Pertandingan segera dimulai, peta duel kandang Ye Xiu tetap sederhana dan langsung seperti biasanya, menggunakan strategi benturan keras. Hal ini sebenarnya cukup mengejutkan. Bagi veteran, senjata terbesar adalah EXP. Memilih peta dengan variasi lebih kompleks akan lebih menguntungkan mereka. Tapi Ye Xiu malah memilih peta kasar terus-terusan dengan gaya Loner-nya, dan sampai sekarang belum ada yang bisa menghentikannya.
Dalam babak tantangan Lun Hui vs Xingxin kali ini, tidak ada konfrontasi sengit. Penampilan pertama Jiang Botao, seperti dikatakan Li Yibo, hanyalah penempatan urutan biasa ala Lun Hui.
Karakter pertandingan selesai loading, map yang sangat jelas. Tidak perlu banyak bicara, langsung dash saja!
"Senior, kemenangan beruntunmu terus-terusan seperti ini tidak baik! Kasih ruang buat junior seperti kami untuk mengejar!" Di channel publik, Jiang Botao mengirim pesan ke Ye Xiu. Masalah voice chat, liga masih berdiskusi sampai sekarang tanpa hasil, sehingga tetap menggunakan aturan lama. Bagi liga, yang penting sebenarnya bukan aturan. Awalnya kenapa voice chat dilarang? Untuk memudahkan siaran televisi. Pemain tidak bisa berkomunikasi lisan, hanya via teks, sehingga penonton bisa melihat seluruh detail diskusi dan komando strategi mereka yang seringkali menarik. Jika pakai voice chat, siaran akan jadi kurang praktis. Dengan pembagian channel menjadi channel tim dan channel publik seperti sekarang, voice chat mana yang harus disiarkan? Dengan voice chat, komunikasi pemain akan utuh, tapi penonton tidak lagi bisa menangkap setiap detail seperti dulu.
"Seperti pertandingan kali ini, dialog antar pemain sebenarnya sangat disukai penonton. Tapi jika benar-benar menggunakan voice chat, semuanya tergantung pada sutradara siaran yang melakukan switching, pasti banyak yang terlewat."
"Masih dalam pembahasan antara Liga dan tim siaran mengenai bagaimana tepatnya, belum ada hasil. Untuk sementara, komunikasi dalam pertandingan tetap menggunakan pesan teks."
"Tentu saja!" Di sisi Ye Xiu, dia malah menyetujui pendapat Jiang Botao, membuat semua orang terkejut. Tapi segera dia mengirim pesan lagi: "Makanya di babak pertama aku tidak bertanding! Bagaimanapun juga, aku hanya bisa menang 37 babak beruntun. Lihat, aku menyisakan satu babak untuk mengejar ketertinggalan!"
"Ayo bertanding..." Jiang Botao bukan sedang mengucapkan omong kosong. Dia memang tipe pemain yang suka berkomunikasi dan mengobrol. Tapi kali ini, menghadapi perkataan Ye Xiu, dia sama sekali tidak bisa melanjutkan percakapan.
"Untuk menghormati senior, mungkin kamu bisa langsung GG?" Ye Xiu masih terus berbicara.
"Senior, jangan bercanda." kata Jiang Botao.
"Bagaimanapun hasilnya akan sama!" kata Ye Xiu.
"Tapi harus tetap dicoba!" Jiang Botao tidak marah maupun panik. Menghadapi provokasi Ye Xiu, dia masih bisa mengobrol layaknya percakapan biasa.
Setelah beberapa kalimat, dua karakter mereka sudah bertemu. Ye Xiu tidak memerintahkan Jun Moxiao yang memiliki serangan jarak jauh untuk langsung menembak. Malah membuat karakternya terus mendekat. Saat hampir memasuki jarak menengah yang bisa dijangkau Soulblade lawan, tiba-tiba Jun Moxiao meningkatkan kecepatan!
Skill bergerak!
Ini telah menjadi teknik andalan Loner Jun Moxiao. Ye Xiu jelas tidak berencana melakukan tarik-ulur jarak menengah-jauh dengan lawan, melainkan langsung menempel untuk menyelesaikan pertarungan. Sejak awal, gaya bermain Jun Moxiao milik Ye Xiu memang seperti ini - meski memiliki kemampuan serangan jarak menengah-jauh, bahkan saat menghadapi lawan yang hanya bisa bertarung jarak dekat, dia tidak pernah hanya mengandalkan taktik kiting. Selalu langsung mengambil inisiatif maksimal sejak awal, menggunakan semua metode serangan jarak jauh maupun dekat.
Saat Arc Light Flash menyala, Jun Moxiao langsung melesat maju beberapa langkah. Jiang Botao yang telah membaca niat Ye Xiu justru melakukan backstep sambil mengayunkan senjata perak short sword Tianlian-nya. Gelombang Pedang Retakan Bumi melesat keluar!
Jiang Botao, wakil kapten Lun Hui, yang popularitasnya terus naik seiring gelar juara berturut-turut timnya. Namun jika bicara level teknik individu, tidak memiliki ciri khas mencolok seperti banyak pemain lain. Gaya bermainnya seperti mengobrol santai - biasa saja, tidak spektakuler tapi juga tidak terlalu low profile, seolah pertandingan berakhir secara alami.
Artinya, Jiang Botao jarang melakukan serangan klimaks yang langsung menghabiskan banyak HP lawan. Seperti menumpuk pasir menjadi menara, dia mengakumulasi keuntungan kecil demi kecil untuk meraih kemenangan final. Pemain yang kalah darinya sering merasa "hanya kurang sedikit" selama pertandingan, baik saat unggul maupun tertinggal. Tetapi perlahan-lahan, akhirnya kalah total.
Awalnya ada yang mengira kemampuan kalkulasi Jiang Botao luar biasa, namun perlahan semua menyadari bukan itu masalahnya. Daripada disebut kemampuan kalkulasi mengagumkan, lebih tepat dikatakan dia tak melewatkan satu pun detail.
Jiang Botao adalah pemain yang sangat teliti. Baik dalam tim besar maupun pertandingan individual, semua kemungkinan dalam serangan dan pertahanan akan dia hadapi dengan cermat. Akibatnya, dalam pertandingan sulit terjadi kombo tinggi dari kedua belah pihak. Dari sudut pandang ini, seolah Jiang Botao sengaja menyaingi Ye Xiu yang mengandalkan serangan terus-menerus dalam duel Loner-nya.
Saat ini, Jun Moxiao sedang dash penuh semangat ke depan, namun Jiang Botao sudah siaga. Begitu Jun Moxiao mengeluarkan skill sambil bergerak, Wu Lang langsung backstep sambil melancarkan gelombang pedang retakan bumi.
Tiba-tiba, gerakan Arc Light Flash Jun Moxiao yang seharusnya untuk mendekat justru terlihat seperti sengaja menubruk gelombang pedang tersebut.
"Tidak bisa menghindar, kan?" Pemain biasa pasti berpikir begitu. Tapi bagi atlet profesional, meski skill kedua belah pihak cepat, masih ada ruang pemanfaatan.
Kiri?
Atau kanan?
Jiang Botao mengawasi ketat gerakan Jun Moxiao. Wu Lang yang sedang backstep sudah bersiap posisi, menunggu saat Jun Moxiao menghindar untuk langsung melancarkan gelombang pedang berikutnya.
Hasilnya, bukan kiri maupun kanan. Jun Moxiao tetap dash maju, namun kedua lengannya diayunkan kuat.
"Baja Tulang Punggung!"
Ye Xiu tidak memilih untuk menghindar, malah mengaktifkan skill pertahanan Master Bela Diri 'Baja Tulang Punggung' pada Jun Moxiao. Penguatan pertahanan memang mengurangi damage, tapi yang paling menyebalkan dari skill gelombang pedang retakan bumi ini adalah efek Super Armor yang mencegah terpental. Jun Moxiao terus maju menerobos aliran energi pedang yang bergulir seperti gelombang.
Namun bahkan ini tak bisa menghentikan Wu Lang melanjutkan serangan pedangnya. Gerakan tak terduga ini akhirnya membuat reaksi Jiang Botao terlambat sepersekian detik, mengingat sebelumnya perhatiannya terfokus pada dua jalur samping.
Saat senjata perak Tian Lian bersiap diayunkan lagi, Jun Moxiao sudah melemparkan suatu objek dengan cepat.
Dorr!
Hanya suara kecil, tapi asap ungu menyebar dengan kecepatan luar biasa. Visi Jiang Botao langsung kehilangan bayangan Jun Moxiao.
Ninja Tool·Smoke Jade!
Operasional Jiang Botao berhenti.
Di balik selimut asap tebal, mustahil baginya menentukan posisi Jun Moxiao.
Asap terus menyebar, adakah aliran tidak biasa di dalamnya?
Jiang Botao mengamati dengan cermat: jika karakter bergerak dalam asap, pasti akan mengganggu penyebaran alami asap. Jejak pergerakan bisa dilacak seperti ini.
Tapi tidak ada!
Tidak bergerak?
Mustahil! Di bawah perlindungan asap, bagaimana mungkin Ye Xiu tidak menyerang? Hanya ada satu kemungkinan!
Jiang Botao mengayunkan mouse dengan tangan kanan, jari-jari tangan kiri menari gesit di keyboard. Wu Lang berbalik arah, mundur selangkah, senjata perak Tian Lian berputar keluar dengan ujung pedang menghadap luar, Wave Slash!
Ini Jutsu Bunshin, Jun Moxiao tiba-tiba akan muncul di belakangnya.
Begitulah pertimbangan Jiang Botao.
Maka, Wave Slash terhujam membawa aliran energi pedang gelombang yang terenkripsi, menyapu kabut ungu membuka ruang, tapi tak mengenai target.
Jun Moxiao tak ada.
Jiang Botao langsung tersadar: Ini bahaya...
Semprotan darah sudah menyembur dari leher Wu Lang. Jun Moxiao ternyata baru mendekat saat ini, Cut Throat kejam langsung dihujamkan.
Datang via Jutsu Bunshin atau skill mobilitas? Sekarang sudah tak relevan. Jiang Botao hanya tahu Ye Xiu memanfaatkan perbedaan waktu secara sempurna, sepenuhnya membaca antisipasinya.
Usai Cut Throat, pisau pendek di tangan Jun Moxiao berputar lagi, langsung menyusul skill pengambangan Assassin, Jumping Dagger, melambungkan Wu Lang ke udara.
Silver Light Blade!
Tapi Wu Lang justru menggunakan skill Blade Master low-tier saat mulai terangkat, terjun keras ke bawah.
Namun...
Serangan Salib!
Dua goresan darah menyembur membentuk salib di punggung Wu Lang. Dia menghindari float, tapi serangan susulan Jun Moxiao tak terelakkan. Kejarannya begitu cepat, seolah sengaja menunggu antisipasi kilat Jiang Botao seperti masuk perangkap.
Kombo, dimulai dari sini.
"Tebak berapa segmen yang bisa kuraih?" Ye Xiu bahkan sempat melontarkan kalimat, tentu merujuk pada situasi Jiang Botao yang jarang terkena kombo tinggi.
"Kurasa tidak akan terlalu tinggi." Jiang Botao benar-benar membalas, dalam situasi seperti ini, dia masih punya mood untuk mengobrol.
"Benar, segmen kombo hanyalah angin lalu!" Saat Ye Xiu mengirim pesan ini, segmen kombo terputus, kembali ke nol.
Tapi, ini tidak berarti Jiang Botao mendapat kesempatan melarikan diri. Karena kombo Loner Jun Moxiao milik Ye Xiu selalu mengejar efek nyata, bukan data segmen kombo.
Pseudo combo! Gempuran terus tersambung sempurna.
"Sungguh sulit ditangani!" keluh Jiang Botao.
"Detailnya agak berlebihan ya?" balas Ye Xiu.
"Iya... terlalu banyak." Jiang Botao mengeluh pusing.
Apakah Jiang Botao punya keunggulan melawan Ye Xiu? Tampaknya ini hanya salah paham. Kenyataannya, justru Loner Ye Xiu-lah yang mengungguli Jiang Botao. Karena jumlah skill yang terlalu banyak, variasi kombo yang tak terhitung, dan perubahan taktik yang konstan, otak Jiang Botao tidak mampu mengolah semua detail ini secara real-time. Ini adalah lawan dengan kompleksitas di luar kemampuan kalkulasi instannya.
Jiang Botao kalah.
Meski sempat menunjukkan perlawanan sengit, akhirnya tidak mempengaruhi hasil akhir.
"Lain kali cari lawan yang lain." Ye Xiu tersenyum, melihat betapa sulitnya Jiang Botao melawannya.
"Masih ada lain kali?" Jiang Botao bingung. Dua tim sudah dua kali bertemu musim ini, dan pertandingan individual pun sudah selesai. Di mana lagi ada kesempatan berikutnya?
“Oh, kalian tidak bisa masuk playoff, maka tidak akan ada kesempatan berikutnya.” Ye Xiu berkata.
Asumsi berani bahwa Lun Hui tidak bisa lolos playoff ini sekali lagi membuat orang terdiam.
