi meraih gelar. Ye Xiu memang memegang tiga gelar juara, tapi faktanya hingga kini Su Mucheng tetap seorang pemain tanpa keyboard dan mouse juara.
“Apakah kamu akan sangat menyesal?” tanya Chen Guo.
“Seharusnya... mungkin juga...” jawab Su Mucheng dengan sedikit keraguan. Terhadap pertanyaan ini, dia selalu ragu. Dia pasti akan menyesal, tapi tidak yakin apakah penyesalannya untuk diri sendiri atau untuk Ye Xiu. Terhadap Glory, dia tidak pernah sefanatik itu. Latihannya selama ini seolah hanya untuk mengikuti langkah Ye Xiu. Chen Guo yang kini sering bersamanya mungkin sudah menyadari hal ini, sehingga melontarkan pertanyaan tersebut.
“Jika... kakakmu masih ada, menurutmu apa yang akan kamu lakukan sekarang?” Chen Guo bertanya lagi dengan sangat hati-hati.
"Kalau dia masih ada... Aku mungkin akan sibuk menyiapkan teh di sampingnya? Selain itu..." Su Mucheng tersenyum, "Aku juga akan main Glory. Dengan begitu, perasaan bersama mungkin akan terasa lebih jelas!"
"Hmm... Bersama." Chen Guo mengangguk, tak bertanya lagi. Dua gadis itu bersandar di sofa, melamun dengan pikiran masing-masing, hingga tiba-tiba terdengar teriakan dari sisi lain: "Berhasil, seperti ini!"
Kedua wanita saling memandang, lalu bergegas menuju departemen teknis. Saat membuka pintu, wajah Guan Rongfei yang biasanya pucat karena pantulan monitor kini berseri dengan senyuman lebar.
"Apa yang berhasil?" tanya mereka serempak.
"Set peralatan ini selesai!" seru Guan Rongfei.
"Peralatan apa?" Mereka mendekat, mengira ini tentang Qianji San. Tapi dari konteksnya, sepertinya bukan. Qianji San tak mungkin menggunakan kuantifikasi 'set'.
"Cuma set peralatan Pastor biasa." Ye Xiu menyela.
"CUMA???" Guan Rongfei yang ber-IQ tinggi langsung menangkap diksi merendahkan ini.
"Kecerdasan tinggi, critical rate tinggi, bukan hal baru kan?" kata Ye Xiu.
"Ini set Pastor dengan Kecerdasan dan Critical tertinggi se-Glory!" Guan Rongfei menekankan.
Ye Xiu mengangkat bahu, tidak berbicara lagi, sepertinya tidak berminat berdebat dengannya.
"Intelligence tertinggi? Critical tertinggi?" Di sisi ini Chen Guo mengulangi pertanyaan.
"Benar!" Guan Rongfei mengangguk dengan keras, "Dengan koordinasi pohon teknik Xiao Shou Bingliang, dia pasti akan menjadi Pastor dengan heal terkuat di seluruh Glory. Xiao Shou mana? Cepat panggil dia untuk mencoba." Setelah berkata demikian, Guan Rongfei mulai melihat-lihat ke sekeliling mencari orang.
"Dia pulang kampung merayakan tahun baru," jawab Chen Guo.
"Bagaimana dengan akunnya?" tanya Guan Rongfei.
"Aku ambil!" Chen Guo segera berbalik dan berlari ke ruang latihan untuk mengambil kartu akun. Secara resmi, semua kartu akun memang merupakan aset tim yang tidak boleh dibawa sembarangan oleh pemain. Meski Chen Guo tidak terlalu memperhatikan detail ini, sesuai sifat An Wenyi yang selalu berpegang pada prinsip, kartu akun Xiao Shou Bingliang telah diserahkannya tanpa ragu sebelum keberangkatan.
Kartu akun segera dibawa. Setelah menggesek kartu akses dan masuk ke dalam game, transaksi dengan akun penelitian Guan Rongfei selesai. Satu set lengkap Equipment silver dipasangkan ke tubuh Xiao Shou Bingliang, membuat Chen Guo terkesima.
Kepala, bahu, badan atas, pinggang, badan bawah, sepatu - enam bagian armor terpasang.
Jubah, kalung, cincin tangan kiri, cincin tangan kanan, lencana, kalung leher - enam aksesoris terpasang.
Ditambah senjata khas Pastor: salib.
13 peralatan, semuanya Equipment silver.
Glory yang telah berkembang hingga musim kesepuluh ini, karakter dengan equipment silver di seluruh tubuh semakin banyak. Hampir tidak ada karakter oranye yang tersisa pada karakter inti dari berbagai tim profesional. Tapi Chen Guo tidak menyangka, Xingxin mereka juga sudah memiliki karakter dengan full equipment silver secepat ini, apalagi yang pertama kali menyelesaikan full equipment silver justru adalah Xiao Shou Bingliang.
"Seperti ini... sudah jadi Pastor terkuat?" Chen Guo mengoperasikan Xiao Shou Bingliang, tangannya sedikit gemetar.
"Terkuat? Tergantung definisimu. Dari segi healing power, dialah yang terkuat." Kata Guan Rongfei.
"Aku mengerti." Chen Guo mengangguk. Meski bukan atlet profesional, dia cukup paham tentang atribut-atribut penting untuk kelas Pastor.
Intelligence (Kecerdasan), atribut utama yang harus dikejar Pastor. Tingkat Intelligence menentukan kekuatan kemampuan healing.
Selanjutnya Constitution (Tubuh), semakin tinggi HP maka daya tahan semakin kuat. Semua kelas memperhatikan atribut ini. Bagi Pastor yang menjadi penentu kelangsungan tim, beberapa bahkan menganggap Constitution lebih prioritas daripada Intelligence.
Di luar 4 stat dasar, kecepatan casting menjadi atribut krusial bagi Pastor. Chanting yang lebih cepat berarti lebih banyak healing yang bisa dilakukan, sekaligus mengurangi risiko interupsi lawan di medan perang.
Critical, fenomena probabilistik. Serangan critical meningkatkan damage, healing critical tentu saja meningkatkan jumlah healing.
"Semua ini adalah atribut yang menekankan peran penyembuhan Pastor; dalam hal penekanan survivabilitas, resistensi berbagai atribut, imunitas terhadap efek status aneh, di mata banyak orang juga sangat penting bagi Pastor."
"Banyak atribut yang beragam ini sulit diurutkan secara sempurna dari satu sampai empat. Biasanya, akan mengacu pada ciri khas pemain, menyusun semua atribut yang dibutuhkan Pastor ini menjadi kombinasi yang paling ergonomis dan efisien. Ini adalah kunci dalam pemilihan peralatan, sekaligus nilai senjata perak: hanya senjata perak buatan sendiri yang bisa mengkombinasikan atribut secara ideal."
"Sedangkan set peralatan Xiao Shou Bingliang saat ini memiliki kombinasi atribut yang agak kasar. Intelligence (Kecerdasan) dan critical dua atribut ini diperkuat tanpa kendali. Selain itu, atribut seperti kecepatan casting yang tidak mungkin diabaikan Pastor manapun justru diabaikan dalam set ini. Dalam hal resistensi, set ini memiliki resistensi es yang sangat kuat, diikuti resistensi gelap. Penguatan dua resistensi ini dilakukan dengan mengorbankan sama sekali fire resistance dan resistensi cahaya."
"Ini... lebih cocok untuk An Wenyi?" Chen Guo yang sekarang sudah berpengalaman tidak mempertanyakan peralatan dengan atribut ekstrem ini. Dia memperkirakan Ye Xiu dan Guan Rongfei pasti tidak akan memberi celah untuk ditertawakannya.
"Benar." Ye Xiu mengangguk, "An Wenyi selalu lemah dalam operasional dan reaksi. Terus-menerus melepas skill untuk mendukung seluruh tim terlalu sulit baginya. Lebih baik memberinya set dengan ritme lambat tapi daya ledak kuat ini."
"Resistensi Es dan Resistensi Gelap dapat mengurangi risiko dirinya terkena crowd control." Chen Guo juga tahu serangan dengan efek crowd control kebanyakan berasal dari dua elemen Es dan Gelap.
"Betul." Ye Xiu mengangguk.
"Apakah kelemahan kita sudah terselesaikan seperti ini?" Chen Guo bertanya dengan gembira.
"Peralatan hanyalah pendukung. Meski begitu, reaksinya masih terlambat. Masih perlu ditingkatkan lagi!" kata Ye Xiu.
"Lalu apa yang harus dia lakukan?" tanya Chen Guo.
"Itu tergantung pada dirinya sendiri." Jawab Ye Xiu.
Di saat yang sama, di Benua Glory, Domain of Gods, depan pintu masuk dungeon 100 orang Level 60 - Armada yang Hilang.
"Apa? Healer tunggal? Kakak, jangan bercanda dong ya? Ini pintu masuk dungeon 100 orang. Kalau dungeon 5 orang ada di sebelah sana." Seorang pemain Knight memandang Pastor dengan peralatan cukup bagus di depannya, berkata dengan heran.
"Cuma Level 60 kok." Pastor dengan peralatan bagus itu berkata, "Healer tunggal cukup. Lebih banyak output, serangan bisa lebih cepat."
