Jiang Botao pun kalah dalam pertandingan individual pertama.
19!
Fans tuan rumah Xingxin tampaknya sudah mempersiapkan ini. Setelah Ye Xiu memenangkan ronde ini, seisi stadion langsung dipenuhi spanduk bertuliskan angka ini tanpa terhitung jumlahnya.
Rekor bertambah satu lagi. Bahkan Tim Lun Hui pun tidak bisa menghentikan langkah kemenangan beruntun Ye Xiu.
“10-0!!!” seseorang berteriak dengan aura dominan bahkan untuk slogan ini. Terakhir kali Xingxin dikalahkan 10-0 oleh Lun Hui. Kali ini? Setidaknya sejak awal pertandingan, Lun Hui takkan bisa mendapat kesempatan seperti itu lagi, malah masih menyimpan kemungkinan dikalahkan 10-0 oleh Xingxin.
“Ini agak sulit ya?” komentator Pan Lin tersenyum.
“Hehe...” Li Yibo tertawa, tidak berani menyetujui. Pertandingan single player yang baru saja berakhir membuatnya sedikit kecut. Di awal tadi, dia sebenarnya ingin menjelaskan bahwa gaya Jiang Botao memiliki pengendalian diri terhadap strategi Ye Xiu. Tapi karena map kecil, karakter kedua tim cepat bertemu dan langsung bertarung, membuatnya tidak sempat mengucapkan analisis itu.
Awalnya dia menyesal, tapi sekarang dia benar-benar bersyukur tidak sempat bicara.
Informasi dari pertandingan cukup jelas. Pada akhirnya, strategi Loner Ye Xiu membuat gaya Jiang Botao yang tidak melewatkan detail apapun menjadi kewalahan.
Hampir saja dipermalukan… Saat menyadari hal ini, Li Yibo refleks mengusap wajahnya. Untung sebelumnya dia tidak membuka topik, jadi setelah melihat poin ini, langsung menjelaskan bagaimana Ye Xiu mengendalikan Jiang Botao.
Li Yibo yang beruntung mendapat "jerami penyelamat" akhirnya menunjukkan kualitas Pelatih yang akurat sekali ini, itupun di pertandingan Xingxin. Pan Lin pun terkesima, tapi Li Yibo malah lebih bersyukur akan nasib baiknya.
Ternyata tidak terburu-buru dalam berbicara juga ada manfaatnya.
Li Yibo akhirnya mendapat pelajaran. Dulu dia suka memaksakan pandangannya duluan, lalu membandingkan dengan pertandingan untuk membuktikan visi jauhnya. Tapi kini dia sadar semakin sering "visi jauhnya" justru melenceng. Ke depan harus lebih banyak menunggu inisiatif lawan. Li Yibo merangkum pelajaran berharga.
Pertandingan individual kedua segera dimulai.
Xingxin mengirim Su Mucheng, sementara Lun Hui menurunkan Wu Qi, pemain Assassin andalan tim saat meraih dua gelar berturut-turut. Namun sejak kedatangan Sun Xiang, lebih sering bertanding sebagai orang keenam.
Artillery God vs Assassin, satu dengan jarak ekstrim jauh, satu ekstrim dekat. Keduanya bermain hati-hati. Su Mucheng terus waspada akan jarak, sementara Wu Qi takkan mendekat kecuali ada kesempatan sempurna.
"Sungguh assassin yang sangat sulit ditangani, Tim Lun Hui benar-benar berhasil membina banyak pemain berbakat! Setelah Yang Cong, menurutku dia sangat berpotensi menjadi Assassin Utama berikutnya." Di area pemain, Ye Xiu yang sedang menonton pertandingan memberikan penilaian pada Wu Qi dari Lun Hui.
"Benar, punya kesabaran, bisa tegaan, ciri khas yang harus dimiliki kelas Assassin semuanya sudah dia kuasai." Wei Chen juga mengangguk setuju.
"Jangan-jangan... Tim Lun Hui sebentar lagi bisa membentuk formasi lima All-Star?" Chen Guo yang berada di samping ikut berkomentar.
Ye Xiu dan Wei Chen saling memandang, sorot mata mereka sama-sama menunjukkan kesepakatan yang mendalam.
"Itu tergantung seberapa tinggi popularitas tim mereka. Kalau lima pemain bisa masuk All-Star dengan suara terpecah-pecah, itu sangat mengerikan." Fang Rui menganalisis dari fakta objektif. Voting All-Star bergantung pada fans, jadi banyak suara bersifat。Fans setia yang mendukung tim, meski tahu pemainnya belum mencapai level itu, mungkin tetap akan memberikan tiketnya ke anggota tim sendiri tanpa ragu.
"Jika kelima anggota Lun Hui masuk ke lineup All-Star, itu sepenuhnya bergantung pada dukungan fans internal tim, itu hanya membuktikan bahwa pasukan fans mereka dari segi jumlah sudah benar-benar mengalahkan tim-tim lain. Jika tidak, mereka perlu menarik dukungan banyak fans netral. Dalam hal ini, Wu Qi benar-benar kurang unggul. Seorang pemain hebat yang layak bersaing di All-Star, justru di tim juara megah seperti Lun Hui, hanya bisa menjadi orang keenam di pertandingan tim. Ditambah dengan dominasi tim Lun Hui, ruang pemanfaatan orang keenam juga sangat terbatas. Tanpa kesempatan unjuk performa, bagaimana bisa menarik perhatian?" Penilaian Ye Xiu akhirnya hanya melihat kekuatannya, tapi soal popularitas, faktor objektif jauh lebih banyak.
"Bisa jadi setelah musim ini, dia akan meminta keluar dari Lun Hui!" Fang Rui bersandar sambil mengutuk Tim Lun Hui.
Tapi ucapannya bukan tanpa logika. Memiliki kemampuan tapi tak ada kesempatan unjuk gigi, siapa yang tahu isi hati pemain? Yang lebih krusial, Wu Qi sudah meraih dua gelar juara sebagai anggota utama di Lun Hui. Ke depan, mungkin dia akan mengejar ambisi lebih tinggi, misalnya posisi penting dalam tim...
Di luar arena, anggota Xingxin ramai membahas masa depan Wu Qi, sementara di dalam arena duel dua orang masih alot. Keduanya lebih banyak menggunakan pergerakan untuk bermain kucing-tikus, saling mencari celah pertahanan lawan. Meski Su Mucheng terus bisa menyerang berkat keunggulan jarak, Wu Qi juga tak memberinya kesempatan melancarkan serangan besar-besaran.
Waktu berdetak satu per satu, pertandingan terlihat seperti pertarungan kejar-kejaran. Su Mucheng terus-menerus mengejar Wu Qi siap melemparkan berbagai bom ke arahnya.
"Sepertinya agak terburu-buru." Wei Chen tiba-tiba bersuara. Nada khawatirnya jelas merujuk pada Su Mucheng.
"Efisiensi serangan sangat rendah. Jika terus begini, MP-nya akan bermasalah." Fang Rui menambahkan.
"Ini jebakan lawan." Ye Xiu menjelaskan.
Diskusi tentang pertandingan masih didominasi trio mereka. Para pemain baru kebanyakan hanya menyimak sambil menyerap EXP.
"Dengan sengaja berkeliaran di lingkaran terluar, memancing Mucheng untuk melancarkan serangan, menguras MP Muyu Chengfeng sedikit demi sedikit sambil menunggu momen untuk serangan balik akhir." Karena ada pendengar pemula, Ye Xiu biasanya menjelaskan secara detail agar mereka paham.
"Bagaimana jika sama sekali tidak menyerang?" Luo Ji bertanya.
"Harus menghentikan gempuran secara bertahap dengan ritme teratur. Musuh punya rencana pengurasan yang tidak hanya menguras MP, tapi juga cooldown skill dll. Menghentikan tekanan tembakan secara tiba-tiba dengan Pohon Skill yang tidak lengkap akan meninggalkan banyak celah yang bisa dimanfaatkan lawan. Itu sebabnya Mucheng menjaga tekanan dengan ritme teratur, tapi sekarang mulai kacau. Jika begini terus, garis tembakan mungkin akan muncul celah." Ye Xiu menjawab.
Garis tembakan, adalah istilah khusus untuk kelas Artillery God. Serangan kelas Artillery God lebih memperhatikan kedalaman dan tingkat. Jarak jauh, akurasi tembakan relatif rendah; semakin dekat jarak, posisi diri semakin berbahaya. Berdasarkan skill teknis dan teknik operasional setiap pemain, serta tingkat penguasaan berbagai skill, setiap Artillery God memiliki jarak serang spesialisasi mereka sendiri. Jarak ini adalah posisi dimana pemain Artillery God dapat melakukan rentetan tembakan terkuat, disebut sebagai garis tembakan. Untuk menerobos tekanan tembakan seorang Artillery God, menerobos garis tembakannya adalah kunci. Untuk melakukan ini, perlu menganalisis bagaimana setiap pemain Artillery God mengelola garis tembakannya, skill andalannya di posisi ini, strategi penempatan skill, kebiasaan teknik dan ritme. Kemudian mencari solusi terobosan.
Ini semua adalah teori dasar pengetahuan Glory. Para Xingxin sudah bermain Glory cukup lama, dasar-dasar seperti ini tentu tidak perlu lagi dijelaskan Ye Xiu. Hanya perlu membuat mereka paham, bahwa yang sedang dilakukan Wu Qi saat ini adalah mencoba mengacaukan garis tembakan Su Mucheng. Untuk ini dia menunjukkan kesabaran luar biasa, berhasil mengganggu ritme yang selama ini dikontrol baik oleh Su Mucheng.
Doron! Doron! Doron!
Di lapangan, Muyu Chengfeng kembali melancarkan serangan tembakan meriam, serangan yang semakin padat. Di bawah tekanan tembakan yang semakin intensif, Wu Qi terlihat agak terjepit, tapi dia tetap tidak menyembunyikan sepenuhnya karakter Assassin-nya, Cruel Silence, masih memaksa mempertahankan posisi dalam visi Muyu Chengfeng untuk menarik perhatian tembakan.
Doron! Doron! Doron!
Serangan terus menerus mengguyur, tapi di luar arena, alis Wei Chen, Fang Rui dan yang lain semakin berkerut dalam.
"Gak bagus!" kata Fang Rui.
Begitu ucapannya keluar, Cruel Silence milik Wu Qi yang selama ini menghindar seperti tikus tiba-tiba bangkit, melesat bagai anak panah terlepas dari busur.
"Lihat! Muncul celah, dia berhasil masuk ke garis tembakan!" teriak Fang Rui. Dulu pernah menjadi lawan, sekarang jadi rekan setim, dia cukup paham dengan pola tembakan Su Mucheng. Masuk ke posisi Wu Qi, bahkan dia sudah menyusun strategi langkah selanjutnya.
Tentu taktik Wu Qi tidak sepenuhnya sama dengan Fang Rui, tapi celah yang mereka tangkap hampir identik. Garis tembakan Su Mucheng mulai tidak utuh, gempuran dahsyat yang sempurna kini terkikis karena beberapa skill yang tidak tersedia.
Bisa diterobos!
Di benak Wu Qi hanya ada satu tujuan: Cruel Silence melesat secepat mungkin, berebut detik, bergegas menuju Muyu Chengfeng untuk menerobos garis tembakan Su Mucheng sekaligus.
"Hehe…" Saat semua orang di Xingxin merasa khawatir untuk Su Mucheng, Ye Xiu justru tertawa.
"Apa yang kamu tertawakan?" tanya Chen Guo.
"Kelinci licik punya tiga liang, pernah dengar?" kata Ye Xiu.
"Pernah, kenapa?" Chen Guo bingung.
"Siapa bilang garis tembakan hanya boleh satu?" Ye Xiu tersenyum.
Bahkan Chen Guo yang bukan atlet profesional pun langsung paham maksudnya.
Di lapangan, hujan peluru terus berlanjut. Su Mucheng takkan diam saja membiarkan lawan mendekat. Ia mengoperasikan Muyu Chengfeng untuk menghalangi serangan lawan. Tapi Wu Qi yakin garis tembakan Su Mucheng sudah kacau, mustahil bisa menghalang.
Lolos!
Setelah Cruel Silence melangkah maju, Wu Qi menarik napas lega. Garis tembakan Su Mucheng telah ditembus. Jarak berikutnya kekuatan tembakannya akan semakin lemah, dan di bawah tekanan serangannya yang mendekat, lawan semakin mungkin melakukan kesalahan karena panik.
Sudah waktunya mengakhiri ini!
Saat Wu Qi berpikir demikian, Doron, Doron, Doron! Tiga tembakan Anti-Tank Cannon menghujam.
Hanya skill low-tier. Wu Qi tak ambil pusing. Dengan gerakan santai, Cruel Silence menerobos peluru.
Terus maju!
Saat ini hanya satu pikiran di benaknya.
Tapi...
Ada apa? Tekanan tembakan tak terasa berkurang seperti yang dibayangkan?
Wu Qi yang menghindar di tengah hujan peluru menyadari serangan mendadaknya tidak berjalan mulus, sama sekali tidak mencapai hasil yang diharapkan. Dia tak tahan menoleh ke belakang, benar! Garis tembakan Su Mucheng seharusnya sudah tertinggal di belakangnya! Tapi gempuran ini...
